Umalis si Mikel upang makalimutan ang nobya na nanakit sa kan'ya. Nasira at nasaktan, susubukan niya na buuin muli ang buhay. Iniwan ni Tamara ang kan'yang pamilya dahil sa kapatid na nagbenta sa kan'ya sa isang matandang bilyonaryo na naghahanap ng babae na magsisilang sa kan'yang anak. Dismayado at luhaan, susubukan niya na ayusin ang buhay. Ang dalawang may tinatakasan ay hindi sinasadya na magkrus ang landas isang gabi. Kinabukasan, nagising sila na ikinasal na sila sa isa't isa. Pareho silang tumakbo palayo sa gulo, ngunit ang nangyari noon nakaraang gabi ay nagpagulo lalo sa kanilang buhay. Mananatili kaya ang mga tumakas sa pangako ng kanilang kasal upang makadama ng tunay na pagmamahal? O pareho sila na makakahanap ng dahilan para takasan ang isa't isa?
View MoreHujan deras membasahi jalan-jalan gelap New York City saat Sarah berusaha keras mengguncangkan payungnya yang rusak.
Mantelnya basah oleh semburan air genangan mobil yang melintas ketika dia memutuskan untuk mencari perlindungan dari hujan yang semakin lebat.
Sepeda yang sudah usang juga tidak bekerja sama dengan baik. Ponsel jadul miliknya yang tidak memiliki signal.
"Ban sepeda tua ini malah bocor! Kurang ajar!" pekik Sarah dengan kesal. Masih ada 2 kotak makanan yang harus diantarnya, tetapi Sarah tidak bisa menemukan alamat yang jelas dan hujan tidak membantu sama sekali.
Dengan tergesa-gesa, dia melangkah menuju pintu sebuah restoran mewah yang seakan memancarkan kehangatan di tengah badai.
"Mungkin aku bisa meminta bantuan di restoran ini, setidaknya menghubungi majikanku," gumam Sarah lalu membuka pintu masuk.
Begitu dia memasuki restoran itu, suasana berubah secara drastis. Di dalam restoran, lampu-lampu redup menyoroti seorang pria dengan setelan jas mewah yang duduk di sebuah meja, tetapi keadaan yang lebih mengejutkan adalah bahwa meja itu dikelilingi oleh pria-pria bertubuh besar dengan wajah serius.
"Eh ..."
Terlalu terlambat untuk mundur, Sarah merasa ketegangan memenuhi ruangan. Kedua netra milik gadis cantik berusia 19 tahun itu membola.
Di ujung meja, di antara pria-pria yang mungkin saja anggota mafia, pria itu, Luca, sedang berdebat keras dengan salah satu dari mereka. Kata-kata berubah menjadi aksi ketika Luca tiba-tiba menarik pistol dari balik jasnya.
Dorr!
Suara tembakan menggelegar di dalam restoran yang tiba-tiba hening. Sarah berdiri membeku, mata terbelalak, dan tanpa sadar berlindung di balik pilar terdekat.
Luca, terkena tembakan di bahunya, jatuh ke lantai dengan gemetar. Darah merah gelap menyebar di atas mantel putihnya.
"Luca!" teriak salah satu pria di sekitar meja, berusaha mendekatinya, tetapi beberapa pria menahan dan memblokir jalannya.
Sarah, sekarang tak tahu harus berbuat apa, posisinya paling dekat dengan Luca. Dia berpikir harus segera menolong pria itu.
Secepat kilat langsung meraih jas hujan dan berlari mendekati Luca yang terluka. "Kamu tertembak, kita harus keluar dari sini!" katanya panik.
Dia mencoba menopang Luca yang kesakitan, dan pria-pria di sekitarnya, terlalu terkejut oleh apa yang baru saja terjadi, hanya bisa menatap dengan bingung. Mereka saling menatap karena gadis ini sedang merenggang nyawa.
Ini adalah pertemuan yang mendebarkan antara Sarah dan Luca, yang tanpa sengaja membawa mereka bersama dalam situasi berbahaya.
Sarah menarik tangan Luca, melintangkan tangan Luca ke bahunya, mencoba untuk memindahkan pria yang terluka itu. Luca gemetar, tetapi dia masih bisa berjalan walau dia sendiri bingung terhadap tindakan gadis yang tidak dikenalnya sama sekali.
Mereka melintasi lorong restoran yang sepi menuju pintu belakang, menghindari perhatian yang semakin ramai. Hujan masih deras, tetapi itu tidak terlalu penting sekarang.
Saat mereka mencapai pintu belakang, Luca mendengus pelan. "Siapa kamu?" tanyanya dengan suara parau dan wajah yang pucat.
Dar*h mengalir dari bahunya yang tertembak.
"Namaku Sarah, pengantar makanan," jawab Sarah dengan cepat. "Kita harus keluar dari sini, cepat!"
Gadis yang berani itu bergerak cepat dan berusaha untuk menolong pria yang tidak dikenalnya itu.
Mereka memasuki lorong sempit yang dipenuhi tong sampah dan barang-barang lain yang tidak terpakai.
Sarah membantu Luca menutupi luka tembakannya dengan handuk kecil miliknya. Ada suara langkah kaki mendekat di lorong itu, membuat mereka berdua merinding.
"Kita tidak bisa keluar dari sini," kata Luca dengan napas terengah-engah. "Mereka akan menemukan kita." Luca menahan tangan Sarah yang masih hendak menariknya.
Sarah merenung sebentar, lalu menunjuk pintu kecil di sisi lorong. "Ada tangga ke bawah di sana. Aku tahu jalan tikus di bawah, kita bisa melarikan diri dari sana."
"Jalan tikus?"
Luca sedikit heran atas perkataan dan keberanian wanita ini, dia pun setuju, dan mereka menyelinap ke bawah menggunakan tangga sempit menuju ruang bawah tanah yang tersembunyi.
Ruangan itu gelap, hanya terang oleh sinar bulan yang samar-samar masuk melalui jendela tinggi. Di tengah ruangan, Sarah membantu Luca duduk di atas lantai yang dingin.
"Kamu pasti tahu bahwa mereka akan mencari kita, seharusnya kamu meninggalkanku di sana saja," kata Luca dengan rasa cemas karena secara tidak sengaja sudah melibatkan gadis yang tidak bersalah.
Sarah mengangguk, wajahnya memancarkan kebingungan. "Kenapa kamu ada di sini? Apa yang terjadi? Mengapa mereka bermain senjata? Apakah kamu adalah polisi? atau kamu adalah penjahatnya?" tanya Sarah dengan bingung.
Luca menaikkan sudut bibirnya lalu menggeleng pelan, raut wajahnya tertutup. "Itu bukan ceritanya sekarang. Yang terpenting, bagaimana kita bisa keluar dari sini tanpa terlihat oleh mereka?"
Mereka mendengar suara langkah kaki di atas, yang semakin mendekat. Sarah menatap Luca, lalu ke jendela tinggi di dinding.
"Kita harus naik ke atap," kata Sarah dengan cepat. "Jendela ini menuju atap restoran. Mungkin kita bisa melarikan diri dari sana."
Luca mengangguk, dan mereka berdua berusaha berdiri. Luca mengerang karena rasa sakit di bahunya, tetapi dia tetap tegar. Mereka berdua berhasil mencapai jendela itu dan dengan hati-hati memanjat ke atap restoran.
Di atap, hujan yang deras masih terus turun. Mereka merasa angin dingin dan basah menusuk kulit mereka. Tanpa sengaja, Luca melirik cetakan bagian dada Sarah yang sudah basah kausnya karena hujan.
Luca menelan salivanya dengan susah payah. Bukannya menutup dirinya sendiri yang sudah basah, Sarah malah mengambil mantelnya yang setengah basah dan membungkuskan ke sekitar tubuh Luca.
Luca memang sedikit gemetar karena menahan nyeri sekaligus dingin. Namun, pria itu terharu dengan tindakan yang dilakukan oleh Sarah. Wanita itu tidak mengerti sekejam apa Luca dalam kehidupan sehari-harinya.
"Mari kita pergi," kata Sarah sambil mengarahkan pandangan ke sekitar atap.
Mereka melihat sekelompok pria di bawah, mencari-cari mereka. Luca dan Sarah harus bergerak dengan hati-hati, bersembunyi di balik tiang besar dan peralatan atap.
Luca menatap Sarah dengan ekspresi yang terkejut. "Kamu tidak perlu terlibat dalam ini," katanya dengan suara lembut.
"Kamu bisa pergi."
Sarah menggelengkan kepala tegas. "Aku sudah terlibat, Luca. Namamu, Luca bukan? Dan kita harus keluar dari sini bersama-sama."
Mereka terus merayap di atap, mencari jalan keluar yang aman, sambil berharap bisa melewati situasi yang semakin berbahaya.
Pertemuan tak terduga mereka telah mengubah nasib mereka, dan mereka belum tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Ayo, jangan lembek sekali jadi pria. Kamu bisa!" Sarah memberi semangat lalu merangkul Luca, menopang tubuh setinggi 180 cm itu di bahunya yang lebih pendek.
"Lembek?" Luca menatap tajam ke arah Sarah, tetapi wanita itu malah melihat ke arah lain dengan serius. Mencari jalan keluar.
Mereka merayap di atap yang licin, mencari tempat yang aman untuk melompat turun ke jalan. Hujan semakin deras, membuat langkah mereka semakin berat.
Sementara itu, pria-pria yang mencari mereka semakin mendekat. Terdengar derap langkah yang cukup serempak.
"Astaga, mereka kok cepat sekali," geram Sarah. Rambut Sarah sudah basah seluruhnya. Rambut berkepang dua yang basah itu malah menambah kecantikan alami dari wajahnya.
Luca menatap wanita pengantar makanan itu dengan lirikan tajam. Seandainya mereka bertemu dalam kondisi normal, Luca mungkin akan menelan gadis itu bulat-bulat.
"Kita harus menemukan jalan keluar segera," kata Luca dengan napas terengah-engah. "Mereka akan mengejar kita."
Sarah mengangguk, mata cemasnya memindai sekeliling atap yang gelap. Tiba-tiba, dia melihat tangga besi yang turun ke bangunan sebelah. "Ayo, Luca, ada tangga ke sana. Kita bisa mencoba melarikan diri lewat sana."
Luca setuju, dan mereka melompat ke tangga besi, merasa dingin yang menusuk kulit mereka.
Mereka turun dengan hati-hati, langkah demi langkah, hingga mencapai lantai yang lebih rendah.
Tiba-tiba, pintu darurat terbuka di depan mereka, dan seorang pria keluar dengan sigap.
"Ha ha ha, kalian tertangkap!" Suara pria bertubuh besar itu menggema di ruangan terbuka seiring petir yang menggelegar.
Maraming salamat po sa lahat ng suporta na ibinigay ninyo sa story ko na ito. Ito pa ay entry ko sa MBL contest ni GNPH. Kahit hindi po nanalo sa contest sapat na ang may mga nagbasa at sana po ay nagustuhan ninyo. Hindi perfect ang mga stories ko and I still have a long way to go, but the support that you are giving me warms my heart. Muli, maraming, maraming salamat sa suporta. Hanggang sa susunod po na kuwento. Pa-add din sa library ninyo and pa-support din po sa iba ko na story kay GN. The Invisible Love of Billionaire (Completed) My Back-up Boyfriend is a Mafia Boss (On-going) The Rise of the Fallen Ex-Wife (On-going) Falling for the Replacement Mistress (On-going)
Mikel Lucero and Tamara Ilustre had both never had a good and fulfilling family life. Pareho sila na pinagkaitan ng tadhana na maranasan ang isang masaya at tunay na pamilya. But that was before. Dahil ngayon ay binawi naman ng tadhana ang lahat ng paghihirap na ibinigay sa kanila noon. At bawing-bawi sila sa kasiyahan sa buhay pamilya na mayro’n silang dalawa ngayon. Hindi nila akalain na ang mga problema na tinakbuhan nila ay ang siya rin na magiging dahilan upang magtagpo at magbuklod ang mga landas nila. They were both tested on how far they could hold on to a fake relationship that they had started. And looking back, it started out as a fake marriage, but the emotions and feelings they both felt all throughout their married life were actually genuine. At paulit-ulit nila na ipaparamdam sa isa’t-isa, na kahit isang pagkakamali ang pagsisimula nila, patuloy rin iyon na magiging isang pinakamaganda na pagkakamali sa buhay nilang dalawa. Mikel ran away from problems, but he met and
The Lucero’s. That’s what we are. Kahapon lamang ay natapos na ang binyag ni Mirakel at pormal na rin namin siya na ipinakilala ni Tamara sa aming mga kapamilya at kaibigan. It was a joyous event that was shared with those special to us. Bidang-bida sa okasyon na iyon siyempre ang aming prinsesa na si Mira. It has been three months since our little princess was born. At sa loob ng tatlong buwan na iyon ay sinigurado ko na katulong ako ni Tamara sa bawat paghihirap at pagpupuyat niya. It was never easy for her, lalo na at breastfeeding mom siya, kaya lahat ng kaya ko na suporta ay ibinibigay ko sa kan’ya. Tamara and I are still slowly adjusting to being parents. A tough but very fulfilling job at that. And I wouldn’t trade it for anything in the world. At ipinapangako ko, I wouldn’t be anywhere near what my father is. Ang buong buhay ko ay ilalaan ko para sa mag-ina ko at sa iba pa namin na magiging anak sa hinaharap. Slowly now, the broken pieces of my life are being restored. At
"Diane, nasa opisina niya ba ang magaling na amo mo?" tanong ni Wyatt sa sekretarya ni Mikel na si Diane. "Ay, Sir Wyatt, oo, kadarating lang, pero aalis din agad at kukunin lang daw niya ang ilang mga dokumento na hindi nadala ni Sir Stan sa kanila kahapon." Inginuso pa nito ang direksyon ng opisina kay Wyatt. Tumango naman si Wyatt at isinenyas sa sekretarya na pupuntahan na niya. "Pasok na ako." "Huwag mo painitin ang ulo, Sir Wyatt, ha, good mood siya." "Ikaw talaga, Diane." Kumindat pa si Wyatt saka nagdiretso sa opisina ng pinsan niya. Hindi na siya kumatok pa at basta na lamang na pumasok sa silid. At doon ay naabutan niya si Mikel na nakasandal sa upuan nito at nakapikit. "You look exhausted. Sino ang pumagod sa’yo, ang reyna o ang prinsesa mo?" Dumilat si Mikel nang marinig ang boses ni Wyatt. "Ano ang ginagawa mo rito?" Balik-tanong niya na hindi na sinagot ang nauna na tanong ni Wyatt sa kan'ya. "To talk to you." Maangas na sagot ni Wyatt sa kan’ya na lumakad at umupo
Palakad-lakad sa pasilyo ng ospital si Mikel. Hindi siya mapakali sa kaka-isip sa kan’yang mag-ina. Kanina pa naipasok si Tamara sa loob at ang sabi ng doktora na maghintay na lamang siya. At sa totoo lamang ay sobra ang kaba niya ngayon. Not for himself but for his wife. Ganito pala ang kaba na nararamdaman ng mga asawa at ang halo-halo na emosyon na lumulukob sa kan’ya ngayon ay hindi niya talaga maipaliwanag. "Everything is going to be okay, Mikel." Lumapit sa kan’ya si Wyatt at tinapik pa siya sa balikat. Si Wyatt ang una na natawagan ni manang kanina na agad din na napasugod sa ospital nang malaman na manganganak na nga si Tamara. "She is a strong woman. She is well prepared for this." "It just feels so surreal that she is coming." sagot na lamang niya, dahil hanggang ngayon ay hindi pa rin niya talaga mapaniwalaan na lalabas na ang anak niya. "I’ve prepared for this day. Pero kanina, wala sa mga kahit na ano na plano ko ang nagawa ko, dahil sa pagkataranta ko. And everything I
Mahimbing na ang tulog ni Tamara nang pumasok si Mikel sa kanilang silid. Naging abala kasi siya matapos nila na maghapunan sa inaayos niya na gamit sa silid ng kanilang prinsesa. At dala marahil ng pagod dahil sa pamimili nila ni Tamara ng mga gamit ng bata kanina, ay hindi na siya nahintay pa ng asawa niya. Napangiti na lamang si Mikel na marahan na lumapit at tumabi kay Tamara. Wala sa kanilang plano ang magtungo sa mall at mamili, pero ano nga ba ang aasahan niya sa kan’yang asawa na lagi ay walang kaplano-plano at lahat ay dinaraan sa pabigla-bigla. Aba’y, kahit nga ang kasal nila noon ay naging pabigla-bigla, pero hindi niya na iyon pinagsisisihan pa sa ngayon. Itinawag pa nga niya sa doktora ni Tamara kung puwede pa ba na mamasyal at maglakad-lakad ang asawa niya, na sinang-ayunan naman ng doktora nila upang mas maging madali raw ang panganganak nito at hindi gaano na mahirapan. At kitang-kita niya ang saya ni Tamara kanina habang sila ay namimili. Inilibot niya ang kan’ya
Maligayang pagdating sa aming mundo ng katha - Goodnovel. Kung gusto mo ang nobelang ito o ikaw ay isang idealista,nais tuklasin ang isang perpektong mundo, at gusto mo ring maging isang manunulat ng nobela online upang kumita, maaari kang sumali sa aming pamilya upang magbasa o lumikha ng iba't ibang uri ng mga libro, tulad ng romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel at iba pa. Kung ikaw ay isang mambabasa, ang mga magandang nobela ay maaaring mapili dito. Kung ikaw ay isang may-akda, maaari kang makakuha ng higit na inspirasyon mula sa iba para makalikha ng mas makikinang na mga gawa, at higit pa, ang iyong mga gawa sa aming platform ay mas maraming pansin at makakakuha ng higit na paghanga mula sa mga mambabasa.
Comments