Mag-log inMei Anqi menggeleng. Suaranya lembut saat mengatakan. “Yang Mulia, dia masih putra bangsawan. Saya hanya tidak ingin reputasi Yang Mulia jadi buruk karena saya.”
Raja Yan tidak mengatakan apa pun. Tatap tajamnya tertuju pada sepasang mata cantik Mei Anqi yang tampak berkaca-kaca, tapi wanita itu tetap tidak membiarkan air matanya jatuh. Bruk! Pria itu kemudian melepaskan cekalannya pada leher Sun Lun. “Hanya keluarga bangsawan jatuh. Putra selir rendah tidak berharga sama sekali.” “Tetap saja, Yang Mulia. Anda–eh?” Mei Anqi terkejut saat tubuhnya tiba-tiba terangkat ke udara. “Yang Mulia?” Mei Anqi hendak memprotes. “Apa yang–” “Diam.” Mei Anqi seketika mengunci bibir rapat-rapat. Ia sama sekali tidak mengeluarkan suara, meski jantungnya berdebar keras. Apalagi saat ia menyadari Raja Yan membawanya ke kamar pribadinya. Sepasang mata cantik berwarna almond itu terbelalak. Jangan-jangan– “Ah!” Mei Anqi mengaduh pelan saat tubuhnya jatuh di ranjang kayu yang keras. “Yang Mulia–” Belum sempat ia mengatakan apa pun, mulutnya langsung dibungkam dengan milik Raja Yan. Sedetik kemudian, hanfu kuning cerahnya dirobek hingga tak berbentuk sama sekali. Mei Anqi menahan keluhannya karena dicium, hanya bisa mengimbangi gerakan pria itu. Ia baru dilepaskan saat napas keduanya sudah tidak beraturan. Namun, tentu saja pria itu tidak akan berhenti hanya sampai sana. Tak berapa lama, keduanya sudah terlibat sebuah pergulatan panas. “Yang Mulia, tunggu—agh!” Mei Anqi mengutuk puluhan kali dalam hati. Sakit, sangat sakit saat pria itu memasuki dirinya. Mei Anqi menggeliat tidak nyaman, menurut ingatan pemilik tubuh asli, ini kelima kalinya mereka berhubungan badan. Namun rasanya masih seperti pertama kali. Raja Yan di sisi lain juga tersiksa, suara serak rendahnya bertanya bingung dan marah. “Kau menjepit terlalu erat, Qiqi.” Ia berkomentar dengan frustrasi. “Harusnya tidak lagi sesempit ini ... hm!” Mei Anqi berpura-pura menangis, mencoba menarik belas kasihan pria besar tersebut. Tapi tangisannya justru menjadi afrodisiak yang lebih kuat dari racun Gu di tubuh Raja Yan. Tangisan Mei Anqi yang semula hanya akting, telah berubah menjadi tangisan nyata antara kesakitan dan kenikmatan. Pekerjaan sebagai budak nafsu terlalu berat! Mei Anqi takut akan dihancurkan sampai sekarat di atas ranjang. Gerakan Raja Yan benar-benar kasar tanpa ilmu sedikit pun. Murni naluri primitif liar seorang pria. Bisa terlihat bahwa Raja Yan tidak berpengalaman sama sekali! “Qiqi, santai,” pinta Raja Yan. Dia kesulitan bergerak, terkunci oleh kerapatan tubuh Qiqi. Mei Anqi menangis sakit, “Bagaimana aku bisa santai saat ditindas sangat keras olehmu?” Terombang-ambing antara hidup dan mati, Mei Anqi melupakan formalitas dan kesopanan. Raja Yan menggeram rendah, tanpa memperdulikan Mei Anqi, pria itu bangkit dari ranjang sambil menopang tubuh langsingnya tanpa kesulitan. “Pelan-pelan, jangan jalan! Ah, perutku tertekan sangat dalam, unghh ... ” Mei Anqi menggigit bahu keras Raja Yan. Alhasil gigi putihnya sakit. “Yang Mulia menyiksaku!” Keluhnya cemberut. Raja Yan menekan tubuh ramping Mei Anqi ke dinding. Kedua lengan kekarnya mengangkat kaki putih si gadis. Kembali menghentakkan pinggulnya. “Kau budak nafsu yang aku beli, entah menyiksamu atau memaksamu juga terserah Yang Mulia ini. Beraninya kamu protes?” Jika terakhir kali Mei Anqi tersiksa selama satu jam, kali ini dia bahkan menjadi bodoh. Tidak ingat siang atau malam, dia hanya merasa bahwa ruhnya akan pamit ke surga. “Angkat pinggulmu, Qiqi.” “Yang Mulia, istirahat ... aku ingin istirahat,” wajah cantiknya pucat kehabisan tenaga. “Nanti lanjut lagi, bagaimana?” “Bukan bagianmu untuk memerintahku.” Hati kecil Mei Anqi diremas habis-habisan, dia lupa, ini bukan era modern. Sebagai budak, dia benar-benar berstatus rendah. Ranjang masih berderit hebat, tubuh kuat Raja Yan enggan beristirahat. Entah karena efek racun di tubuhnya terlalu lama, atau nafsu pribadinya terlalu besar— hanya Raja Yan sendiri yang tahu. Setelah selesai, Mei Anqi dibersihkan oleh pelayan seperti boneka. Lalu dibaringkan. “Yang Mulia ... ki-kita harus tidur, ‘kan?” Bertanya konyol, Mei Anqi duduk meringkuk di sudut ranjang paling pojok. Raja Yan diam, rambut hitamnya setengah basah, diikat asal. Sisa bulir air mandi masih menempel pada dada kencangnya, membasahi kulit berwarna gandum hingga nampak mengkilap penuh maskulinitas. Gadis di sudut sontak menelan ludah, pria seindah ini, pasti akan membuat para gadis menggila jika di dunia modern. “Apa yang sedang kau rencanakan?” Raja Yan tiba-tiba bertanya dingin, sedikit kelembutan selama bercinta telah sirna sepenuhnya. Tak heran, protagonis pria tetaplah protagonis pria. Akan aneh kalau mudah ditipu. Mei Anqi diam sejenak, paras cantiknya tampak polos dan jujur kala menjawab. “Hamba sadar, adalah anugerah karena Raja Yan bersedia membawa hamba keluar dari rumah bordil ... tapi hamba justru tidak tahu terimakasih dan banyak merugikan Yang Mulia. Mohon maafkan budak ini.” Masa lalu pemilik tubuh asli ialah penari terkenal di tempat prostitusi. Meski disukai banyak orang karena kecantikan dan keindahan tubuhnya, Madam tak pernah membiarkan pemilik tubuh asli disentuh siapapun. Sekalipun dibayar banyak. Usut punya usut, Madam memang berencana menjual pemilik tubuh asli ke pejabat tinggi. Dan ternyata, takdir membawanya pada Raja Yan. Ia dibeli karena memiliki tubuh langka, memiliki konstitusi energi Yang cerah. Cocok untuk mengobati racun afrodisiak Gu aneh pada tubuh Raja Yan. Selain dengan pemilik tubuh asli, racun Raja Yan tidak akan bisa diobati. Sekalipun kamu menyediakan seratus wanita cantik, racun ditubuh Raja Yan tidak akan bisa ditenangkan. Karenanya, Raja Yan memanjakkan pemilik tubuh asli melalui harta. Supaya bersedia menetap di sisinya. Tidak berlebihan apabila menyebut Mei Anqi merupakan tali kehidupan Raja Yan. Mengingat racun afrodisiak Gu belum ditemukan obatnya. Kecuali melakukan hal intim dengan wanita bertubuh energi Yang murni. “Yang Mulia,” panggil Mei Anqi lirih, hampir mencicit takut. Leluhur besar ini tidak bisa disinggung olehnya lagi, atau lehernya akan copot lebih awal. Raja Yan masih memiliki pandangan mata dingin, paras tampannya acuh tak acuh, “Bagus jika kau sadar diri.” Secercah kebahagiaan meliputi wajah bulat Mei Anqi, dia bertanya gembira, “Jadi Yang Mulia memaafkan Qiqi? Anda bersedia memberi kesempatan kedua? Saya berjanji akan melayani Yang Mulia dengan baik dan menuruti semua perintah Yang Mulia!” “Oh?” Alis kiri Raja Yan terangkat, suasana suramnya sedikit mereda. “Benarkah? Menuruti semuanya?”“Xiao Bai!” “Hamba datang, nona!” Dayang muda di luar pintu bergegas masuk ke ruangan, menunjukkan kehadirannya. “Siapkan air hangat.” “Baik!” Mei Anqi beringsut duduk ke tepian ranjang. Kaki putih panjangnya tergantung, bagian betisnya terekspos— memperlihatkan bengkak keunguan. ‘Sialan, cengkeraman Zhen Ming semalam amat kejam!’ batinnya dongkol. Baru mencoba melangkah sedikit, timbul nyeri menusuk tak tertahankan. Ia terpaksa kembali duduk, bersandar lemah pada pilar ranjang. Suara gemerisik pelan terdengar dari arah belakang tubuhnya. Ia berkata dingin tanpa menoleh, “Karena anda sudah bangun, silahkan kembali Yang Mulia. Halaman miskin ini tak mampu menampung anda lagi.” Di belakang, Zhen Ming bangun dan mencari sandaran ternyaman. Selimut tipis melorot dari tubuhnya. Memamerkan badan atletisnya yang berotot dengan kulit gandum eksotis mempesona. Bibirnya menyungging senyuman kecil, “Betapa teganya kau padaku. Kamu memerasku satu malam penuh dan begini imbal
“Sayangnya aku tidak bisa tidur dan bermimpi sekarang. Urusan kita belum selesai,” tekanan memenuhi nada suaranya. Mei Anqi terkapar lemah di atas ranjang. Sensasi tusukan yang mengejutkan merobek paksa rasionalitasnya. Napasnya terseret dan tersengal, bibirnya terbuka, mendesah sakit. “Akh!” Lehernya melengkung indah saat nyeri dan kenikmatan menyergap bersamaan. Geraman panas menggelegar dari atas tubuhnya. “Mei Anqi—enggh!” Wajah tampannya menegang tak senang saat jepitan hebat mencekik miliknya. “Sial,” ia mengumpat rendah, menyibak surai hitam panjangnya ke belakang dengan maskulin. ”Belum ada satu bulan kita berpisah dalam hal ini dan milikmu menggigitku begitu erat.” Zhen Ming membelai pinggang rampingnya yang sehalus giok. “Harus ku akui, tubuhmu terlahir untuk menjerat pria mana pun.” “Berhenti membual! Aku tahu kau hanya ingin merendahkanku sebagai pelacur, ‘kan?” pekik Mei Anqi setengah marah, setengah linglung. Bibir kecilnya terengah-engah, membuka lalu menutup.
“Racun anda kambuh lagi?” Tatapan Mei Anqi menelisik tubuh kekar Zhen Ming yang tak tertutupi hanfu dengan benar. Cahaya lampu minyak bergoyang redup membayangi struktur wajah tegas pria itu. Membuatnya terlihat sedikit menyeramkan. “Mmm,” sahut Zhen Ming dengan suara serak tertahan. Efek kambuhnya Racun Gu Afrodisiak baru mulai tertangkap mata ketika kulit gandumnya ternodai rona merah. ‘Pria brengsek ini selalu tahu cara mengusikku!’ cecarnya melalui batin. Mei Anqi harus melakukan tugasnya meski ia enggan. Jemari lentiknya bergerak membuka tali gaun tidur yang ia kenakan. Berhubung malam ini ia hanya mengenakkan selapis hanfu karena suhu masih panas. Alhasil setelah ikatan terbuka sepenuhnya, hanfu ungu mudanya meluruh ke atas ranjang— sosoknya yang indah dan ramping terpampang menggoda di depan mata. Surai hitam panjang Mei Anqi diikat longgar menggunakan pita panjang, ia lantas menarik pita itu sampai terlepas. Tanp aba-aba, Mei Anqi menggunakan kain tersebut se
Mei Anqi mendorong kuat bahu Zhen Ming hingga berhasil melepaskan diri dari pelukan memuakkannya. “Yang Mulia, anda akan membutuhkan saya di masa depan. Sebaiknya kita tetapkan beberapa aturan demi menjaga keharmonisan kerja sama.” “Membutuhkanmu di masa depan?” mengulangi ucapan Mei Anqi diselingi kekehan ringan, Zhen Ming dengan malas menopang dagunya. “Benarkah?” Jika boleh jujur, Mei Anqi semakin tidak menyukai sikap arogan pria itu. Entah si Permaisuri Wei atau Raja Yan, dua-duanya bukan orang baik. Seluruh penghuni istana juga bukanlah orang baik. Meskipun ada orang baik, jumlahnya pasti bisa dihitung menggunakan jari. “Yang Mulia akan tahu sendiri nanti.” Mei Anqi menjawab acuh seraya berbalik. Sebelum pergi, ia menolehkan paras cantiknya melintasi bahu. Sudut bibir ranumnya menipis lembut. Kepercayaan diri bersinar di balik mata almond indahnya. “Mari kita lihat apakah anda yang akan membutuhkan saya atau justru sebaliknya.” Seolah terpicu oleh kata-kata kelinci ke
Kaisar tidak akan berani menyentuh bisnis kertas jika dia tahu ‘orang suci’ adalah pelindung dibaliknya. “Cai Lun, keluar,” Zhen Ming mengusirnya tanpa belas kasih secara tiba-tiba. Pemuda berhanfu biru tua di dekat meja lantas berdiri gugup. ”Ya, Yang Mulia!” Mei Anqi memperhatikan punggung pemuda itu menghilang dibalik pintu kayu. Detik berikutnya wajahnya merunduk, memilih diam. Dari belakang, Zhen Ming datang menghampiri. Kemudian duduk di sampingnya. Lengannya yang kuat bergerak memeluk pinggang ramping Anqi, seperti yang biasa dia lakukan. Namun gadis itu tersentak kaget hanya karena sentuhan kecil. Raja Yan terlihat marah setelah ditolak. Mei Anqi menggeser tempat duduknya. Menciptakan jarak di antara mereka berdua. “Anda punya sesuatu yang ingin dikatakan, Yang Mulia?” Zhen Ming menahan kemarahannya, menarik kembali lengannya seraya mendengus. Kurangnya istirahat membuat sifatnya menjadi lebih sensitif. “Qiqi pamit kembali jika anda hanya diam.” Tepat saat ia h
“Tidak ada yang tidak mungkin,” jawab Zhen Ming datar tanpa emosi berlebih. Walaupun syarat menjadi kasim memerlukan langkah-langkah ketat, bukannya tidak mungkin meloloskan satu kandidat di antara ratusan kandidat lainnya. “Kasim itu mengikuti Permaisuri Wei saat dia masih seorang Selir Utama?” “Benar.” Berarti sudah jelas semuanya. Permaisuri Wei menyelundupkan kekasihnya melalui antek-antek di bawah naungan keluarganya. Sedikit suap saja sudah bisa meruntuhkan prinsip pejabat tinggi. Apalagi pejabat berstatus rendah yang tugasnya hanya mengurusi penyeleksian calon kasim. Tetapi tetap saja terdengar mengejutkan. Ada rasa jijik timbul dihati Mei Anqi. Manusia seperti Permaisuri Wei selalu paling merepotkan untuk dihadapi. Cocok dengan gelarnya sebagai penjahat terakhir bersama Raja Fei. Karena dia ingin mendudukkan anaknya dikursi naga, mari kita lihat apakah dia mampu? Mei Anqi bukanlah kesemek lembut yang akan diam ketika seseorang sengaja menghantamnya







