Share

Siapa Dia?

Bab 3

"Uangnya ketinggalan, Mas!" jawabku.

"Aduh, kok ketinggalan!" ucap ibu dengan suara yang kencang, terdengar ia jengkel mendapatkan kabar ini.

Aku sengaja tadi meninggalkan uang itu di rumah Ibu. Ketika minta mampir sebentar.

"Kamu yakin?" Mas Irwan menghampiri aku dan mengambil tas milikku, untuk memastikan.

"Gimana, Ir?" tanya Ibu dan air mukanya seperti gusar.

Pasti Ibu sudah membayangkan memegang uang puluhan juta. Tapi harapan ia sirna seketika dengan kabar buruk ini.

"Ibu jangan sedih ya," ujar Mas Irwan karena sangat jelas kekecewaan yang Ibunya tunjukkan.

"Dek, begini saja. Kamu transfer saja uang itu ke rekeningnya Amira. Besok biar Ibu yang mengambil uang itu ke Bank, biar gak repot dan Ibu pasti dapat uang itu!" ucap Mas Irwan memberi saran.

Muak aku mendengar sarannya, ingin mengakali aku. Demi uang mereka bersandiwara, pura-pura baik. Jika begitu aku juga bisa, pura-pura polos.

"Iya Mbak, ni nomor rekeningku. Aku sebutin aja ya, kirim ke sini!" tukas Amira dan mengambil ponsel dari dalam tas-nya.

"Kosong tujuh-"

Baru Amira ingin menyebutkan nomor rekening.

"Kamu lupa, Mas. Rekening yang ada uangnya, tidak aku daftarkan M-banking!" ucapku. Ya aku hanya mendaftarkan m-banking pada rekening yang isinya tidak sampai 30 juta. Karena takut boros dan selalu ketagihan untuk belanja online dan barang tidak terlalu penting.

"Kalian jemput aja, sekarang. Soalnya Ibu butuh uang itu!" akhirnya Ibu bersuara dan menyuruh kami untuk kembali demi kepentingannya.

"Oiya, mumpung kamu mau kembali, sekalian ya Serena. Bawa perhiasan milikmu!" ucap Mbak Iza dan menyuruhku membawa perhiasan. Tidak tahu malu.

"Ya ampun, ibu sampai lupa ingatin Serena tentang itu. Iya nak, kamu bawa ya perhiasanmu untuk kami pinjam nanti, di acara lamaran. Sekalian nanti mau ibu dan iparmu gunakan untuk acara resepsi. Karena kan keluarga Dimas orang berpunya, kami harus menyeimbangi-nya!" ujar Ibu yang ingin terlihat wah dengan putri-putrinya.

Lagian mereka tahu dari mana aku punya perhiasan cukup banyak, pasti mulut Mas Irwan yang ember ini memberitahu kan pada mereka.

"Iya Bu," aku mengiyakan dulu, memberi harapan palsu pada mereka.

Biarkan mereka merasa di atas awan dulu, setelah itu aku hempaskan dengan sebuah omong kosong. Rasanya persis seperti mereka membohongiku dengan bersandiwara.

"Mbak, Tania!" pekik Amira ketika seorang perempuan muncul. Dia cantik dan sepertinya sepantaran denganku.

"Mbak langsung ke sini, tadi kamu kirim pesan suruh datang," ucap perempuan yang di panggil Tania itu.

"Aku mau ngasih ini loh, untuk Mbak! Makasih ya udah nyempetin datang, nanti acara lamaranku harus datang sebelum acara ya! Nanti biar Mbak di makeup-in juga sama MUA yang bakal dandanin aku!" ujar Amira dan mengeluar sebuah plastik yang berisik kebaya.

"Pasti, Mbak akan datang! Udah gak sabar nih, mau di lamar!" ucap Tania dan membuka plastik untuk melihat kebaya seragam yang di berikan oleh Amira.

Aku melirik Mas Irwan. Yang seperti senyum dan memperhatikan Tania.

"Cantiknya kamu pakai kebaya ini, terlihat anggun mestinya," cicit Ibu dan memuji dia.

Siapa sih perempuan ini, bahkan ia di berikan kebaya yang bagus sama seperti yang lain. Sedangkan kebaya untukku bagian ketiaknya bolong.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
udah tau keluarga suami kayak gitu maka hati2 aja kamu. jgn terlalu baper dgn perhatian irwan suami mu
goodnovel comment avatar
Isabella
keluarga toxis .
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status