共有

Bab 8. Putri Mahkota

作者: nanadvelyns
last update 最終更新日: 2025-11-26 16:56:24

“Berlutut, Diana! Kamu tidak sopan telah mendorong kakakmu!”

Diana menegang. Keningnya terlipat dalam.

Ia? Mendorong Isabella?

Isabella berdiri di samping Alon dengan tatapan terluka pura-pura, tangannya memegang lengan pria itu seolah butuh penyangga. 

Diana tidak memedulikan itu—ia hanya menatap ayahnya dengan ekspresi datar.

“Berlutut?” gumamnya di dalam hati, geli sekaligus marah.

Dia Putri Mahkota sekarang.

Namun keluarga Sinclair masih memperlakukannya seperti budak murahan.

“Aku tidak menyentuh Kak Isabella sama sekali,” ucap Diana tegas. “Justru Kak Isabella yang menggenggam tanganku. Bagaimana bisa aku mendorongnya, Ayah?”

Tuan Sinclair memukul sandaran kursinya dengan keras. Mata tuanya menyipit penuh amarah.

“Dasar putri tidak tahu terima kasih! Tanpa keluarga Sinclair, memangnya kau bisa menjadi Putri Mahkota?!”

Diana terasa ingin tertawa.

Keluarga ini… benar-benar delusional.

Renata maju setengah langkah sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi.

“Benar yang Ayahmu katakan! Jika bukan karena putriku mau mengalah untukmu, kau tidak akan menjadi Putri Mahkota!”

Mengalah?

Diana nyaris tersedak napasnya sendiri.

Mereka lah yang menjebak ‘Diana Sinclair’ untuk dibunuh!

Mengalah dari bagian mana?!

Diana menatap Renata dingin. “Mengalah?"

Renata terdiam sepersekian detik—cukup untuk menunjukkan retakan kepanikannya—namun ia segera kembali bersikap percaya diri.

Alon tiba-tiba melangkah maju. Wajahnya dibuat-buat prihatin, tangan kirinya menopang lengan Isabella seolah menjaga seorang wanita lembut.

“Aku melihatmu mendorong kakakmu, Diana.”

“Cukup katakan yang sejujurnya saja. Lagi pula… kau Putri Mahkota sekarang. Aku… atau kakakmu mungkin tidak terlalu penting di matamu.”

Isabella langsung menangis. Bukan tangis keras, melainkan rengekan menyayat yang terlatih, ditambah pandangan menyudutkan Diana seolah dia monster yang menindas keluarga sendiri.

Diana memejam sebentar.

Persis seperti kehidupannya sebelumnya.

Persis seperti luka lama yang kembali disayat.

Semua yang dilakukan keluarga itu adalah menyalahkannya, bahkan untuk hal-hal yang tidak pernah ia lakukan.

Tuan Sinclair kembali membentak.

“Berlutut, Diana!”

Namun Diana tetap berdiri tegak. Tidak bergerak sedikit pun.

“Aku kemari untuk memberi penghormatan,” ucapnya dingin. “Bukan untuk dihina.”

“Bukankah itu sama?” balas tuan Sinclair sinis. “Jika kau ingin memberi penghormatan, berlututlah sekarang!”

“Tidak.”

Hanya satu kata, namun cukup membuat wajah tuan Sinclair memerah.

Wajah-wajah lainnya mulai berubah beringas.

Pelayan-pelayan yang sejak awal memandang Diana dengan iri atau dendam tiba-tiba bergerak—atas isyarat Renata yang nyaris tidak terlihat.

Tangan-tangan kasar itu meraih bahunya, mendorongnya, menekan tubuhnya.

“Lepaskan,” dengus Diana.

Namun mereka tidak peduli.

Hingga akhirnya lutut Diana jatuh menghantam lantai marmer. 

Suara dentumannya cukup untuk membuat hatinya mencabik—bukan karena sakit fisik, melainkan penghinaan yang begitu sengaja dilakukan.

Diana mendongak perlahan.

Tatapan dinginnya menusuk tuan Sinclair.

Isabella tersenyum puas di pelukan Alon. 

Senyum penuh kemenangan, penuh keyakinan bahwa ia berhasil menginjak Diana bahkan setelah Diana menjadi Putri Mahkota.

Alon menatap Diana dengan iba palsu, seolah ia adalah satu-satunya yang ‘mengerti’ namun tidak bisa menolong.

Renata menyilangkan tangan di dada, pandangannya penuh jijik.

Tidak ada satu pun dari mereka yang memperlakukannya sebagai keluarga.

Diana menghela napas panjang.

Ia lupa bagaimana rasanya dicintai oleh orangtua—bahkan sebelum ia bereinkarnasi.

Ia hanya tahu rasanya dimanfaatkan.

Lantai dingin menempel di kulit lututnya.

Namun sebelum Diana sempat berbicara lagi—

—sebuah suara bergema dari halaman depan.

Suara yang menggetarkan jantung seluruh ruangan.

“PUTRA MAHKOTA DATANG!!”

Ruangan langsung berubah.

Semua wajah menegang.

Bahkan udara terasa berhenti bergerak.

Tuan Sinclair yang tadi duduk santai seakan raja kecil, langsung melompat bangun dan turun dari kursinya dengan panik. 

Renata ternganga. Isabella spontan melepaskan pelukan Alon. 

Para pelayan mendadak pucat dan berlutut serempak menghadap pintu.

Hanya Diana yang…

masih berada dalam posisi berlutut akibat paksaan tadi.

Langkah-langkah berat terdengar mendekat.

Lalu pintu besar itu terbuka.

Sosok pria memasuki ruangan—sosok yang mampu membuat seluruh aristokrat negeri menelan ludah.

Hanfu hitam berbordir emas naga membalut tubuhnya. Pedang panjang tergantung di pinggangnya. 

Tubuhnya tinggi dan tegap. Dan wajahnya—meskipun tertutup topeng emas—memancarkan kewibawaan yang membuat semua orang tunduk tanpa diperintah.

Arthur.

Matanya—mata biru sedingin bulan musim dingin—langsung menyapu ruangan.

Dari kursi tuan Sinclair.

Ke Renata.

Ke Isabella yang gemetar.

Ke para pelayan yang menunduk dalam-dalam.

Hingga akhirnya, matanya tertancap pada sosok perempuan yang sedang berlutut menghadap kursi keluarga Sinclair.

Diana.

Wajah di balik topeng itu mengeras.

Sangat keras.

Ia berhenti tepat di sisi Diana.

Lalu suara berat dinginnya menggema, memotong seluruh udara seperti pedang tajam.

“Pemandangan konyol apa ini?”

Seluruh ruangan menahan napas.

Diana perlahan menoleh, mendongak.

Mata birunya bertemu dengan mata Arthur.

Diana tercekat.

Arthur…

Datang?

Datang untuknya?

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 8. Putri Mahkota

    “Berlutut, Diana! Kamu tidak sopan telah mendorong kakakmu!”Diana menegang. Keningnya terlipat dalam.Ia? Mendorong Isabella?Isabella berdiri di samping Alon dengan tatapan terluka pura-pura, tangannya memegang lengan pria itu seolah butuh penyangga. Diana tidak memedulikan itu—ia hanya menatap ayahnya dengan ekspresi datar.“Berlutut?” gumamnya di dalam hati, geli sekaligus marah.Dia Putri Mahkota sekarang.Namun keluarga Sinclair masih memperlakukannya seperti budak murahan.“Aku tidak menyentuh Kak Isabella sama sekali,” ucap Diana tegas. “Justru Kak Isabella yang menggenggam tanganku. Bagaimana bisa aku mendorongnya, Ayah?”Tuan Sinclair memukul sandaran kursinya dengan keras. Mata tuanya menyipit penuh amarah.“Dasar putri tidak tahu terima kasih! Tanpa keluarga Sinclair, memangnya kau bisa menjadi Putri Mahkota?!”Diana terasa ingin tertawa.Keluarga ini… benar-benar delusional.Renata maju setengah langkah sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi.“Benar yang Ayahmu katakan! Ji

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 7. Kunjungan Penghormatan

    Keesokan paginya, surat kembali datang. Diana tidak bisa menunda kunjungan ke keluarga Sinclair lebih lama.Namun, saat ia bertanya mengenai pangeran–“Saat ini Yang Mulia tidak ada di ruang kerjanya. Saya kurang tahu, Putri.”Diana mengangguk perlahan.Ah. Jadi begitu.Tidak ingin menemani perjalanan tradisi penting ini, rupanya.Diana menghela napas tipis. Sungguh, ia sudah menduga. Arthur bukan tipe pria yang suka memperlihatkan kepedulian secara terbuka.Bahkan sangat mungkin… ia hanya menganggap Diana sebagai kewajiban negara yang kebetulan masih hidup.Mata Diana berkilat dingin saat kembali menatap bayangan wajahnya di cermin.Baik.Kalau begitu… dia akan menghadapi keluarganya sendiri.Dengan atau tanpa suaminya.“Ayo segera pergi,” ucap Diana sambil bangkit dari kursi.Embun dan Bibi Erna segera mengikuti dari belakang.Kereta kuda keluarga kerajaan yang dilapisi hiasan emas berhenti tepat di depan gerbang utama kediaman Sinclair. Para prajurit kerajaan membuka jalur, dan Di

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 6. Pengabdian Untuk Pengakuan

    Diana melipat surat itu kasar dan menyimpannya di balik pakaian. Sejujurnya, Diana pribadi tidak ingin peduli pada tradisi seperti kunjungan keluarga dan lain sebagainya.Namun, tubuh ini adalah milik putri bungsu keluarga Sinclair yang kini telah menjadi putri mahkota.Apa pun yang ia lakukan sekarang, akan ditanggung juga oleh suaminya. Yang meski namanya sudah buruk dan orangnya menyebalkan–pria itulah yang akan mendampingi hidup Diana kelak.Ia menarik napas panjang untuk menguasai emosinya sebelum akhirnya kembali berjalan mengejar Arthur.Pria itu rupanya menuju ruang kerjanya. Di sana, Arthur tengah duduk tenang di balik meja kerjanya. Punggungnya tegak, kedua tangannya menyatu di atas meja, dan tatapannya langsung terarah padanya ketika Diana muncul di ambang pintu.Diana membungkuk singkat. “Maaf, Yang Mulia. Saya tadi terkesan memaksa. Jika Anda–”“Duduk.”Satu kata. Singkat. Tegas. Pemotongan yang entah keberapa kalinya.Diana ingin sekali mendesah keras, tapi ia menahanny

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 5. Percaya Pada Saya

    Mendengar itu, Arthur tersenyum miring. Tampak mencemooh.“Memangnya dirimu pikir kau siapa?” ucap Arthur, dingin dan menusuk. “Jangan terlalu tinggi menilai dirimu.”Senyum Diana membeku sejenak. Ia memaksakan kembali senyum normalnya.Seharusnya ia tidak terkejut. Sepengetahuannya dan semua orang di buku, “Diana” yang asli tidak paham soal medis sama sekali. Selain itu, dengan jaminan apa Arthur bisa memercayainya begitu saja?Namun, sekarang, ia punya langkah yang jelas dalam misinya untuk mengambil hati sang pangeran.Ia akan menyembuhkan Arthur.Dengan begitu, Arthur akan memberinya pengakuan dan perlindungan. Baik itu dari keluarga Sinclair ataupun dari kematian.“Yang Mulia,” Diana mencoba lagi. “Jika Yang Mulia mengizinkan, saya bisa membuktikannya.”Arthur akhirnya bertanya datar, “Apa yang bisa kau berikan jika gagal membuktikan kalimatmu?”Diana tak ragu. Ia menatap Arthur lurus, mata birunya mantap, suaranya stabil.“Nyawa saya.”Arthur tidak bereaksi banyak. Namun, sepas

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 4. Langkah Pertama

    Pagi ini, Diana berdiri di depan pintu kediaman Arthur, menunggu. Istana mereka tidak jauh, hanya dipisahkan dua halaman kecil dan sebuah lorong panjang.Kemarin, ia bertanya pada Bibi Erna, pelayan senior istana yang mengenal rutinitas Putra Mahkota lebih baik dari siapa pun, tentang jadwal Arthur. Pria itu selalu bangun sebelum matahari terbit, lalu bersiap menuju majelis pagi bersama Kaisar dan para bangsawan tinggi.Ia terlambat kemarin. Namun, hari ini Diana bertekad mengambil hati sang pangeran.Toh, pria itu suaminya sekarang. Mau tidak mau, pria itu harus menerimanya seperti Diana menerima takdirnya saat ini.Belum saja Diana mengetuk, pintu kediaman Arthur tiba-tiba terbuka keras dari dalam. Kasim yang berjaga sampai terlonjak dan langsung bersujud.“Y-Yang Mulia….”“Selamat pagi.” Diana tersenyum ramah. “Apa Yang Mulia sudah bangun?”Kasim itu mengangguk buru-buru. “S-sudah, Putri. Putra Mahkota baru saja terbangun.”Ia berhenti, menatap Diana dari ujung rambut yang disanggu

  • Mendadak Jadi Istri Pangeran Buruk Rupa   Bab 3. Penawar Racun

    Arthur berdiri tiba-tiba. “Ikut aku.”Diana berusaha bangun tapi lututnya goyah.Tubuhnya terlalu panas. Sensasinya terlalu intens. Kakinya gemetar hebat setiap kali ia mencoba berdiri.“Aku… tidak bisa…” Ia menggigit bibir sekuat tenaga. “Gendong aku.”Arthur menatapnya seperti hendak melemparnya keluar jendela. Tatapan dingin, meski pria itu melangkah mendekat.Dengan kuat, ia menarik tubuh Diana ke dada bidangnya dan menggendongnya. Diana mendesah perlahan—bukan sengaja, melainkan refleks dari sensasi yang menusuk tubuhnya.Arthur mengencangkan rahangnya keras sembari melangkah keluar kamar, tampak tidak suka mendengar suara itu.“Yang Mulia…” suaranya lirih, hampir tidak terdengar. “Anda membawaku … ke mana?”Arthur tidak menjawab.Ketika ia membuka mata perlahan, mata mereka kembali beradu. Biru pucat dan biru gelap. Diana hampir tenggelam dalam tatapannya.Hingga tiba-tiba Arthur berhenti.Lalu–melepaskan gendongannya.BYUUURR!!!“AAKH!!”Diana jatuh ke dalam air dingin.Tubuhny

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status