Pelakor Yang Diundang Suamiku

Pelakor Yang Diundang Suamiku

Oleh:  Naomi Ataya  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
117Bab
25.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Vania Larasati, seorang istri yang begitu mencintai keluarga dan mertuanya. Kehidupan pernikahannya bersama Hanif Eka Kuncoro, selalu dilimpahkan oleh cinta. Namun siapa sangka, ternyata semuanya palsu. Hanif pulang meminta izin untuk menikahi Lia, cinta masa lalu yang belum usai hingga kini. “Kasihan dia, Van. Sekarang Lia itu janda,” ucap Hanif saat Vania menolak izinnya untuk menikah lagi. “Lantas, apakah kamu ingin menjandakan aku dengan menikahi janda, Mas?” Belum usai masalah izin Hanif untuk menikah lagi, timbul fakta dari alasan pernikahan mereka dulu. Vania pun mulai menyusun rencana, untuk membalas mereka!

Lihat lebih banyak
Pelakor Yang Diundang Suamiku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
yenyen
kirain endingnya hanif jafian sama lulusan mesir
2023-05-09 23:35:16
0
117 Bab
Bab 1
“Aku akan menikah lagi, Van,” ucap Mas Hanif saat kami tengah duduk di ruang keluarga sore ini. Aku terkejut bukan main saat mendengarnya. Tak ada hujan dan badai, tiba-tiba suamiku ngelantur begini?“Kenapa, Mas?” tanyaku.Sebenarnya, aku sudah merasakan keanehan yang terjadi pada diri Mas Hanif. Entah sejak kapan, tapi belum lama ini ia jadi sering membawa ponselnya ikut serta ke kamar mandi. Awalnya aku hanya diam, mungkin ia ingin bermain game saat di dalam sana. Namun semakin kuperhatikan, rasanya semakin aneh.“Mas, kenapa? Apa karena aku sudah tak cantik lagi? Apa karena aku sudah tua, atau karena cinta pertamamu datang?” tanyaku.“Maksudmu apa, Van?” “Sebenarnya aku pernah melihatmu bersama Lia, Mas. Jangan menyangkal, karena aku melihat kalian bergandeng tangan mesra sambil tertawa lebar saat masuk ke dalam mobil,” ucapku tenang.Mas Hanif terdiam. Entah, mungkin dia tak menyangka jika aku akan begini. Apakah ia mengharapkan aku yang menangis tersedu-sedu? Oh tidak, Mas! Kha
Baca selengkapnya
Bab 2
“Apa maksud ucapanmu itu, Lia?” tanyaku sambil keluar dari persembunyianku.“Vania.” Mas Hanif dan Lia terperangah. Yah, sudah pasti mereka tak menyangka jika aku berada di sini. Mas Hanif langsung menghampiriku dan mencoba meraih tangan. Tadinya, aku ingin membicarakan hal ini pada mereka, namun mendengar omong kosong ini membuatku naik darah juga. Kuampiri Lia yang seakan gugup.“Jelaskan padaku, apa maksudmu?” “Emm … Anu ….”“Nggak usah anu-anu. Jelaskan!"“Sudah lah, Van, Lia hanya salah bicara,” bela Mas Hanif yang membuatku semakin panas.“Kamu membela pelakor ini, Mas?”“Pelakor? Siapa yang pelakor? Bukankah orang ketiga di sini adalah kamu?” sentak Lia.“Heh, punya otak masih terpasang rapi itu dipake! Jelas yang istri sah-nya di sini adalah aku!” ucapku.“Tapi Mas Hanif hanya mencintaiku,” ucap Lia penuh percaya diri.“Lia, sebaiknya kamu pulang dulu. Ini bukan waktunya kalian bertengkar. Bagaimana kalau Ibu nanti dengar dan malah ke sini?”Lia membeliakkan matanya. Mungkin
Baca selengkapnya
Bab 3
“Hotel?” tanyaku dengan mata membeliak. “Iya, Mbak. Sebenarnya aku ingin membicarakan hal ini dari kemarin tapi mau kirim pesan takut Mas Hanif yang membacanya. Bisa-bisa kami perang nantinya.”“Sebenarnya Mbak sudah tahu semuanya, Jri. Tadi siang pun Lia datang ke rumah.”“Apa? Berani banget. Dia datang sendiri atau sama Mas Hanif?”“Sama Mas Hanif. Mbak juga kaget banget. Untung Ibu dan anak-anak nggak tahu. Coba kalau lihat, pasti kemarin ribut. Apalagi Ibu, bukankah dulu Ibu nggak suka sama Lia?”“Iya. Mbak nggak tahu aja, dulu sewaktu Mas Hanif pernah bikin Ibu drop karena memperhatikan Mas Hanif pasca putus dari Mbak Lia.” Aku diam saja, lagi pula itu bukan urusanku. Kenapa pula Fajri menceritakannya? Hendak membuatku cemburu? Maaf saja, sekarang bukan lagi urusan hati, aku hanya mempertahankan rumah tangga ini demi masa depan anakku. Aku tak ingin mereka hidup terpisah dari papanya dan hidup kekurangan. Apalagi aku bisa melihat bagaimana sifat asli Lia. Ia pasti ingin menguas
Baca selengkapnya
Bab 4
Anna turun dengan kepala ditekuk, aku tahu pasti sudah terjadi hal-hal yang tak diinginkan. Aku menghampiri Mas Hanif yang tengah tersenyum lebar ke araku, sungguh bagai ia tengah menantangku.“kamu gila? Ngapain ngajak dia?” tanyaku.“Bukankah kamu sendiri yang menantangku? Sekarang aku bawa dia, kenapa kamu protes?” tanyanya.“Mas, tapi nggak harus sama Anna juga. Kamu nggak mikirin perasaan dia? Jangan mengada-ada deh, Mas.”Mas Hanif hanya mengedikkan bahunya, lalu berjalan melewatiku. Sama sekali tak memikirkan bagaimana perasaan anaknya sendiri. “Anna butuh penjelasan dari Mama,” ucap Anna sambil berjalan masuk ke dalam rumah, lalu aku meminta Aldi untuk menjelaskan alakadarnya dulu pada Anna.Aku pun berjalan ke rumah Ibu, tepat ketika aku hendak memanggil nama suamiku itu, Ibu membukakan pintu. Aku bisa melihat raut terkejut di wajah Ibu, namun hanya sebentar saja karena setelahnya beliau tersenyum. “Duh, menantuku satu-satunya, kebetulan sekali, Mbok Nah masak cumi. Kamu su
Baca selengkapnya
Bab 5
Belum usai rasa terkejutku mendengar pernyataan Mas Hanif kemarin, siang ini lelaki itu datang membawa gundiknya. Bahkan gundiknya membawa dua buah koper dan juga beberapa barang. "Ngapain kamu bawa dia ke sini?" sengitku, seraya melipat tangan di depan dada. Melihat wajah Lia benar-benar membuatku muak, ia tampak jumawa karena berhasil membuat Mas Hanif jatuh kepelukannya lagi. "Lia akan tinggal di sini, anggap saja sebelum kami benar-benar menikah kita training hidup satu atap bersama," ucap Mas Hanif dengan entengnya. Entah di mana lelaki itu meletakkan otaknya, sehingga begitu bodoh demi menuruti keinginan gundiknya.Lia mengibaskan rambut gulalinya, cih, apa dia merasa cantik dengan warna rambut seperti itu? "Aku tak mengizinkan wanita itu tinggal di sini!" Lia mencebik, "sebagai istri seharusnya kamu menuruti perintah suami!" Aku memutar bola mata jengah. "Benar apa kata Lia, Van. Kamu harus nurut apapun perintah Mas, di sini yang jadi kepala rumah tangga itu Mas, jadi k
Baca selengkapnya
Bab 6
Esok pagi. "Anna!" Mas Hanif tampak berusaha mengajak bicara putrinya, tapi tampaknya Anna masih enggan berbicara dengan sang Ayah. Wajar saja, gadisku itu pasti sangat terluka mengetahui cinta pertamanya tersebut membagi raga dan hati pada wanita lain. Anna mencium punggung tanganku, lalu berangkat ke sekolah tanpa berpamitan pada Mas Hanif. Anak keduaku itu memang sedikit keras kepala dan egois, jika ia sudah benci maka jangan harap bisa melihat senyum manis tercetak diwajahnya. "Tunggu emosinya reda dulu, Mas. Anna itu sedang patah hati, mengetahui pengkhianatanmu!" ucapku seraya merapikan meja makan. Sementara Lia, masih bergulung di dalam selimut. Sepertinya Mas Hanif belum menyadari jika selingkuhannya itu tak sarapan bersama. Lelaki itu, sejak tadi berusaha menarik perhatian anak-anaknya. "Apa kamu enggak bisa memberi pengertian pada anak-anak, Van?" ucapnya seraya menatapku tajam. Aku mengangkat sebelah alisku. Apa maksudnya? Apa ia ingin meminta anak-anak memaklumi pers
Baca selengkapnya
Bab 7
"Ini pasti karena kamu enggak bisa mendidik anak!" hardik Mas Hanif.Jemariku mengepal, "Tahu apa kamu soal mendidik anak? Bukankah yang kamu tahu hanya kebahagiaan Kikan?""Kikan juga anakku, wajar aku ingin membahagiakan dia!" ketus Mas Hanif.Cih, lihat saja nanti Mas. Kamu akan menelan pil pahit, tentang siapa sebenarnya Lia dan anaknya itu?! Aku menatap punggung Mas Hanif yang menjauh, ia pergi ke belakang sepertinya menenangkan diri di teras belakang.Syukur-syukur jika ia menyadari kesalahannya sendiri.Sekilas aku mendengar perdebatan Lia dengan orang yang sedang ia telpon. Entah apa yang sedang dibahas wanita itu, aku yakin sesuatu yang sangat penting.Aku mengendikkan bahu, seraya melangkah ke kamar Ibu mengantarkan makanan untuk beliau. Sengaja malam ini aku tak masak malam ini, biar saja suamiku beserta gundiknya itu kelaparan.__"Lusa aniversarry kamu sama Hanif, 'kan Van?" tanya Ibu saat aku tengah menemani beliau makan di kamar.Aku menatap kalender, benar saja, lusa
Baca selengkapnya
Bab 8
“Btw, selamat ulang tahun pernikahan, ya, semoga djauhkan dari ular berbisa,” ucap Raisa yang membuatku mengerutan kening.“Maksudnya?” tanyaku.“Ah, adalah. Ntar gue cerita,” ucapnya lagi sambil menatap tajam Mas Hanif yang tengah berdiri di sampingku. Aku hanya mengangguk saja. Apakah Raisa tahu soal Lia? Mengingat dia adalah teman masa kecil Mas Hanif. Yah, bisa saja, kan? “Vania, sini!” panggil Ibu.Aku dan Mas Hanif berpamitan pada Raisa dan pacarnya, lalu menghampiri Ibu. Terlihat saudara Mas Hanif tengah berkumpul sembari menikmati kue dan minuman.“Selamat ya, Vania. Kamu makin hari, makin cantik saja. Beruntung Hanif punya istri seperti kamu. Kalau dia macam-macam, berarti dia bodoh!” ucap Tante Ria, adik almarhum ayah mertua. “Iya, bener. Mbak Yani ini, sering banget membanggakan kamu di hadapan kami. Bikin cemburu aja. Nemu di mana sih, Nif, istri kaya gini? mau lah, buat adikmu,” ucap Tante Sari, adik bungsu Ibu. Kami semua terkekeh. Tanpa aku bersusah payah, keluarga
Baca selengkapnya
Bab 9
Dua pengkhianat itu terdiam mendengar ucapan Wiyani -ibu Hanif-. Terlebih Hanif, ia tak mungkin membantah ucapan sang ibu, meskipun dirinya yakin bahwa Kikan adalah putri kandungnya bersama Lia. "Sudah, enggak usah kebanyakan mikir! Cepat antar Anna ke sekolah, ingat Hanif prioritas utamamu itu Vania dan anak-anak, bukan Lia dan anaknya!" ketus Wiyani seraya menatap sinis gundik putranya. Wiyani tak pernah menyangka, jika perempuan yang sangat ia benci itu kembali hadir dalam kehidupan putranya. Dan, parahnya Hanif tergoda dengan rayuan jalang itu. Lia menghentakkan kakinya dan berlalu meninggalkan ruang keluarga. Tentu saja, janda beranak satu itu kecewa karena Hanif tak mengeluarkan pembelaan sepatah katapun. Hanif menyentak napas kasar, lalu akhirnya menuruti permintaan Anna untuk mengantar gadis itu ke sekolah. Ketiga wanita beda generasi itu tersenyum penuh kemenangan, berhasil membuat Hanif dan Lia tak berkutik. Setelah mengantar suami dan putrinya sampai depan pintu, Vania
Baca selengkapnya
Bab 10
POV 3 (Untuk ke depannya pakai POV 3 sampai tamat)Dua pengkhianat itu terdiam mendengar ucapan Wiyani -ibu Hanif-, terlebih Hanif ia tak mungkin membantah ucapan sang ibu, meskipun ia yakin bahwa Kikan adalah putri kandungnya bersama Lia. "Sudah, enggak usah kebanyakan mikir! Cepat antar Anna ke sekolah, ingat Hanif prioritas utamamu itu Vania dan anak-anak, bukan Lia dan anaknya!" ketus Wiyani seraya menatap sinis gundik putranya. Wiyani tak pernah menyangka, jika perempuan yang sangat ia benci itu kembali hadir dalam kehidupan putranya. Dan, parahnya Hanif tergoda dengan rayuan jalang itu. Lia menghentakkan kakinya dan berlalu meninggalkan ruang keluarga. Tentu saja, janda beranak satu itu kecewa karena Hanif tak mengeluarkan pembelaan sepatah katapun. Hanif menyentak napas kasar, lalu akhirnya menuruti permintaan Anna untuk mengantar gadis itu ke sekolah. Ketiga wanita beda generasi itu tersenyum penuh kemenangan, berhasil membuat Hanif dan Lia tak berkutik. Setelah menganta
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status