Share

Dilupakan

Author: Dewanu
last update Last Updated: 2021-08-15 15:03:41

Intan menangisi dirinya, kehampaan serasa merenggut seluruh jiwanya. Ditepi danau kecil berair jernih itu Intan meraung menyesali apa yang dilihatnya.

"Andaikan aku datang kemarin mungkinkah akupaku kesempatan untuk berbicara? Aku ingin membicarakan Bastian. Seorang anak yang telah menunggu sekian lama!"

Intan tak sanggup memikirkannya.

"Baskoro, aku bahkan tidak pernah lupa sedetik pun." Intan menangis sejadinya.

Sementara itu Baskoro masih dalam kebingungan. Wanita yang selama ini dicarinya bahkan hadir disaat yang tidak tepat. Karena bingung dia hanya berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Hingga Wulan masuk dan melihat ketegangan  Baskoro di wajahnya. Tetapi Baskoro justru berlari keluar dan menyambar motor trail milik Waluyo. Berusaha mengejar Intan yang sudah melaju.

Intan mengerem mendadak ketika sebuah motor mendahuluinya dan berhenti tepat didepannya. Dia mengenali pria bermotor itu, tapi Intan tak menyangka Baskoro akan menyusulnya sejauh ini.

Baskoro membuka pintu mobil dan menarik Intan keluar dengan kasar lalu menghimpitnya di sisi mobil.

"Nona Intan Wijaya, apa yang anda lakukan di sini?!" Baskoro membentak Intan. Meskipun terkejut Intan berusaha tenang.

"Mengapa diam saja?  Pastinya Anda sengaja datang dihari seperti ini untuk mengacaukan saya hah?!" Intan melihat manik mata Baskoro tak perduli seberapa marahnya pria dihadapannya ini. Intan sangat rindu, bahkan manik mata itu selalu dilihatnya didalam diri Bastian.

Air mata Intan berderai seperti ditumpahkan, tapi haruskah semua itu dijelaskan ?! Disaat semua itu sudah berakhir.

"Apa yang kau lakukan hah?!" Sekali lagi Baskoro menghardiknya dan bahkan mencengkram kedua lengannya.

"Apakah kamu sudah melupakanku ?" lirih Intan. Diapun menahan rasa sakit dalam cengkeraman Baskoro.

"Tentu saja! Aku sudah membuang semua masa lalu yang terlalu pahit itu. Aku sudah melupakan semuanya tentang dirimu. Jadi pergilah dan jangan pernah menemuiku.!"

"Kalau begitu, apakah kamu sudah melupakan pernikahan kita ?!" Intan berkata-kata dengan sangat memelas.

Baskoro melepaskan cengkraman tangannya. Tapi sorot mata kemarahannya tidaklah reda.

"Aku bisa melupakanmu, tapi aku tidak bisa melupakan bagaimana kamu menipuku. Berpura-pura menjadi gadis miskin dan berpura-pura bahagia disampingku. Aku bahkan tertipu bertahun tahun lamanya lalu membuatku hampir gila ?!" Suara Baskoro lebih mirip dengan geraman serigala.

"Hahhh!" Baskoro menghantam mobil dengan kap rendah itu yang cukup membuat Intan berjingkat karena terkejut.

Intan menerawang, mengingat kejadian lima tahun yang lalu. Bagaimana dia diseret dan dipukuli ayahnya. Lalu disekap didalam jet pribadi milik ayahnya lalu dibuang disebuah Villa di Australia. Dan penderitaan yang dirasakannya bertambah lagi setelah mengetahui bahwa dirinya hamil. Dia harus berjuang mati matian untuk menyembunyikan bayi mungil itu. Syukurnya seluruh penghuni Villa menyelamatkannya dengan membawa  bayi mungil itu secara sembunyi-sembunyi dan mengasuhnya.

Bagaimana mungkin Baskoro melihatnya sebagai orang yang lari setelah menipunya?

"Intan, apa yang terjadi di antara kita telah berakhir. Bahkan ayahmu dengan sukarela memberikan selembar surat cerai dengan memalsukan tanda tanganku!" 

"Baskoro, itu hanyalah keinginan Ayahku. Tapi bagaimana denganku? Apa artinya aku ini bagimu? Surat cerai itu hanya palsu, tidak akan merubah apapun pada kita!"

"Tidak! Kamu lihat bukan? Kamu lihat bagaimana aku telah menikahi wanita lain. Kamu hanyalah orang yang telah aku lupakan. Pergilah!"

Intan menghiba, menangis dengan tangisan yang menyayat. Tapi Baskoro tak perduli. Dia hanyalah seorang wanita yang telah dilupakannya. Dia hanyalah mantan. Tidaklah lebih dari itu.

Baskoro melangkah pergi, menstarter motor trail itu dan berlalu dari hadapan Intan.

Tak kuasa mendapat perlakuan Baskoro Intan menangis di dalam mobil itu. Sebagai seorang wanita Ia merasa sangat bersalah. Ia gagal dan terlambat menyelamatkan segalanya.

Andaikan dia datang beberapa hari sebelum ini, andaikan tadi dia sanggup mengatakannya meskipun terlambat, andaikan....Bahkan tak bisa sepatah katapun ia akan sanggup bercerita kepadanya tentang apa yang dihadapinya selama ini.

###

"Mommy...kenapa Mommy menangis?" Bastian mengusap pipi mommynya.

"Tidak apa apa sayang, mommy tidak menangis."

"Tapi Mommy, mata Mommy selalu merah dan keluar air mata, apa Mommy menangis karena tidak menemukan Daddy ?"

Intan diam seribu bahasa. Letih itu belum hilang bahkan setelah dua hari berlalu. Semangat hidupnya seakan memudar. 

Didalam ingatannya, melihat Baskoro yang telah sangat berubah. Kulit wajahnya yang dulu putih berseri , sekarang telah berubah hitam tak terawat. Dikanan kiri rahang nya ditumbuhi rambut-rambut brewok yang lebat. Sorot matanya yang dulu penuh cinta sekarang menggelap penuh kebencian.

Dan kenyataan dia telah menikah membuatnya frustasi. 

"Mommy..." Bocah itu memeluk ibunya penuh rasa kasihan. Ia bahkan tak pernah melihat ibunya menangis seperti ini. Tentu saja membuat bocah itu ikut menangis " mommy..."

"Maafkan Mommy sayang..." Intan memeluk erat putranya. Intan hanya belum siap berjuang untuk saat ini. Intan hanya belum tahu apa yang akan dilakukannya...

####

Baskoro termenung memikirkan kejadian dua hari yang lalu, ditepi hutan di ruas jalan menuju desanya. Wanita dengan rambut blonde yang dulu dikenalnya. Dulu yang selalu dia rindukan, tetapi kini sekaligus rasa benci telah menguasainya.

Wanita itu membuatnya hampir mati lemas karena dia pergi begitu saja. Tak ada khabar berita. Kecuali sebulan yang lalu bahwa dirinya adalah pewaris tunggal pemilik saham terbesar Wijaya Group. 

Baskoro telah menganggap semua itu selesai walaupun dia sangat menyesali dengan apa yang dilakukan Intan terhadapnya, Baskoro telah memaafkan Intan. Tetapi memaafkan tidaklah membuat dirinya lupa dengan rasa sakit itu.

"Aku tak bisa Intan, aku tak mengerti untuk apa kamu menemuiku?" bisik hatinya.

Wulan membuka pintu kamar dan mendekati Baskoro. Ditangannya segelas teh manis dan singkong rebus dipiring. Terukir senyum di bibirnya karena melihat Baskoro yang sibuk membolak balik sebuah buku.

"Minum teh dulu mas..." Tegurnya. Wulan hanya melihat raut muka itu tampak tegang. Mungkin buku itu membuat Baskoro berfikir keras, fikirnya.

Baskoro melirik sebentar. 

"Letakkan saja ditempat itu..." Ia sedang tidak ingin minum teh sekarang.

"Lusa, aku akan kembali ke Jakarta. Ada urusan pekerjaan yang mendesak." Wulan menata piring singkong rebus itu lebih dekat dengan Baskoro.

"Aku mengerti. Aku mohon, semua ini tidaklah menyulitkan mu,"

Baskoro menarik nafas panjang.

"Dan..." 

"Katakan saja..." Baskoro memandang gadis itu.

"Meskipun ini pernikahan palsu, apakah tidak ada kemungkinan untuk kita  benar-benar saling menyukai?" kata Wulan ragu-ragu.

Baskoro memejamkan mata. Dia ingin mempersempit jangkauan pikirannya yang semakin kacau. Ucapan gadis sungguh terlalu dini diucapkan.

Sedikit ragu Baskoro tersenyum.

"Aku tak bisa menjanjikan apapun saat ini, seperti yang kamu ketahui kita hanya terikat sebuah perjanjian di atas kertas. Maafkan aku,"

Tampak raut Wulan sedikit kecewa. Tapi Baskoro memang tidak bisa memutuskan apapun. 

"Aku tahu, mungkin tidak sekarang. Aku tahu kamu memandangku sebagai wanita hina karena kejadian ini. Tetapi aku juga tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa sebenarnya sejak lama aku sudah menyukaimu."

Wulan mengatakan perlahan, kedua tangannya meremas pakaiannya.

"Wulan, izinkan aku untuk menenangkan diri terlebih dahulu. Biarlah semua berjalan seperti ini. Kita akan tahu setelah menempuh beberapa waktu, kita butuh waktu Wulan..."

Baskoro butuh waktu, butuh waktu untuk melupakan Intan. Tapi dia tidak bisa melupakan cinta yang terluka. Meskipun terluka dan cacat dia bahkan masih bernama cinta.

Entah mengapa ketika Intan mendatanginya Ia merasa marah. Ia merasa marah karena datang disaat dia telah menikah. Seharusnya dia datang sebelum ini. Tapi kini...semua sudah terlambat bukan?

..

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
angeelintang
intaaan ya ampun banyak harta tp kisah cintanya menyakitkan banget mana ada anak pula
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mantan Istri   TAMAT

    Kebahagiaan semakin mewarnai mansion Abraham. Baik Intan dan juga Baskoro menjalani kehidupan rutinitas mereka dengan baik dan bahagia.Begitu juga Abraham yang menikmati hari hari masa tuanya bersama Anita. Rumor tentang pelakor pada Anita sudah tidak lagi terdengar gaungnya. Itu semua berkat Intan yang selalu membungkam mulut orang jahat yang berusaha merendahkan ibu tirinya."Untuk apa membahas masa lalu? Dia sekarang dah menjadi ibuku yang berarti menggantikan posisi ibu kandungku. Jadi, dia adalah ibuku yang sebenarnya," ujarnya membantah omongan miring beberapa kerabat yang tidak menyukai keberadaan Anita di sisi Abraham.Dan Indra juga menjalani hidupnya dengan baik. Setelah menyelesaikan sekolah iapun berangkat ke Boston untuk bersekolah sekaligus berlatih dengan pelatih Basket yang berpengalaman. Ia sudah melupakan Melissa yang kini sudah menikah dengan dokter Yusac. Ia merasa bahwa itulah yang terbaik untuk mereka sehingga tak ada penyesalan sedikitpun dengan jalan yang mere

  • Mantan Istri   Jajanan

    Seluruh penghuni mansion dikejutkan dengan penampilan Bastian yang sedikit aneh, lucu tapi memprihatinkan.Mereka heboh dengan ekspresi yang bermacam-macam.Ada yang tertawa, khawatir dan malah gemas. Tidak kalah hebohnya adalah kakek Abraham dan juga Neneknya yang menatapnya prihatin."Ingat kata nenek, jangan suka bermain di tempat yang banyak lebahnya. Lihatlah, dia kira ini sarang lebah sehingga salah bertengger?" cicitnya sambil menatap prihatin pada cucunya.Bastian tak bisa menyangkal karena tidak bisa menggerakkan bibirnya melainkan akan terasa sangat nyeri. Begitu juga para maid yang prihatin."Aduuh, pasti sakit sekali. Bastian, apa kamu pernah mengejek seseorang sehingga mendapatkan balasan seperti ini?" tanya salah seorang maid yang sering Bastian panggil dengan nama maid Cerewet. Ingin rasanya Bastian menjawab ucapan mereka dengan sangat marah dan kesal, sayang sekali ia hanya bisa diam tak berdaya.Meskipun sudah diobati, efek bengkak tersebut tidak hilang begitu saja.

  • Mantan Istri   Sulit Menangis

    Meskipun kepulangan Baskoro ke kampung halamannya menyisakan kesedihan. Setidaknya segala misteri wasiat orang tuanya sungguh terungkap. Baskoro merasa ayah Waluyo sangat memperhatikan hidupnya. Dia tahu bahwa Baskoro tidak pernah menyukai Wulan sehingga ia membiarkan Baskoro menjalani pilihannya."Kau tak menyesal menikah denganku setelah tahu menikahi Wulan adalah wasiat orang tuamu?" tanya Intan saat mereka menghabiskan waktu di taman belakang rumahnya."Kenapa memangnya? Apa kau yang mulai menyesal sekarang?""Tidak, aku hanya ingin tahu isi hatimu.""Kenapa? Pahami dulu isi hatimu baru ingin tahu isi hati orang lain. Atau bilang saja kau ini sedang cemburu."Intan menyebik. Selalu saja itu alasan yang Baskoro lontarkan kalau dia ingin mendengar isi hatinya."Huft, untuk apa aku harus cemburu.""Kenapa? Apa salah dengan kecemburuan?" goda Baskoro dengan lembut mengatakannya.Wajah Intan bersemu merah. Bagaimana juga ia memang sangat cemburu kalau sudah berkaitan dengan kehidupan p

  • Mantan Istri   Surat Wasiat

    Baskoro, Intan dan juga Waluyo duduk berputar mengelilingi Ayah Waluyo. Meskipun masih sangat lemah, ayah Waluyo terlihat bisa mendengar dan melihat siapa yang ada di ruangan tersebut. Seakan ingin mengatakan sesuatu, ia juga menggerakkan tangannya untuk memanggil Baskoro."Iya ayah, ayah memanggilku bukan?" katanya dan menggenggam erat tangan pria tua itu dan mendekatkan kepalanya dekat pria itu.Ayah Waluyo seperti hendak mengatakan sesuatu kepadanya."Ayah... aku mendengarnya," pelan Baskoro."Baskoro..." Tiba-tiba ayah Waluyo bisa berbicara. "Aku sungguh meminta maaf kepadamu.""Jangan bilang begitu Ayah, akulah yang seharusnya meminta maaf kepadamu, Ayah.""Ambillah surat wasiat itu..." lirihnya lagi. Baskoro mengernyit, ia tak mengerti surat wasiat apa yang sebenarnya Ayah Waluyo katakan."Di atap rumahku.." dan tiba-tiba saja ayah Waluyo seperti sesak napas sehingga membuat Baskoro ketakutan."Ayah...ah,.Waluyo... bagaimana ini?" Baskoro kebingungan bukan main dan ia hanya men

  • Mantan Istri   Sadar

    Sesampainya di rumah Waluyo, mereka berdua mendapatkan rumah dalam keadaan sangat sepi. Lalu mereka menuju peternakan sapi yang Waluyo kelola. Di sana mereka bertemu dengan seorang pegawai pembersih kandang yang sedang bekerja.Terlihat pria itu menatap kehadiran mereka berdua dan menyapanya."Selamat sore, Pak. Ada yang bisa saya bantu? Apakah membutuhkan sapi untuk di beli?" ujarnya dengan tersenyum ramah.Baskoro mengulurkan tangannya."Tidak, Pak. Tujuan saya datang kesini adalah untuk mencari Mas Waluyo. Tapi kelihatannya rumahnya kosong ya Pak?""Oh, sedang mencari Mas Waluyo. Apa bapak tidak tahu kalau Mas Waluyo sudah lama nggak tidur di rumah Pak?"Baskoro terkejut. Tentu saja ia tidak tahu kalau Waluyo tidak memberi tahu."Tidak, Pak. Hanya saja kenapa Mas Waluyo tidak pulang ke rumah? Sebab sebenarnya saya bertemu belum lama ini, tapi Mas Waluyo tidak cerita apa apa.""Oh, jadi begini, Mas. Sebenarnya Mas Waluyo sudah dua bulanan merawat ayahnya yang sedang koma di rumah sa

  • Mantan Istri   Jalan Kenangan

    Musim semi telah berakhir, mereka telah menyelesaikan suatu waktu yang indah bersama di Vila tersebut. Mereka akan segera kembali ke Jakarta dan melanjutkan pekerjaan yang sudah lama ditinggalkan. Seperti biasa, perjalanan dengan jet pribadi bukanlah apa apa buat keluarga Abraham. Dan dengan segera mereka sudah tiba di Jakarta."Masih satu hal lagi yang belum kita tunaikan," kata Baskoro saat mereka telah sampai rumah."Ehmm aku tahu, kau pasti ingin ke desa dan bertemu Ayah Waluyo.""Benar, ada firasat tidak enak di dalam hati ini. Akan tetapi aku berharap tidak ada apa apa.""Baiklah, setelah kita beristirahat kita bisa ke desa dalam beberapa hari ke depan."Baskoro menggenggam tangan Intan, menghadap kan tubuh Intan kepadanya. Lalu dengan lembut ia menyelipkan anak rambut Intan ke belakang telinga dengan perlahan."Kalau kau lelah, aku bisa pergi sendiri. Ini hanya mengunjungi ayah Waluyo, aku sungguh mendapatkan mimpi buruk dalam beberapa hari ini.""Tidak, Bas. Aku tidak mungkin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status