"Maaf, tapi saya tidak akan membayar tagihannya sepersen pun, karena semuanya adalah tanggung jawab Dokter Alex sebagai orang yang sudah menabrak saya. Tolong sampaikan pada beliau bahwa saya memiliki bukti CCTV kecelakaan pada hari itu. Oya, terima kasih coklatnya, Anda baik sekali." Ipeh mengambil coklat batangan dari tangan Marco sambil memberikan senyuman terbaiknya.
Marco menatap Ipeh dengan wajah datar, memastikan gadis di hadapannya tidak melihat kepanikannya."Apa Anda yakin ini yang terbaik," ucap Marco lagi, memberi kesempatan Ipeh untuk berubah pikiran dan meminta maaf."Tentu saja, Dokter Alex seharusnya bersyukur karena saya tidak melapor pada polisi atau memberi tahu kejadian saat itu pada media," ucap Ipeh, tersenyum tipis.Sekretaris Alex itu mengatur napasnya beberapa kali sebelum berbicara lagi dengan gadis keras kepala itu."Baiklah kalau itu keputusan Anda, kalau begitu saya pergi dulu. Saya harap Nona Devi siap dengan setiap konsekuensi yang akan terjadi di masa depan." Marco memperingatkan Ipeh karena dia tahu Tuan Mudanya bukan orang yang berlapang dada dan mudah hati.Ipeh terdiam, di satu sisi dia sedikit gentar mendengar pernyataan Marco tetapi di sisi lain dia tidak ingin penjahat yang sudah membuatnya mengalami kecelakaan itu melepaskan tanggung jawabnya.Marco bergegas melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar."Jiah, wajahnya datar tapi kupingnya merah." Gadis itu tergelak sendiri.Ipeh menyadari kecantikannya. Walaupun kulitnya tidak seputih saat ibunya masih ada tetapi selama ini wajah cantik dan senyumannya selalu berhasil membuat banyak laki-laki terpikat padanya.Setelah tawanya berhenti, Ipeh menatap kertas tagihan yang berserakan."Ternyata tunangan palsuku sangat pelit dan perhitungan. Dasar Kapitalis!" makinya pada Alex.Sementara itu di ruangan kepala rumah sakit. Alex memperhatikan tingkah Ipeh melalui CCTV yang sengaja dia pasang beserta alat penyadap di ruang perawatan gadis muda itu."Hah, lucu sekali! Seorang pengemis berani mengancam dan memakiku!" Alex menaikkan sedikit sudut bibirnya.Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu."Masuk!" seru Alex.Terlihat pria bertubuh tinggi besar membuka pintu itu dan melangkah masuk."Permisi Tuan Muda, tadi Nona Devi ...." Marco langsung terdiam saat Alex mengangkat tangannya karena telepon seluler milik dokter tampan itu terlihat bergetar.Alex menggeser icon hijau di layar ponselnya."Pagi, Kakek," sapanya."Hem pagi! Kakek akan pulang minggu depan. Kita makan malam di rumah utama jam tujuh malam dan kakek tidak menerima alasan pembatalan apapun!" tegas Luis Parker, Kakeknya Alex."Baik, Kakek, aku akan datang," sahut Alex dengan nada suara yang dibuat seriang mungkin."Ok, jangan lupa kamu minta Erna untuk mengirimkan laporan keuangan Rumah Sakit Permata tahun ini pada Ben," titah Kakeknya itu yang masih aktif menjadi Ketua Dewan pengawas Rumah Sakit Permata di usianya yang menginjak enam puluh tahun."Baik, Kakek, sampai jumpa minggu depan," jawab Alex."Ok, jangan terlalu banyak bekerja, nikmatilah masa mudamu!" seru Luis Parker yang mengkhawatirkan masa depan cucunya itu."Baik, Kakek, jangan khawatir," sahut Alex, setelah itu mereka menutup sambungan teleponnya masing-masing.Alex memutar kursinya, kemudian menatap Marco."Minta Tante Erna untuk mengirimkan laporan keuangan tahun ini pada Om Ben!" serunya.Dokter Erna adalah Direktur Keuangan Rumah Sakit Permata. Selain sebagai Dokter Orthopedi, dia juga memiliki gelar Magister Manajemen."Baik, Tuan Muda!" Marco mengangguk."Oya, cari tahu siapa yang memiliki salinan CCTV kecelakaan itu selain kita dan biarkan gadis itu pergi agar tidak membuat lebih banyak masalah untuk kita. Aku akan pulang ke rumah utama minggu depan dan pastikan informasi tentang gadis itu tidak sampai ke telinga kakekku!" titah Alex lagi"Baik, Tuan Muda," sahut Marco kemudian pamit keluar.Alex mematikan laptopnya, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan kanannya."Ck! Kenapa aku bodoh sekali membawanya ke rumah sakit ini dan mengatakan kalau gadis itu tunanganku!"Dokter bedah saraf tampan itu pun mengingat kembali kejadian tiga hari yang lalu.Bersambung✍️"Kapan kalian akan menikah?" Kakeknya Alex langung menodongkan pertanyaan yang membuat Ipeh shock. Gadis itu hanya bisa menelan ludah, matanya mencari-cari jawaban hingga bertemu dengan mata elang sang tunangan palsu. "Setelah Devi lulus kuliah, Kek," ujar Alex mantap, mendekati Ipeh dan duduk disampingnya, 'Ah, si raja tega bisa juga punya hati,' batin Ipeh saat Alex menyelamatkannya dengan jawaban tangkas yang tidak terpikirkan olehnya. Akan tetapi saat tiba-tiba tangan Alex menggenggam tangan Ipeh dengan lembut dan memberikan senyuman manis penggetar jiwa, gadis itu merasa tangannya tersengat listrik tidak kasat mata yang mengalir deras dalam darah Ipeh. 'Aduuh, ginjalku bergetar! Aku nggak tahan melihatnya! Aku butuh minum!' Setelah jantungnya menggila sejak digendong Alex dan diinterogasi oleh kakeknya Alex, kini ginjalnya benar-benar bergetar melihat senyuman malaikat milik Alex seakan pesona Alex menghisap semua kekuatan dan membuat tubuhnya kehilangan cairan. Dengan s
Alea semakin membenci Ipeh setelah mengetahui dirinya kalah dari seorang pengantar susu dan koran. Sementara itu, Ipeh yang telah selesai menceritakan pertemuan pertama dengan tunangan palsunya merasa lega karena para sesepuh keluarga Parker tidak ada yang komplain tentang apa yang dikatakannya. 'Semua yang aku katakan tidak sepenuhnya bohong, aku memang setiap hari mengantar susu dan koran ke rumahnya, terlepas dia melihatku atau tidak. Dia juga memang pernah jadi pembicara di kampusku dan fakta kalau dialah yang menolongku saat kecelakaan walaupun dialah penyebabnya. Dia juga yang menebusku di pelelangan walaupun dia penyebab aku dijual ke sana," ucap Ipeh di dalam hatinya. Dia menatap Alex sebelum menggerutu kembali di dalam hatinya. 'Entahlah dia itu sebenarnya Dewa Kesialan atau Dewa Keberuntunganku?' Ipeh mengakui di dalam hatinya walaupun Alex membuatnya masuk rumah sakit, tetapi karenanya, dia bisa mengenal orang-orang baik seperti Bibi Kesatu dan keluarganya Alex. Walaupun
'Mati, aku! Bagaimana kalau Kakeknya Alex tahu kalau aku ini tunangan palsu cucunya!' Ipeh menangis di dalam hati. "Kenapa ketakutan begitu? Kakek tidak akan melakukan hal-hal yang aneh padamu!" Kakeknya Alex tergelak karena merasa lucu dengan tingkah Ipeh. Saat semua orang berlomba-lomba berusaha mendekatinya dengan segala cara. Tunangan cucunya ini terlihat segan sejak pertama kali bertemu. "Hehe ...." Ipeh kembali tersenyum canggung. "Duduk di sini." Luis Parker, kakeknya Alex, menepuk-nepuk sofa kosong di sampingnya. "Baik, Kakek." Ipeh duduk perlahan di samping pria berusia enam puluh dua tahun yang masih terlihat gagah itu. Melihat perhatian semua orang tertuju pada Ipeh membuat Alea, sepupu Alex terlihat semakin mengeraskan wajahnya dan menggertakkan giginya. Biasanya semua perhatian dan pujian tertuju padanya, teapi sejak kabar munculnya tunangan kakak sepupunya terdengar orang tua dan kakeknya. Dia merasa tersisihkan. Alex pun beberapa kali membatalkan acara makan malam m
'Jadi, itu gadis tidak tahu diri yang sudah merebut perhatian Kak Alex dariku? Heh, ternyata gadis kampungan. Sebenarnya apa yang dilihat Kak Alex dari gadis miskin itu?Padahal aku jauh lebih cantik darinya!' Alea Dirja, sepupu Alex yang berusia enam belas tahun langsung memperlihatkan aura kebencian pada Ipeh. Seperti kedua orang tuanya, Alea, gadis yang jenius, dengan otak cemerlangnya, gadis itu bisa lompat kelas saat di sekolahnya dulu, dan berhasil menjadi mahasiswi kedokteran di usianya yang keempat belas tahun. Ipeh yang merasakan tatapan intens seseorang padanya, langsung menoleh ke arah Alea. Ipeh tersenyum padanya, tetapi hanya mendapatkan balasan tatapan tajam yang menghujam hatinya. 'Siapa dia? Kenapa dia terlihat membenciku? Apa salahku?' pikir Ipeh. Gadis itu terus memperhatikan Alea karena penasaran, tetapi suara Marco membuyarkan lamunannya. "Ini kursi rodanya, Tuan Muda." Marco mendorong kursi roda Ipeh ke hadapan Alex. Alex mengangguk lalu menurunkan Ipeh secara
"Jemput? Memangnya aku mau pergi ke mana, Tuan Marco? Bukannya jadwal ganti perbanku masih lama." Ipeh mengerutkan keningnya. "Anda akan makan malam di rumah utama keluarga Parker dan bertemu Tuan Besar," jelas Marco to the point. "Hah?" Ipeh kebingungan. "Iya, Nona Devi diminta untuk berpura-pura menjadi tunangan Tuan Muda di hadapan Kakek dan keluarga beliau." Marco masih berada di depan pintu. "Hah?" Ipeh tertegun. "Nona Devi." Marco mengibaskan tangannya di depan wajah Ipeh. "Eh." Ipeh tersadar dan mengedip-ngedipkan matanya. "Anda baik-baik saja?" Marco menatap gadis cantik itu. "Oh ... emm ... saya baik. Masuk dulu, Tuan Marco, istirahat dulu. Anda pasti capek sudah mengantar Bibi Kesatu ke bandara. Silakan Anda makan siang dulu, sudah saya siapkan di ruang makan dan saya mau berganti pakaian dulu." Ipeh memundurkan kursi rodanya untuk memberi jalan pada Marco. "Ok." Marco mengangguk, dia memang merasa lapar. Saat Marco menikmati makan siangnya. Ipeh memilah-milah pakai
'Benarkah ada hubungan spesial antara Tuan Muda Alex dan Nona Devil?' tanya Marco di dalam hatinya. Sekretaris Alex itu mengingat kejadian di malam perculikan Ipeh.Kriiing ... kriiing ....Saat itu ponsel milik Alex berbunyi. Pria tampan yang sibuk bermain game di dalam mobil itu langsung menggeser icon hijau pada layar smartphonenya."Malam Kakek," sapa Alex dengan nada suara lembut penuh hormat."Lex, Kakek akan pulang besok. Kita makan malam di rumah utama. Jangan lupa bawa tunanganmu!" tegas Beliau tiba-tiba."Tunangan?" Alex terkejut. Matanya terbuka lebar dan keringat dingin pun mulai membasahi tangannya."Iya, jangan kamu kira kakekmu ini tidak tahu apa-apa. Bawa dia besok!" tegas Kakeknya Alex, Luis Parker."Itu, sepertinya ...." Alex ragu-ragu."Tidak ada alasan apapun! Bawa dia ke hadapanku besok!" Luis Parker tidak mau berkompromi, selama ini Alex sudah terlalu sering menolak perjodohan yang beliau atur untuk cucunya tersebut. Klik!"Ck, merepotkan!" Alex menghela napas pa