Share

Bab 3. Berteman

last update Last Updated: 2024-07-31 17:13:15

Hari ini.

[Mas, bisa jemput aku nggak di kampus?]

Langit menyandarkan tubuhnya di kursi ruang kerjanya. Mendapatkan notifikasi pesan dari sang istri membuatnya semakin lelah.

[Mas, kok nggak jawab? Mau jemput nggak?]

Kembali, sang istri mengirimi pesan lagi, setelah tak dibalas olehnya.

[Mas aku udah mau pulang ini. Bales dong chat aku! Jangan di baca doang!]

[Kenapa nggak naik taksi online aja sih? Saya sedang sibuk mengoreksi hasil tugas mahasiswa saya]

Di tempat lain di waktu yang sama, Senja hanya bisa menghela nafas panjang. Dadanya terasa sesak, karena sang suami, kembali tak memperdulikannya. Sekalinya sang suami membalas pesan yang dia kirim, suaminya itu malah membuat hatinya terasa nyeri. Argh, menyesal dia meminta Langit menjemputnya. Jika dia akan mendapat perlakuan dingin dari suaminya itu.

Dia pikir sejak kejadian tadi pagi, suaminya akan berubah. Nyatanya, Senja harus kembali kecewa dengan sikap Langit, suaminya itu yang masih saja tak menghiraukan keberadaannya.

[Kamu nggak takut, kalau nanti aku di culik?]

Beberapa menit kemudian.

[Nggak mungkin ada yang nyulik kamu, makan kamu banyak. Penculiknya pasti nyesel sudah menjadikan kamu tawanannya.]

Senja tersenyum saat sang suami membalas pesannya dengan nada candaan.

[Tapi body aku 'kan bagus, Mas. Bagaimana kalau penculiknya ngapa-ngapain aku? Memang kamu nggak takut gitu?]

Beberapa detik, menit. Sang suami tidak menjawab pesannya kali ini.

Akhirnya, Senja memutuskan untuk memesan taksi online, karena dia yakin jika sang suami tidak akan menjemputnya.

Namun Senja di kejutkan dengan suara klakson yang begitu memekakkan telinganya. Dan saat Senja menoleh, ternyata pelakunya adalah sahabat kakaknya sendiri yaitu Samudera Wijaya.

"Bang Sam!" Seru Senja seraya tersenyum manis kepada Samudera. "Abang ngapain ada di sini?"

"Abang habis ada urusan didaerah sini dan kebetulan lihat kamu. Kamu ngapain di pinggir jalan?"

"Aku mau pulang, Bang. Kebetulan mobil aku mogok. Jadi rencananya aku mau pesan taksi online, begitu."

Sesaat Samudera mengernyitkan dahinya.

"Suami kamu nggak jemput?"

"Hm...nggak Bang. Mas Langit lagi sibuk banget hari ini. Makanya dia nggak sempet jemput aku."

Dada Senja kembali sesak karena harus berbohong kepada semua orang tentang pernikahan yang dijalaninya bersama Langit.

"Kalau begitu, sekarang kamu ikut Abang! Biar Abang yang antar kamu pulang!" Ajak Samudera seraya menarik tangan Senja.

*****

"Akhirnya kamu pulang juga!"

Suara bariton sang suami begitu jelas terdengar saat Senja baru tiba di rumahnya. Dengan wajah lelahnya, gadis itu kemudian menghampiri sang suami lalu mengecup punggung tangan Langit dengan takzim.

"Penculiknya nggak jadi ngapa-ngapain kamu?" Lanjut Langit sambil menatap sinis istrinya itu.

"Mas berharap terjadi sesuatu sama aku?"

Langit hanya terdiam saat sang istri berbicara seperti itu kepadanya.

"Nggak jadi lah, aku berusaha menjaga kehormatan aku biar hanya suamiku saja yang mendapatkannya," lanjutnya.

Deg...!!!

Hati Langit seolah tercubit. Selama satu bulan dia menikah dengan gadis aneh ini, belum pernah sekalipun dia menyentuh sang istri.

"Lagian kalau itu sampai kejadian, ini bisa menjadi alasan, kamu menceraikan aku. Ya 'kan Mas?" Lanjut Senja lagi.

Pertanyaan yang dilontarkan Senja kembali membuat Langit tak bisa berkata-kata. Bahkan saat Senja melengos begitu saja, laki-laki itu hanya berdiri mematung.

Karena merasa lelah, Senja lebih memilih merebahkan tubuhnya sejenak sebelum dia membersihkan diri. Namun tiba-tiba, perutnya bersuara. Senja tersenyum miris, karena sejak tadi dia belum memakan apapun ke dalam perutnya. Argh, kenapa jatuh cinta membuat dia bodoh? Ya karena ciuman di keningnya tadi, Senja sampai lupa makan.

Senja kemudian bangkit untuk membersihkan diri. Setelahnya dia akan melaksanakan shalat Maghrib lalu akan pergi ke dapur untuk memasak mie instan.

Tadi sebelum pulang ke rumahnya, Senja dan Samudera mampir ke rumah Bunda Ayu. Sejak sebulan ini, gadis itu benar-benar sangat merindukan wanita yang sangat dicintainya itu. Gadis itu kemudian beristirahat sejenak di rumah Bundanya untuk sekedar memulihkan tenaga dan pikirannya yang sempat terkuras.

Setelah menyelesaikan semua hajatnya, Senja pergi ke dapur untuk mengisi perutnya yang sejak tadi masih kosong. Dan seperti biasa di jam-jam seperti ini ,sang suami tidak terlihat. Dia pasti sudah hibernasi di kamarnya atau tidak dia sedang berada di ruang kerjanya.

Dengan tenaga yang masih tersisa, Senja memasak mie instan kuah. Aroma yang menggugah selera, membuatnya tak sabar ingin segera memakannya.

"Masak mie lagi?"

Suara khas laki-laki yang dicintainya itu membuyarkan lamunannya.

"Tadinya aku mau masak rendang Mas, tapi males, masaknya lama. Keburu pingsan aku," jawab Senja asal.

"Jangan dibiasakan makan mie setiap hari nggak baik buat kesehatan kamu."

Kayaknya Mas Langit kesurupan deh. Kok tiba-tiba perhatian gitu. Aneh! Gumam Senja dalam hati

"Kamu bisa 'kan beli lauknya di warung nasi atau warung masakan padang? Itu lebih praktis lho, dibanding kamu makan mie terus tiap malam."

"Iya, nanti aku pertimbangkan saran kamu itu Mas. Tapi untuk malam ini, satu-satunya yang bisa aku makan ya, mie ini," ucap Senja seraya menuangkan mie instannya ke dalam mangkuk. Tak lupa topping telor mata sapi dan cabe rawit merah, membuatnya semakin tak sabar untuk memakannya.

Senja kemudian membawa mie instannya itu ke ruang tengah. Seperti biasa dia akan menikmati hasil masakannya Sambil menonton TV. Ah, nikmat sekali rasanya saat-saat seperti ini. Setidaknya, bisa menghilangkan sedikit rasa gundah di hatinya.

Namun Senja merasa heran karena tidak seperti biasanya, sang suami malah ikut duduk di sampingnya.

"Kenapa melihat saya seperti itu?" Ucap Langit saat sadar, sang istri meliriknya dengan heran. Ya wajar saja, selama mereka menikah, belum pernah mereka sedekat ini. "Kamu nggak nyaman saya disini?"

Ya Allah, kalau bukan karena aku cinta sama kamu Mas, sudah aku tumpahin ini mie ke kepala kamu. Aku justru sangat nyaman kalau kamu disisi aku, Mas. Kamunya aja yang keliatan nggak nyaman kalau aku deket kamu. Eh, tapi ngomong-ngomong, kenapa Mas Langit tiba-tiba aneh ya? Jangan-jangan bener nih, dia kesurupan! Hih...

"Jangan sok tahu. Aku mah seneng aja kalau kamu kayak gini. Kamunya aja yang nggak mau deket-deket sama aku. Ya 'kan? Takut kalau akhirnya kamu khilaf, Mas?"

Pletak!!!

Langit menjentikkan jarinya tepat di kening Senja. Membuat sang empunya meringis kesakitan.

"Jangan terlalu percaya diri kamu! Semoga itu tidak sampai terjadi. Saya nggak mau melukai hati kamu, Senja."

Kembali, Senja memasukkan mie ke dalam mulutnya. Rasa pedas yang dirasakan dari mie buatannya tidak sepedas ucapan suaminya yang selalu dia dengar. Ah, kenapa dia bisa jatuh cinta dengan seseorang yang tidak pernah peduli padanya ya?

Senja masih menikmati mie sambil menonton tayangan kesukaannya di televisi tanpa menghiraukan sang suami yang masih anteng duduk di sampingnya.

"Senja..."

"Hm..."

"Selama sebulan ini, kamu nyaman nggak tinggal bareng saya?"

Senja hampir saja tersedak saat Langit bertanya itu padanya.

"Kenapa kamu nanya itu Mas?"

"Hm, nggak. Saya hanya ingin tahu saja perasaan kamu, Senja."

"Hm, sejak kapan kamu peduli dengan perasaan aku, Mas?"

Langit melirik istrinya dengan tatapan yang tidak bisa diartikan, yang membuat Senja buru-buru mengalihkan pandangannya karena tidak sanggup dengan cara Langit menatapnya.

Duh, bisa jantungan aku kalau ditatap seperti itu sama Mas Langit. Gumam Senja dalam hati.

"Kalau aku nggak nyaman, mana mungkin aku bisa bertahan sejauh ini," lanjut Senja.

Senja kembali memasukan mie instan ke dalam mulutnya. Tidak menghiraukan Langit yang masih menatapnya lekat.

"Senja, saya mau minta maaf sama kamu karena saya masih belum bisa membuat kamu nyaman bersama saya. Saya pernah bilang sama kamu, saya belum bisa membuka hati saya saat ini untuk kamu. Kamu bisa ngertiin saya 'kan?

"Dari dulu juga aku selalu ngertiin kamu Mas. Kamunya aja yang nggak bisa ngerasain bagaimana aku selalu berusaha untuk bisa membuat kamu membuka hati untuk aku. Aku nggak bisa maksa kamu juga untuk hal itu, karena aku tahu, nggak mudah untuk kamu melakukannya, iya 'kan?"

Langit hanya bisa menghela nafas dengan kasar. Senja benar, dia memang tidak pernah berusaha untuk membuka hatinya untuk gadis itu. Ada nama seseorang dimasa lalunya yang masih melekat erat di hatinya. Dan Langit sama sekali tidak bisa menghapus nama itu, sekalipun sudah hampir dua tahun berlalu.

"Tenang Mas. Aku masih bisa kok bertahan sama kamu. Selain aku nggak mau ngecewain kedua orang tua aku, aku juga mau kalau pernikahan yang aku jalani saat ini sekali seumur hidup. Ya kecuali, kalau kamu nyerah. Aku nggak bisa berbuat apa-apa."

Deg...!!!

Kembali Senja merasakan dadanya terasa sesak. Apalagi tidak ada tanggapan dari suaminya itu. Laki-laki itu hanya diam seribu bahasa.

Karena merasa sudah sangat tidak nyaman, Senja akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Toh makanannya sudah habis tak tersisa, sehingga dia tidak perlu berlama-lama bersama suaminya itu.

Namun saat Senja hendak beranjak dari duduknya, tiba-tiba tangan kokoh itu menariknya. Tentu saja, Senja terkejut dan refleks menghentikan langkahnya.

"Senja, jika kita sama-sama nggak nyaman sebagai suami istri, bagaimana kalau mulai saat ini kita berteman."

Hah....!!!! Berteman?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 15. Kecewa

    Flash on.Langit masih belum berani berbicara dengan Senja. Setelah kejadian dua hari yang lalu. Ya, mereka akhirnya memutuskan untuk membatalkan liburan yang dijadwalkan selama tiga hari. Keesokan paginya, mereka pun langsung pulang dengan hati yang berkecamuk. Senja disini yang paling tersakiti, karena ternyata, sang suami lebih memilih menyerah untuk pernikahan mereka saat ini.Laki-laki itu benar-benar merasa sangat bersalah. Namun, berbarengan dengan perasaan lega, karena apa yang menjadi bebannya selama ini, telah bisa dirinya ungkapkan.Hari ini, Langit masih mendapatkan cutinya sehari lagi dengan menyiapkan sarapan untuk istrinya. Laki-laki itupun menata hasil masakannya di meja makan, berharap jika perasaan sang istri akan jauh lebih baik. Ini juga sebagai bentuk permintaan maafnya, karena sudah merusak liburan yang mungkin diharapkan akan menjadi liburan yang indah untuk istrinya itu."Untuk sementara, aku mau menginap di rumah Bunda," ucap Senja sambil melengos begitu saja

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 14. Menempuh Hidup Baru.

    Langit membuang pecinya secara sembarangan. Hari ini, laki-laki itu telah sah menjadi suami Senja. Ya, setelah kejadian itu, seminggu kemudian Langit melamar Senja. Itu semua dia lakukan, karena selain desakan warga komplek mereka, ini juga karena desakan Mama Dona, Mama dari Langit. Satu hari setelah kejadian, Langit menceritakan apa yang dialaminya. Bukannya terkejut, Sang Mama justru merasa sangat bahagia, karena akhirnya sang anak bisa menikah kembali, setelah sekian lama menduda. Bukan tanpa alasan Mama Dona sudah sangat lelah melihat Langit terus saja meratapi apa yang sudah menimpanya.Tentu saja, akhirnya pernikahan itu terselenggara meskipun hanya dihadiri keluarga inti mereka saja."Mas mau mandi?" Tanya Senja saat gadis itu sudah ada di kamarnya setelah tadi sempat ngobrol bersama sahabatnya, Dewi. "Kok malah diem aja sih?" Tanya Senja lagi. Gadis itu kemudian duduk di meja rias, untuk membuka aksesoris yang digunakannya saat acara akad nikah."Ini semua gara-gara kamu ya

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 13. Keputusan Sulit

    "Cepat jelaskan sama Ayah, apa yang kamu lakukan di kamar Langit, Senja! Dan kenapa kamu bisa ada di sana? Bukannya kamu bilang mau ke toko buku? 'kan tadi izinnya gitu sama Bunda, kok malah jadi ke rumah Nak Langit?"Bunda Ayu memegang tangan suaminya untuk menenangkan laki-laki yang sangat dicintainya. Bunda Ayu merasa tidak tega melihat sang anak yang sedang diinterogasi oleh ayahnya sendiri. Wajar saja Bunda Ayu seperti itu, selama ini, beliau belum pernah melihat suaminya semarah ini kepada anak bungsunya itu."Iya maaf Ayah, Bunda. Memang niatnya mau ke toko buku, Cuman tadi pas liat mobil Mas Langit masih terparkir di garasi rumahnya, Senja berubah pikiran. Senja pikir, Mas Langit pasti punya buku yang Senja maksud, secara Mas Langit Dosen Fakultas Ekonomi."Senja menarik nafas panjang. Dadanya berdegup kencang karena melihat amarah dari wajah sang Ayah."Teruskan!" Titah sang Ayah."Sesudah itu, Senja ketuk-ketuk pintu beberapa kali, tapi nggak ada yang jawab. Sampai tiba-tiba

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 12. Kesalahpahaman

    Semakin hari interaksi Langit dan Senja semakin sering mereka lakukan. Jika waktu luang, Langit sering menyempatkan diri untuk mengobrol dengan Pak Andika. Dan setelahnya, laki-laki itu selalu menyempatkan berbincang juga dengan Senja pula. Senja pun sudah merasa, jika Langit sudah benar-benar menjadi sahabatnya. Karena semakin hari, Langit semakin terbuka untuk sekedar ngobrol masalah pribadi kepada Senja. "Tumben nggak nemuin pacar kamu, Dek?" Tanya Bintang, kakak satu-satunya Senja. Senja menggeser tubuhnya saat sang Kakak kini ikut duduk di sampingnya. "Maksud Abang Mas Langit?" "Iya siapa lagi kalau bukan dia," ucap Bintang seraya mengambil cemilan yang ada ditangan Senja. "Mas Langit lagi bahas sesuatu yang penting sama Ayah. Jadi Adek nggak mau ganggu obrolan mereka. Lagian Adek 'kan sudah bilang sama Abang...Adek itu nggak pacaran sama Mas Langit." "Yakin? Kok Abang nggak percaya kalian nggak pacaran. Secara, Mas Langit sering banget datang ke rumah kita. kalau nggak pac

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 11. Kesan Yang Baik.

    Flashback."Mas Langit?""Assalamualaikum, Pak Dika-nya ada?""Walaikumsalam. Mas Langit mau ketemu Ayah?" Tanya Senja seolah tidak mendengar apa yang menjadi alasan tetangganya itu datang ke rumahnya. Langit menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu tidak berniat menjawab pertanyaan gadis yang ada dihadapannya itu, karena tadi sudah sangat jelas jika dia ingin bertemu dengan ketua Rt di kompleks perumahan tempat tinggalnya."Maaf Mas, sejak tadi pagi, Ayah sudah berangkat ke kantor. Bagaimana kalau nanti sore atau malam saja, Mas Langit datang lagi kemari," usul Senja."Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong kamu sudah rapi pagi-pagi begini, mau kemana?" Tanya Langit agak heran, karena belum pernah lihat Senja berpakaian formal seperti saat ini."Oh, saya mau kuliah Mas. Kenapa?""Kalau begitu Kebetulan saya juga mau ngajar pagi ini. Mau sekalian saya antar kamu kuliah?.""Beneran Mas? Mau...mau, Alhamdulillah," ucap Senja senang. "Tapi ngerepotin nggak?""Nggak lah, saya yang ngajak ka

  • Mas Duda Pencuri Hati   Bab 10. Akhir Kisah

    "RASYA…!!!"Langit terbangun dari tidurnya dengan nafas memburu. Mimpi yang baru saja dialaminya membuatnya frustasi. Kenapa Rasya kembali hadir di mimpinya? Argh…Langit sangat kesal saat ini, karena harus mengingat kembali wanita yang masih ada di hatinya sampai saat ini.Namun, Langit sadar saat dia melihat Senja sedang berdiri mematung dengan air mata yang mengalir di pipinya. Ini pasti karena dirinya yang tanpa sengaja menyebut nama Rasya di saat gadis itu percaya, jika Langit akan berusaha membuka hatinya.Refleks, Langit menghampiri Senja dan langsung memeluk tubuh mungil istrinya itu. Ini semua diluar kendalinya, dan dia pun menyesal. Ini pertama kalinya, laki-laki itu memeluk sang istri, setelah enam bulan lebih menjalani pernikahannya."Maaf, maafkan saya, Senja," ucap Langit sambil mempererat pelukannya.Bukannya menghentikan tangisannya, Senja justru semakin terisak. Sungguh, senja merasakan sakit di bagian dadanya, saat sang suami menyebut wanita lain dihadapannya."Makany

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status