Selama dua puluh tahun menjalani kehidupan, Rian tidak pernah sekalipun merasakan menjalin hubungan percintaan dengan seorang wanita. Semua itu bukanlah tanpa alasan, selama ini sang ayah dengan keras selalu melarangnya untuk berpacaran. Adapun Rian tidak pernah tahu alasan yang jelas mengapa sang ayah harus melarangnya memiliki kekasih. Sang ayah hanya selalu berkata, "Lebih baik bekerja keras daripada berpacaran. Jika bekerja keras kamu akan mendapatkan uang yang banyak dan dengan itulah kamu bisa mendapatkan apa saja yang kamu mau tanpa harus mendapatkan rasa kecewa!" Apakah seseorang lebih membutuhkan harta untuk membuatnya bahagia daripada sebuah cinta? Semua maksud perkataan sang ayah akan terjawab ketika Rian memiliki seorang pacar untuk pertama kalinya. Belum selesai sampai disitu, maksud tersebut juga akan berdampak pada kehidupan Rian selanjutnya.
Lihat lebih banyakSudah dua puluh tahun dalam hidupnya, Rian tidak pernah sekalipun menjalin hubungan percintaan dengan seorang wanita. Rian tidak bisa merasakan kebahagian seperti apa yang dirasakan anak-anak muda pada umumnya, yaitu mempunyai seorang pacar.
Apakah ini sesuatu hal yang wajar bagi anak muda seusiaku?
Pertanyaan itu selalu berputar-putar di otaknya selama ini.
Duduk di pinggiran alun-alun sendirian, Rian disuguhkan pemandangan di sekeliling alun-alun yang ramai dengan beberapa pasangan pria dan wanita yang sedang berpacaran. Mereka terlihat asik bercengkrama dan tertawa satu sama lain sambil menikmati matahari yang mulai tenggelam.
Rian hanya bisa melamun dengan tatapan kosong di matanya. Hanya rasa iri yang menggambarkan isi hatinya saat itu.
“Hei, Rian!”
Lamunan Rian terbuyar ketika mendengar suara seorang pria yang memanggil namanya. Rian lalu menoleh, matanya menyipit saat menemukan sumber suara itu.
Arif!
“Heh, lu juga ada disini rif?” Rian langsung balik menyapa setelah tahu itu ternyata temannya.
Arif adalah teman sekelas sekaligus sahabat dekat Rian ketika masih di SMA.
“Iya nih, lagi jalan-jalan aja sama pacar gua. Lah, lu sendirian aja dimari, belum juga punya pacar lu?” tanya Arif. Di sampingnya terlihat seorang gadis berkulit putih dan manis, gadis itu tidak lain adalah pacar Arif yang bernama Diana.
“Kebetulan aja tadi gua lewat sini terus pingin mampir. gak ada pacar, adanya gorengan masih anget nih. Lu mau?” jawab Rian tersenyum tipis sambil menyodorkan gorengan yang baru saja dia beli.
Merasa paham apa yang dikatakan Rian, Arif terkekeh lalu berkata, “Aduh, yan...yan... coba lu cari pacar deh biar gak ngerasa kesepian lagi!”
“Benar, lagipula kamu punya wajah yang cukup ganteng. Gak akan mudah bagi gadis manapun buat menolak cintamu” timpal Diana yang juga ikut memberikan pendapatnya.
Walaupun penampilannya yang terlihat sederhana, namun Rian memang memiliki wajah yang cukup tampan dan menarik. Ketika masih di SMA, tidak sedikit dari para gadis yang ingin mencoba mendekati Rian demi menjadi pacarnya. Tapi sayangnya tidak ada satu pun dari gadis-gadis itu yang digubris oleh Rian.
“Entah, mungkin pacar gua masih ngumpet di ketek bapak gua” balas Rian dengan senyum penuh arti.
“Hahaha! Lu masih aja kaya dulu, gak bisa diajak ngomong serius. Terserah lu aja dah!”
Arif tertawa pelan, dia paham Rian memang mempunyai sifat jenaka sejak dulu.
Setelah bercengkrama sebentar, akhirnya mereka bertiga berniat meninggalkan alun-alun karena hari sudah semakin gelap. Namun ketika ketiganya hendak beranjak untuk pergi, tiba-tiba terdengar suara wanita yang memanggil mereka dari belakang.
“Heh, kalian…,” panggil seorang gadis yang tampak bersama seorang pria yang cukup tampan disampingnya.
Ketiganya menoleh dengan serempak untuk melihat siapa yang memanggil.
Itu Sarah!
Rian dan Arif tercengang sebelum kemudian saling bertatapan.
Sarah adalah teman sekelas Rian dan Arif saat mereka masih berada di bangku SMA. Mereka sudah tidak pernah saling bertemu selama dua tahun sejak kelulusan sekolah.
“Sarah, itu kamu?” tanya Arif sambil mengernyitkan dahi.
Mengenakan setelan pakaian olahraga ditambah topi yang menutupi sebagian rambutnya membuat Sarah terlihat cantik dan manis. Tidak seperti Sarah yang dulu mereka kenal, dulu Sarah terlihat kumal karena belum mengenal fashion dan kosmetik. Melihat perbedaan yang drastis dari diri Sarah, membuat Rian dan Arif memandangnya dengan heran sekaligus terkesima.
“Ya, gua Sarah. Gimana kabar lu?” Sarah bertanya pada Arif lalu mengalihkan pandangannya kepada Diana. “Terus, cewek ini pacar lu?”
“Gua baik, dan iya ini pacar gua, namanya Diana!” jawab Arif dengan senyum bangga memperkenalkan pacarnya.
Sarah yang dari tadi tidak menganggap keberadaan Rian, sekilas melirik ke arahnya dengan tatapan jijik lalu berkata “ngomong-ngomong, cowok ini pacar gua, namanya Bayu. Cakep kan?”
Bayu hanya tersenyum sebelum akhirnya mengulurkan tangan kanannya dengan sopan untuk berjabat tangan kepada teman-teman Sarah. Namun, ketika Bayu hendak menjabatkan tangannya kepada Rian, tidak disangka Sarah dengan cepat langsung menarik tangan Bayu.
Rian hanya bisa mematung di tempat dengan tangan yang masih menggantung tanpa bisa berkata apa-apa, begitupun Arif dan Diana yang juga terdiam setelah menyaksikan apa yang terjadi barusan.
“Dia itu Rian, orang yang pernah aku ceritain sama kamu waktu itu. Kamu gak seharusnya menjabat tangannya!” Sarah berbisik lirih ke telinga Bayu.
Setelah mendengar bisikan dari Sarah, ekspresi wajah Bayu yang sebelumnya menunjukkan sifat ramah dan hormat, kini berubah menjadi tatapan yang menghina memandang Rian.
Sambil terkekeh Bayu berkata, “Oh, jadi ini yang namanya Rian? Laki-laki sok cakep yang suka mainin perasaan cewek.”
“Sial, maksud lu apa bodoh?”
Rian sangat marah karena pria yang baru ditemuinya dan bahkan belum dikenalinya sekonyong-konyong menghinanya begitu saja. Kini tangan kanan Rian yang sudah mengepalkan tinju, langsung melayangkan pukulannya pada Bayu. Namun belum sempat Rian mendaratkan tinjunya ke pipi Bayu, tiba-tiba tangan Sarah menangkisnya.
“Cukup!” teriak Sarah yang tidak terima pacarnya akan dipukul. “Dasar bajingan, lu itu cuma laki-laki sok jual mahal yang gak tahu diri. Penyesalan terbesar hidup gua adalah ketika dulu gua pernah suka sama lu!”
Plak!
Bunyi tamparan yang keras terdengar di sekitar. Rian mendapati dirinya baru saja ditampar oleh Sarah.
Rian hanya diam tidak tau harus berbuat apa, tidak mungkin dirinya membalas tamparan Sarah. Bagaimanapun alasannya, memukul seorang wanita adalah hal yang hina bagi Rian.
Sarah yang bersungut-sungut kemudian kembali mencibir, “Kalo sampai sekarang lu belum juga punya pacar, mungkin itu karma atas perbuatan lu dulu!”
Bayu menimpali, “Hahaha... lagian aneh sih kalo ada cewek yang mau jadi pacar dia!”
Belum puas dengan itu semua, Sarah lalu membuka ponselnya dan menyalakan kamera di ponselnya untuk merekam Rian. Tentu saja dia berniat menjelek-jelekan Rian dan kemudian mengunggahnya di media sosial agar menjadi viral, dengan begitu pasti Rian akan jadi bahan hinaan seluruh warga internet.
Hai guys, pernah gak sih kalian ketemu sama cowok kayak gini? Coba lihat, gayanya sih gak seberapa tapi sukanya bikin...
Belum sempat Sarah menghabiskan kata-katanya, Arif dengan cepat langsung menarik ponsel Sarah dari tangannya lalu menghapus video yang baru direkam.
Arif yang sedari tadi hanya diam menyaksikan semuanya, kini mulai muak melihat kedua pasangan itu terus menyudutkan Rian. “Sarah, kalo lu kesini cuma mau bikin ribut mending lu pergi sekarang! Daripada cowok lu gua habisin disini.” Tangan Arif kini sudah mencengkram kerah kaos Bayu.
Ekspresi wajah Sarah seketika berubah menjadi ketakutan setelah mendengar Arif marah dan mengancam pacarnya. Bagaimanapun, Sarah tahu dulu Arif adalah orang yang paling ditakuti oleh semua siswa di SMA. Dengan postur tubuh Arif yang kekar, tentunya bisa dengan mudah membuat pacar Sarah babak belur.
Tidak mau terjadi hal buruk pada pacarnya, Sarah langsung mengajak Bayu pergi dari situ tanpa mengatakan sepatah kata apa pun.
“Yan, lu gak apa-apa?” tanya Arif merasa kasihan terhadap Rian.
“Aman kok, santai aja,” jawab Rian. “Sarah kenapa tiba-tiba marah banget sama gua ya? Gua juga gak paham kenapa tadi Sarah bisa ngomong begitu.”
Rian merasa tidak paham dengan semua dengan yang terjadi barusan, dia juga bingung mengapa Sarah mengatakan hal demikian.
Rian tidak mengira pertemuannya dengan Sarah setelah sekian lama akan menjadi rumit seperti ini.
“Gua kurang terlalu paham sih, yang gua tahu dulu Sarah memang sempat suka sama lu, tapi lu sendiri gak pernah mau menanggapi. Mungkin itu sebabnya sih,” tutur Arif.
Rian selama ini memang tidak menyadari jika dulu Sarah termasuk gadis yang menyukainya. Bahkan dari semua gadis yang mencoba mendekati Rian, Sarah adalah orang yang paling berambisi untuk mendapatkannya, sialnya saat itu Rian hanya mengacuhkannya.
Oleh sebab itu, Sarah berpikir jika Rian mencampakkannya karena dirinya dulu terlihat jelek dan kumal. Tidak mengherankan sampai detik ini Sarah masih menyimpan rasa dendam terhadap Rian.
Walaupun sebenarnya bukan itulah alasan Rian mengabaikan banyak gadis termasuk Sarah, ia sama sekali tidak pernah memandang rendah fisik seorang wanita apalagi membandingkannya.
Meski sudah sedikit paham, Rian tidak mau memikirkannya terlalu panjang, dia akhirnya lebih memilih untuk pulang ke rumahnya.
Setibanya di pelataran rumahnya, Rian dikejutkan oleh ayahnya yang menarik kasar kakaknya menuju ke luar rumah seolah-olah sedang mengusirnya. Wajah ayahnya yang terlihat merah padam, mengindikasikan jika beliau sedang marah besar. Sedangkan kakaknya sendiri hanya bisa menangis ketakutan mendapati dirinya diseret bagaikan seekor sapi yang akan disembelih.
Rian tertegun, dia merasa bingung karena sebelumnya tidak pernah melihat ayahnya semarah ini.
Apa yang sedang terjadi? Dan apa yang membuatnya marah?
Rian bertanya-tanya dalam hatinya.
“Ngaco lu! Yok ah mending berangkat, hari udah makin siang nih!” Dodit langsung menyalakan motornya, ia tidak bisa mengulur waktu lagi melihat panas matahari yang sudah semakin terik. Pun dengan Bukit Cukul yang makin siang makin ramai oleh pengunjung. Kemudian Rian sekilas melirik ke arah mobil Citra yang terparkir. “Citra, kita naik motor aja gak apa-apa kan?” tanya Rian. “Nanti mobil kamu dimasukkin ke dalam bengkel aja!” Dodit menimpali, “Betul, mobil kamu aman kok ditaruh dalam bengkel!” Citra mengangguk sembari tersenyum lebar. “Gak masalah kok, kayaknya asik juga naik motor sambil liat pemandangan di sepanjang jalan!” Mendengarnya membuat Rian merasa sedikit lega, setelah sebelumnya ia berpikir jika Citra yang berpenampilan modis dan feminin lebih memilih menaiki mobil ketimbang motor dengan panas dan debu jalanan yang pastinya tak terhindarkan. Mereka berempat pun berangkat menuju Bukit Cukul dengan dua motor berbonceng
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam ketika akhirnya mereka selesai berbelanja semua bahan-bahan roti. Tidak ingin terlalu malam untuk sampai ke rumah masing-masing, mereka pun langsung mengendarai mobil berjalan menuju arah pulang.“Pertanyaan aku tadi belum kamu jawab loh!” Rian masih menyimpan rasa penasaran dengan semua kejadian tadi.Citra menghela napasnya sebelum kemudian menjelaskan. “Baik! Pertama aku minta maaf karena tadi aku terpaksa harus menganggap kamu sebagai pacarku, dengan tujuan supaya Radit gak gangguin aku lagi!”“Radit? Memang dia kenapa?” potong Rian.“Iya, Radit itu mantan pacar aku! Satu bulan yang lalu aku mutusin dia secara sepihak karena aku udah gak tahan lagi sama sifat mesum dia. Selama kita pacaran Radit selalu maksa aku buat having sex sama dia, tapi untungnya hal itu belum pernah terjadi karena selalu aku tolak!” jelas Citra, kedua matanya sudah berkaca-kaca bersiap men
“Hei, Rian!” panggil Dodit setelah melihat Rian memasuki bengkel.Rian yang mendengar Dodit memanggilnya, langsung buru-buru menghampirinya. “Gua baru aja dari Harvest Bakery dan gua juga udah dapat nomor handpone Citra, mantap gak?”“Wah gila sih! Gua gak ngira lu bakal dapat secepat itu, bahkan lebih cepat dari cowok yang baru dapat kabar kalau ceweknya lagi sendirian di rumah,” kata Dodit dengan diksi lucunya.“Ya, tapi kayaknya lebih cepat dari pemerintah kita yang mengatasi pandemi pada waktu itu deh,” balas Rian. “Terus, apalagi yang harus gua lakuin?”Dodit menyalakan sebatang rokoknya sebelum kemudian menjelaskan. “Langkah selanjutnya ente harus bisa ngajak Citra hangout, entah ke pantai atau tempat wisata lainnya. Karena dengan mengajaknya berlibur, wanita itu akan menganggap lu orang yang bisa membuatnya bahagia.”“Kira-kira gua harus ngajak Citra kemana ya?&rdq
Ternyata orang yang baru saja memasuki toko adalah Citra. “Citra!” Rian dengan cepat langsung memanggilnya, gadis cantik itu tampak lesu dengan rambut panjangnya yang terurai berantakan. Mengetahui Rian ternyata telah berada di dalam toko, Citra yang tidak bisa menyembunyikan rasa lelah di wajahnya, memaksakan senyum saat melihat Rian. “Aku kira kamu gak bakal datang Rian,” ucapnya. “Maafin aku ya! Aku gak datang pagi tadi karena bangun kesiangan.” Rian menggelengkan kepalanya menunjukkan rasa bersalah. “Tebakanku meleset, kukira kamu memang gak mau datang kesini.” Citra tersenyum kecut lalu melanjutkan, “Lupain aja, sekarang kita makan roti dulu!” “Enggak usah, aku kesini lagi besok pagi aja. Kamu kayaknya kelihatan capai, jadi lebih baik kamu pulang aja!” Rian buru-buru menjawabnya, ia merasa tidak tega melihat keadaan Citra. Tanpa menghiraukan perkataan Rian, Citra lalu merubah pandangannya ke arah gadis pelayan yang merupakan sauda
Rian yang penasaran akhirnya memasuki coffeshop itu untuk menghampiri kakaknya. “Kak!” panggil Rian sambil berjalan menuju meja tempat kakaknya berada. Ekpresi kaget tergambar di wajah Alvin begitu melihat adiknya yang tiba-tiba berada disini. Alvin menelan ludahnya lalu berkata, “Rian, lu kok ada disini? Bukannya habis kerja lu langsung pulang ke rumah?” “Ya, tadi gua lewat sini terus gak sengaja lihat lu ada di dalam coffeshop ini.” Rian lalu melirik ke arah wanita yang sedang duduk di depan kakaknya. “Ini pacar lu kak?” Raut kepanikan semakin terlihat jelas di wajah Alvin ketika adiknya menanyakan itu. Wanita itu memang kekasihnya, jadi dia takut jika Rian tahu dan melaporkan ke ayahnya. “Yaelah, santai aja kali! Kalau ini memang pacar lu, gua gak bakal laporin ke ayah kok!” Rian memaklumi itu karena ia tahu kakaknya adalah pribadi yang keras kepala, berbeda dengan dirinya yang mempunyai sifat penurut. Alvin akan tetap mengejar kein
Menoleh untuk mencari tahu pemilik suara itu, tubuh Rian langsung terguncang hebat saat kedua bola matanya melihat jelas wanita itu.Wanita itu tidak lain adalah Citra.Rian bisa merasakan jantungnya berdegup kencang.Paras Citra yang cantik dengan rambut panjangnya yang bergelombang terayun, ditambah badannya yang langsing dibalut kaos ketat, benar-benar membuat Rian terpana. Rian hanya bisa mematung memandangi keindahan itu.Sampai akhirnya Citra melambaikan tangannya untuk membuyarkan tatapan Rian.Rian yang akhirnya tersadar lalu dengan gugup menjawab, “iya, saya… saya mau beli roti!”“Maafin saya Mas! Karena tadi mobil saya tiba-tiba mogok di pertigaan jalan dekat jembatan, jadi saya harus ninggalin mobil dan jalan kaki kesini. Itu sebabnya toko roti ini terlambat buka.”Citra menjelaskan situasinya sambil kedua telapak tangannya menyatu sebagai isyarat meminta maaf.Rian mengangguk pelan ser
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen