Share

7. Salah Perhitungan

"Maaf, tapi saya tidak akan membayar tagihannya sepersen pun, karena semuanya adalah tanggung jawab Dokter Alex sebagai orang yang sudah menabrak saya. Tolong sampaikan pada beliau bahwa saya memiliki bukti CCTV kecelakaan pada hari itu. Oya, terima kasih coklatnya, Anda baik sekali." Ipeh mengambil coklat batangan dari tangan Marco sambil memberikan senyuman terbaiknya.

Marco menatap Ipeh dengan wajah datar, memastikan gadis di hadapannya tidak melihat kepanikannya.

"Apa Anda yakin ini yang terbaik," ucap Marco lagi, memberi kesempatan Ipeh untuk berubah pikiran dan meminta maaf.

"Tentu saja, Dokter Alex seharusnya bersyukur karena saya tidak melapor pada polisi atau memberi tahu kejadian saat itu pada media," ucap Ipeh, tersenyum tipis.

Sekretaris Alex itu mengatur napasnya beberapa kali sebelum berbicara lagi dengan gadis keras kepala itu.

"Baiklah kalau itu keputusan Anda, kalau begitu saya pergi dulu. Saya harap Nona Devi siap dengan setiap konsekuensi yang akan terjadi di masa depan." Marco memperingatkan Ipeh karena dia tahu Tuan Mudanya bukan orang yang berlapang dada dan mudah hati.

Ipeh terdiam, di satu sisi dia sedikit gentar mendengar pernyataan Marco tetapi di sisi lain dia tidak ingin penjahat yang sudah membuatnya mengalami kecelakaan itu melepaskan tanggung jawabnya.

Marco bergegas melangkahkan kaki jenjangnya menuju pintu keluar.

"Jiah, wajahnya datar tapi kupingnya merah." Gadis itu tergelak sendiri.

Ipeh menyadari kecantikannya. Walaupun kulitnya tidak seputih saat ibunya masih ada tetapi selama ini wajah cantik dan senyumannya selalu berhasil membuat banyak laki-laki terpikat padanya.

Setelah tawanya berhenti, Ipeh menatap kertas tagihan yang berserakan.

"Ternyata tunangan palsuku sangat pelit dan perhitungan. Dasar Kapitalis!" makinya pada Alex.

Sementara itu di ruangan kepala rumah sakit. Alex memperhatikan tingkah Ipeh melalui CCTV yang sengaja dia pasang beserta alat penyadap di ruang perawatan gadis muda itu.

"Hah, lucu sekali! Seorang pengemis berani mengancam dan memakiku!" Alex menaikkan sedikit sudut bibirnya.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu.

"Masuk!" seru Alex.

Terlihat pria bertubuh tinggi besar membuka pintu itu dan melangkah masuk.

"Permisi Tuan Muda, tadi Nona Devi ...." Marco langsung terdiam saat Alex mengangkat tangannya karena telepon seluler milik dokter tampan itu terlihat bergetar.

Alex menggeser icon hijau di layar ponselnya.

"Pagi, Kakek," sapanya.

"Hem pagi! Kakek akan pulang minggu depan. Kita makan malam di rumah utama jam tujuh malam dan kakek tidak menerima alasan pembatalan apapun!" tegas Luis Parker, Kakeknya Alex.

"Baik, Kakek, aku akan datang," sahut Alex dengan nada suara yang dibuat seriang mungkin.

"Ok, jangan lupa kamu minta Erna untuk mengirimkan laporan keuangan Rumah Sakit Permata tahun ini pada Ben," titah Kakeknya itu yang masih aktif menjadi Ketua Dewan pengawas Rumah Sakit Permata di usianya yang menginjak enam puluh tahun.

"Baik, Kakek, sampai jumpa minggu depan," jawab Alex.

"Ok, jangan terlalu banyak bekerja, nikmatilah masa mudamu!" seru Luis Parker yang mengkhawatirkan masa depan cucunya itu.

"Baik, Kakek, jangan khawatir," sahut Alex, setelah itu mereka menutup sambungan teleponnya masing-masing.

Alex memutar kursinya, kemudian menatap Marco.

"Minta Tante Erna untuk mengirimkan laporan keuangan tahun ini pada Om Ben!" serunya.

Dokter Erna adalah Direktur Keuangan Rumah Sakit Permata. Selain sebagai Dokter Orthopedi, dia juga memiliki gelar Magister Manajemen.

"Baik, Tuan Muda!" Marco mengangguk.

"Oya, cari tahu siapa yang memiliki salinan CCTV kecelakaan itu selain kita dan biarkan gadis itu pergi agar tidak membuat lebih banyak masalah untuk kita. Aku akan pulang ke rumah utama minggu depan dan pastikan informasi tentang gadis itu tidak sampai ke telinga kakekku!" titah Alex lagi

"Baik, Tuan Muda," sahut Marco kemudian pamit keluar.

Alex mematikan laptopnya, kemudian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan kanannya.

"Ck! Kenapa aku bodoh sekali membawanya ke rumah sakit ini dan mengatakan kalau gadis itu tunanganku!"

Dokter bedah saraf tampan itu pun mengingat kembali kejadian tiga hari yang lalu.

Bersambung✍️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status