Share

Hukuman Darinya?

Penulis: Authoring
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-08 06:56:39

Tok ... tok ... tok ...

Di sela-sela mereka menyantap makan malam, terdengar suara pintu diketok oleh seseorang dari luar rumah. Jam seperti ini biasanya Pak Asep sudah pulang ke rumahnya.

“Biar Ifa aja.”

Gadis itu meletakkan sendok di piring lalu berjalan ke pintu depan.

Ceklek!

Pintu dibuka dari dalam oleh Assyifa.

Terlihat seorang laki-laki bertubuh tinggi berdiri di depan pintu rumahnya dengan posisi membelakanginya.

“Mau cari siapa?” tanya Assyifa sembari keluar rumah dan menutup pintu.

Di saat pertanyaan itu berakhir, ia membalikkan tubuh menghadap ke arah gadis itu. Ternyata itu adalah Pak Kevin.

“Saya akan memberikan hukuman padamu,” ucapnya sambil tersenyum manis ke arah Assyifa. Assyifa masuk kecalam rumah rumah dan kembali menutup pintu serta menguncinya.

‘Gawat! Kalo Ayah sama Bunda sampai tahu, gimana?’ batinnya.

“Ifa, siapa yang datang?” tanya bunda sedikit berteriak dari dapur.

“Anu, kurir salah alamat, Bun,” jawabnya asal. Assyifa melangkahkan kaki menuju dapur.

Tok ... tok ... tok ....

Lagi-lagi terdengar suara ketokkan pintu dari luar. Dia mengurungkan niat dan kembali berdiri di dekat pintu. Bunda datang menghampirinya dengan tergesa-gesa.

“Buka pintunya, Ifa. Itu ada tamu, jangan berdiri aja,” ucap bunda kesal karena sang anak tak jua membukakan pintu itu, lalu berjalan mendekati pintu.

“Eh, jangan Bunda.” Assyifa menahan langkahnya wanita itu dengan menarik pergelangan tangannya.

“Awas.”

Bunda menggeser tubuhnya pelan lalu dia menyentuh gang pintu tersebut.

Ceklek!

Assyifa membalikkan tubuh membelakangi pintu sambil menutup matanya dengan kedua telapak tangan.

‘Tamatlah riwayatmu, mungkin ajalmu akan sampai di sini,' batinnya.

“Rena? Sudah lama kita tidak bertemu.”

Gadis itu terkejut dengan ucapan bundanya barusan. Tadi Pak Kevin, sekarang Rena. Tanpa basa-basi dan berpikir panjang, dia menoleh ke depan dan melihat wanita paruh baya bersama suaminya sambil tersenyum pada Bunda.

“Masuk, yuk.”

Bunda mempersilahkan mereka masuk ke dalam dan duduk di sofa.

“Wah, ini anak kamu, Ranti?” dia menatap ke arahnya.

“Iya, namanya Assyifa. Ayo, salam mereka, Nak.”


Bunda memperkenalkan anaknya lalu Assyifa mencium kedua tangan mereka.

“Siapa Bun?”

Ayah menghampiri mereka yang sedang duduk di ruang tamu.

“Wah, akhirnya Syarief datang juga.” Ayah menyalami suami Tante Rena sambil berpelukan. Seperti sudah lama tidak berjumpa saja.

“Anak kamu mana?” tanya bunda pada Tante Rena.

“Tadi-“

“Assalamualaikum.” Ucapan Tante Rena terpotong karena salam seseorang dari luar rumah.

“Waalaikum salam,” ucap mereka bersamaan. Dari bayang-banyang lantai rumah, dia berjalan masuk ke dalam rumah Assyifa.

“Pak Kevin,” ucap Assyifa membelalakkan mata karena tak percaya dengan kehadirannya di sini.

“Kalian sudah saling kenal?” tanya Tante Rena padanya. Dia menggukkan kepala menjawab pertanyaannya.

“Ayo, masuk.” Ayah mempersilahkannya masuk ke dalam dan duduk di sofa bersama mereka.

“Ifa, buatin tamu kita minuman,” pinta bunda padanya. Dengan malas, dia berjalan ke dapur untuk membuatkan para tamu minuman.

Sampai di dapur, Assyifa meletakkan gelas besar lalu mengisinya dengan teh dan air panas. Lalu dia menyiapkan cangkir yang akan di hidangkan sambil menuangkan gula di masing-masing cangkirnya. Setelah air panas dan tehnya tercampur rata, dia mengambil saringan lalu menuangkan ke dalam cangkir tanpa ampas teh. Lalu member beberapa kotak es batu di dalamnya.

“Biar Bibi aja, Non.” Bibi menghampirinya.

“Udah jadi kok Bi.” Dia membawa cangkir dengan nampan dan berjalan ke ruang tamu.


Sampai di ruang tamu, dia meletakkan cangkir di atas meja dan menyimpan nampan di belakang punggungnya.

Assyifa mempersilahkan mereka meminumnya, tapi tidak dengan Pak Kevin. Tante Rena mengambil secangkir es teh manis lalu mencicipinya.

“Manis sekali, sama seperti yang membuatnya,” puji Tante Rena. Assyifa membalas pujiannya dengan tersenyum tipis.

“Kevin ini mengajar di sekolah Assyifa dan nanti setelah menikah dia yang akan mengambil alih perusahaanku,” ucap Om Syarief pada ayah.

“Kedatangan kami di sini untuk menyatukan Kevin bersama Assyifa. Bagaimana Malik?” tanya Om Syarief pada ayah.

Jadi, mereka sudah bersekongkol? Apa maksud dari semua ini?

“Maaf, Om. Saya gak bisa,” tolak gadis itu dengan tegas.

“Kenapa Sayang? Pak Kevin sudah mapan dan juga tampan,” bisik bunda yang sepertinya setuju dengan pendapat Om Syarief.

“Tapi, Ifa gak mau. Titik.”

Dia berjalan menuju kamar.

Ceklek!

Pintu kamar dibuka dan dia langsung membanting tubuhnya di ranjang dengan kasar.

"Bisa-bisanya mereka jodohin aku dengan guru killer itu. Apa jangan-jangan ini adalah hukuman dari Pak Kevin?” Assyifa menutup wajah dengan kedua telapak tangan. Ah, sungguh lelah dia hari ini.

Kring ... kring ... kring....

Lonceng di kamarnya berbunyi. Dia berjalan menuju jendela dan membuka jendela kamarnya.

“Apa Na?” tanyanya lesu.

“Aku mau main ke rumah,” jawabnya. Assyifa hampir saja kehilangan kata-kata.

“Jangan Na. Di rumah lagi ada tamu,” ucap Assyifa berbohong pada Nana.

“Oh, tapi kok kamu di dalam kamar, sih? Gak disambut gitu tamunya?” tanyanya sambil duduk di kursi dan menopang dagunya dengan sebelah tangan.

“Ya, gak lah. Itu ‘kan--"

Tok ... tok ... tok ....

Ucapannya terhenti karena suara ketokkan dari kamarnya.

“Bentar, ya.” Gadis itu berjalan menuju pintu kamar.

Ceklek!

"Kamu gak sopan tahu sama keluarga Om Syarief. Masa cowok seganteng itu kamu tolak, sih?” cerocos bunda padanya.

 Wanita itu sama halnya seperti teman-teman sekelas bahkan juga perempuan-perempuan satu sekolahnya. Apa yang mereka kagumi dari pria bernama Kevin itu? Dia bahkan bukan seorang idol.

“Dia bukan tipe Ifa, bun,” ucap gadis itu dengan polos sambil melipat tangan di depan dada.

“Bunda tunggu di ruang tamu.”

Bunda meninggalkannya dan berjalan ke ruang tamu. Mungkin keluarga Om Syarief masih di sana.

Dia kembali berjalan ke arah jendela karena Nana menunggunya.

“Apa kata Bunda?” tanya Nana penasaran.

“Anu, bunda nyuruhku membuatkan minuman untuk tamu.” Lagi-lagi hanya kebohongan yang keluar dari mulut gadis itu.

“Ya udah, kamu layani dulu tamunya,” tukas Nana.

“Kamu gak marah?” tanyanya dengan hati-hati.

“Hahaha, ngapain sih aku marah sama kamu. Udah tutup jendelanya, nanti Bunda yang marah.” Nana menutup jendela kamarnya.

‘Maaf, Na. Untuk kesekian kalinya aku bohongi kamu,’ batinnya seraya menutup jendela kamar dan turun ke bawah.

“Assyifa, kami pulang dulu, ya.” Tante Rena berjalan menghampiri Assyifa yang berdiri di dekat anak tangga.

Assyifa hanya diam sambil menyalami tangan Tante Rena dan Om Syarief.

“Assalamualaikum.” Mereka berjalan ke luar rumah.

“Waalaikum salam,” jawab mereka serentak. Bunda dan Ayah mengantar mereka sampai depan pagar rumah. Sedangkan Assyifa kembali masuk ke dalam kamar.

Dia menatap jam dinding di kamarnya yang menunjukkan pukul 19.23 WIB. Assyifa berjalan masuk ke kamar mandi untuk menggosok gigi, cuci wajahnya sekaligus mengambil wudu karena sebentar lagi adzan isya’ berkumandang.

19.30 WIB

Adzan isya’ berkumandang. Assyifa memakai mukenah dan melaksanakan sholat isya. Selesai sholat, dia duduk di kursi dekat meja rias untuk memakai serum wajah serta sleep mask. Setelah selesai, dia membaringkan tubuhnya di ranjang dan menutup mata.

***

05.02 WIB

Drtt ... drtt ....

Gadis itu terusik karena ponselnya bergetar. Itu sangat mengganggu waktu tidurnya dan ia benar-benar marah dan muak di waktu yang bersamaan.

“Aduh, siapa sih nelfon pagi-pagi buta,” cecar Assyifa sambil menjangkau ponsel yang sudah beralih tempat di atas ranjang.

Assyifa meraih benda pipih dan langsung menggeser ke atas tombol hijau.

“Lo gila ya, nelfon orang pagi-pagi buta. Gak punya etika lo!” teriaknya di depan ponsel dengan mata terpejam.

“Kamu gak sekolah?” Suara bariton itu sangat dia kenali. Kenapa pria itu menelponnya pagi-pagi buta seperti ini? Seketika matanya yang tadi terpejam, terbuka dengan sempurna. Degup jantungnya memompa darah yang ada di dalam tubuhnya, mengalir dengan cepat.

‘Pak Kevin,’ batinnya dan mematikan panggilan secara sepihak.

****

Wah, gimana part kali ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gemar Be
Terlalu cepat alurnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Married With Killer Teacher   Kevin Marah

    Ketika komputer menyala, aku segera me-refresh lalu berselancar ke aplikasi UC Browser untuk mencari materi tentang proposal yang dipegang oleh Bu Nurhalimah. Aku meng-copy tulisan tersebut lalu memindahkan ke microsoft word. "Di jadiin P*F gimana?" Aku menggaruk kepala tak gatal. "Kak!" teriakku karena dia tidak menjawab pertanyaan dariku yang membuatku sedikit emosi. "Sudah?" tanya Kak Kevin yang terdengar sampai ke dalam ruangan. "Caranya menjadikan file P*F gimana, sih?" tanyaku bingung. Aku beranjak dari kursi untuk menghampiri Kak Kevin. "Sudah selesai?" tanya Kak Kevin menatapku sekilas lalu fokus pada laptopnya. Aku hanya diam sambil berjalan menuju nakas di samping ranjang untuk mengambil ponselku lalu kembali ke ruang kerjanya. "D******d aja aplikasinya," ujarku seraya menjatuhkan kembali tubuhku di kursi empuk. Aku menyambungkan nomor WhatsAppku ke komputer agar filenya mudah di kirim tanpa me

  • Married With Killer Teacher   Kamu Pilih

    "Baru saja Pak Kevin mengirim pesan pada saya jika ia tak bisa masuk hari ini. Di karenakan ada keperluan lain," jelas Bu Adelia seraya menatapku sekilas.Sementara diriku hanya menetapnya biasa saja dengan memangku dagu pada kedua telapak tanganku yang terangkat ke atas."Ya sudah, mari kita mulai pelajaran pagi ini," sambung Bu Adelia pada kami. Kami mengikuti pelajarannya sampai bel istirahat berbunyi.Teng ... teng ... teng ... bel istirahat berbunyi."Sampai di sini dulu pertemuan kita. Assalamualaikum," ujar Bu Adelia melangkahkan kaki keluar kelas."Yuk, kita ke kantin," ajak Nana padaku."Ah, gak Na. Kalian saja," tolakku sambil meletakkan kepala di atas meja."Ya sudah," ucap Nana seraya pergi meninggalkanku di kelas sendirian.Aku mengeluarkan ponsel yang berada di dalam tas. Terlihat ada pesan masuk di sana.Aku menggeser layar lalu mengetik passwordnya dan membuka pesan masuk.[Semangat untuk pag

  • Married With Killer Teacher   Kak Krvin Terluka

    Di kamar, aku duduk di meja belajar sambil mengunyah tanpa henti."Dulu dia bilang gak bakalan ulang lagi, janji," ujarku menahan emosi.Aku melihat tak ada tanda-tanda Kak Kevin menyusulku ke kamar untuk meminta maaf.Aku menghela napas kasar berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tanganku.Selesai membersihkan tangan, aku melihat Kak Kevin yang sedang duduk di atas ranjang sambil memainkan ponselnya."Aish," umpatku berjalan menuju meja belajar sambil mengunyah kacang polong dan memainkan ponselku."Nanti malam jadi 'kan beli martabaknya?" tanya Kak Kevin membuatku muak mendengarnya."Gak perlu, gue bisa pergi sendiri. Urus aja Bu Adelia yang cantik itu," jawabku sinis.Aku beranjak dari kursi menuju lemari untuk mengambil jaket dan juga mengenakan jilbab."Mau kevmana?" tanya Kak Kevin padaku."Kepo banget sih," ucapku meninggalkannya yang ada di kamar.

  • Married With Killer Teacher   Hilang Di Telan Bumi

    "Yuk, kita ke kantin," ajakku pada Nana, Elvi dan Mey."Kajja," ucap Mey menggandeng tanganku."Bisa bahasa Korea juga?" tanya Nana pada Mey."Kemaren aku cari member BTS dan aku jatuh cinta sama Jungkook," jawab Mey membuat kami tertawa mendengarnya."Ayolah," ujar Elvi dan kami melangkahkan kaki keluar kelas menuju kantin."Aku malas makan bakso, nih. Kita beli roti aja yuk," tutur Nana pada kami."Okelah."Aku, Nana, Mey dan Elvi masuk ke dalam kantin lalu mengambil makanan serta minuman yang diinginkan dan membayarnya."Ayo, kita ke kelas," ajakku pada mereka. Kami melangkahkan kaki menuju kelas.***Kami masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi masing-masing."Ah, hari ini panas banget," keluh Elvi saat kami masuk ke dalam kelas."Iya. Sampai aku keringetan," ujar Mey seraya mengelap keningnya."Kalian beli minuman dingin 'kan?" tanyaku dan mereka menganggukkan kepala sambil mengeluarkan m

  • Married With Killer Teacher   Pasti Dia Yang Keluarin

    PoV AuthorPagi ini, kelas Assyifa belajar matematika yang digurui oleh Kevin. Kevin yang membuat soal di papan tulis lalu dijawab oleh siswanya dengan semangat. Bagaimana tidak, penampilannya hari ini sangat memukau bahkan Juwita, Nana, Tania dan teman perempuannya sangat terkagum-kagum melihat Kevin dengan sangat charming itu. Kemeja hitam yang dipakainya hari ini tak seperti guru lainnya yang memakai seragam. Tapi, mereka bertingkah biasa-biasa saja. Poni Kevin yang begitu tampan dan postur tubuhnya yang proposional. Siapa yang tidak terpukau?"Siapa yang bisa menyelesaikan soal ini?" tanya Kevin pada mereka.Tania menganggkat tangannya."Silahkan," ujar Kevin meletakkan spidol di atas meja lalu Tania meraih spidolnya dan menulis jawaban di papan tulis."Bagus," ucap Kevin seraya mengambil spidol dari Tania.Tania berjalan duduk di kursinya."Ada yang bisa lagi?" tanya Pak Kevin lagi."Saya, Pak," ujar Nana mengangkat

  • Married With Killer Teacher   Cepat Ceraikan Gue

    "Ayo pulang," ajakku pada Nana.Nana menganggukkan kepalanya seraya meraih tanganku dan kami berjalan pulang ke rumah.Saat di perjalanan, aku masih memikirkan apa yang dibicarakan Pak Kevin dengan Bu Adelia pagi tadi di parkiran. Aku sangat pernasaran sampai mereka saling bersitatap. Di mata Bu Adelia, dia melihat Pak Kevin dengan mengaguminya. Terlihat dari pupil matanya yang membesar menatap Pak Kevinku. Eh, Pak Kevinku? Belum Assyifa. Jangan berpikir yang aneh-aneh dulu, ih."Jangan dipikirkan lagi. Nanti kamu 'kan bisa tanyain langsung ke Pak Kevin," sahut Nana yang seakan tau dengan pikirankanku."Gak mikirin itu," elakku pada Nana.Nana sangat tahu apa yang ada di kepalaku dan hatiku karena kami juga sudah lama bersahabat dan juga Nana sering tidur bersama di rumahku dan aku juga begitu pada Nana. Sering makan siang dan makan malam di rumahnya."Terserah kamu," ujar Nana yang tak mau berdebat denganku.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status