Share

Pelampiasan Pria Angkuh
Pelampiasan Pria Angkuh
Author: Mira Restia

1. Mantan Narapidana

Zeva meraup udara di sekitar. Dia mengedarkan pandangan, merasa mimpi dirinya bisa terbebas dari jeruji besi yang mengekang hidupnya selama ini. Hal pertama yang dia ingin lakukan selepas dari tahanan adalah, memeluk seorang wanita. Lima tahun dipenjara membuat dia kehilangan kesempatan itu. 

Namun, wanita mana yang bisa dia peluk? Statusnya sebagai mantan napi membuat dia ragu untuk menjalin hubungan serius. Prasangka buruk itu semakin menjadi saat dia mencoba menghubungi mantan kekasihnya Savana, tapi Savana menolak walau hanya sekadar bertemu.

Zeva memasukan kembali ponsel yang sempat dia buka barusan. Nomer Savana masih yang lama, masih bisa dihubungi. Namun wanita itu sudah berubah sejak Zeva ditangkap oleh polisi. Bagi Zeva, prilakuan Savana masuk akal karena wanita mana yang mau menjadi kekasih seorang pria yang sudah menghabiskan masa mudanya di tahanan. Kecuali, wanita tersebut sama brengseknya dengan dirinya.

Zeva tidak pulang ke rumah. Meskipun sudah bebas tapi rumah seperti di neraka, ketika dia mengingat dua saudara kandungnya sudah berhasil membuat orang tua bangga dengan gelar dan pekerjaan yang baik. Dia hanya akan jadi sampah di antara dua berlian yang bersinar. 

Bermodal tidak tahu diri dan tak tahu malu, Zeva dengan lancang menumpang di rumah Leon yang ukurannya kecil jika dibanding dengan rumah ayahnya. Namun, karena dia sudah terbiasa di hidup di penjara, tidak menjadi masalah walau tinggal di kontrakan yang sempit. Toh, hanya sementara, sebelum dirinya dapat tempat tinggal sendiri.

"Lagi ngapain Bang Zev? Serius amat!" tanya Leon sambil diam-diam mengamati mantan bos besarnya dulu mengutak-atik ponsel.

"Lagi cari yang open BO!"

Leon mendengus. "Bapak kasih uang bukannya buat cari kerja 'kan? Bukan nyari PSK!"

Zeva tidak menjawab. Dia berjanji akan pulang ke rumah jika sudah bekerja. Entahlah, dia sendiri bingung cari kerja ke mana gara-gara sempat menjadi napi. Dia malas menulis lamaran karena merasa akan sia-sia juga. Sementara, dirinya pun tidak diijinkan masuk ke perusahaan ayahnya dengan alasan sering membuat ulah dan masalah.

"Susah juga ya, cari wanita malam," celetuk Zeva.

"Susah apanya? Di ibukota banyak banget PSK."

"Susah, karena rata-rata mukanya gak sesuai dengan imajinasi gua."

Leon memberanikan diri mengintip ponsel Zeva, hanya untuk melihat wanita yang menawarkan diri via medsos di aplikasi kencan. "Cantik-cantik, kok."

"Iya, cantik. Tapi wajahnya ngeselin."

Leon berpikir keras, tapi tetap saja dia bingung wajah yang ngeselin itu seperti apa. "Ya sudah, Bang. Saat hubungan jangan lihat wajahnya aja. Yang penting badannya sexy 'kan?"

"Gak bisa, gua harus lihat wajahnya jelas."

Begadang sampai lewat tengah malam hanya untuk mencari wanita bayaran yang sesuai dengan imajinasinya. Akhirnya Zeva mendapatkan satu yang sesuai. Lalu akhirnya Zeva mulai mengirim WA karena tertera nomer WA langsung di situ.

"Open BO? Fix jadi besok malam."

"Maaf, saya sudah gak open BO. Maaf postingannya belum sempat dihapus."

"Besok malam, fix. Please."

Zeva mengumpat, mengabsen nama kebun binatang di tengah malam yang sunyi. Beberapa kali Leon terperanjat dari tidurnya karena mendengar suara Zeva yang gaduh. Untungnya, Leon berhasil tidur lagi.

Dia tidak menyerah, terus membujuk wanita degan nama akun Vianca. Tentu saja dengan taktik jitu buaya darat yang dia miliki, karena dia takut malah diblokir jika memperlihatkan sifat asli dirinya yang tempramen. 

Zeva menulis pesan teks untuk kesekian kalinya. Hingga menawar tinggi. "Gua bisa bayar lo berkali lipat. Serius gua tertarik banget sama lo."

Wanita itu tidak membalas. Dan Zeva tidak suka penolakan wanita yang bernama Vianca itu. Baginya penolakan itu adalah penghinaan besar. Zeva lantas mengirim pesan kembali, untuk terakhir kali di malam ini.

"Vianca, save nomer gua! Siapa tahu lo butuh bantuan gua kapan-kapan."

Komunikasi mereka berakhir malam itu. Zeva pun tidak mencari wanita lain karena dia hanya ingin Vianca. Wanita yang masih kalah cantik dibanding dengan mantan Zeva. Vianca tidak secantik Savana, hanya saja wajahnya sesuai dengan imajinasi yang Zeva inginkan, menenangkan hati dengan senyuman yang tulus.

Tentu saja imajinasi seperti itu sangat sulit didapatkan Zeva, karena pada umumnya penampilan wanita malam itu glamor dan menantang.

***

Zeva sudah mengantongi setiap medsos Vianca baik F*, IG, maupun Tiktok. Dia meminta bantuan Leon untuk mendapatkannya. Setiap hari dia melihat postingan Vianca, sambil berharap Vianca akan kena musibah dan memilih menjual diri kembali, tapi sudah satu bulan berlalu nampaknya Vianca hidup dengan biasa-biasa saja.

Hingga akhirnya, dia melihat status WA wanita incarannya itu memasang emoticon menangis. Zeva akhirnya memilih untuk mengirim pesan.

"Hallo Vianca! Kenapa statusnya sedih gitu?"

"Lagi ada masalah aja."

Zeva tersenyum, dia tidak berani bertanya blak-blakan untuk menghindari pemblokiran nomer. Hanya saja, dia sangat berharap bahwa Vianca mendapat kesulitan keuangan, dan tidak bisa mendapat jalan keluar selain menyerahkan diri pada dekapan Zeva.

Zeva mengirim pesan kembali."Sesuai janji gua sama lo, lo bisa minta bantuan sama gua dalam hal apa pun. Emang ada masalah apa? Cerita aja."

"Lagi pusing aja, belum dapat pekerjaan," balas Vianca.

"Sabar aja, nanti juga dapat. Jangan dulu putus asa." 

Sebenarnya, Zeva juga pengangguran 'kan? Tapi melalui harta ayahnya Zeva tidak terlalu khawatir. Dia hanya tinggal bilang belum ada pekerjaan yang cocok, nanti akan dikirim uang oleh ayahnya. Lain halnya dengan Vianca yang tidak memiliki nasib sebagus Zeva. Walau sudah setengah mati kirim lamaran dan mengikuti berbagai tes. Tapi akhirnya gagal juga, kalah dengan orang yang bawa uang untuk menyogok pekerjaan.

Vianca selalu mendapat nilai tes yang sempurna. Baik tes tulisan maupun interview. Namun saat akan medical cek up biasanya tidak ada kejelasan. Dan tahu-tahu, orang yang sudah gagal interview sudah diterima di perusahaan tersebut. Vianca tahu, orang itu punya orang dalam sementara dirinya tidak. Dia sering melamun karena hal itu.

Vianca akhirnya mengeluarkan unek-unek pada pria yang baru saja dia kenal lewat chat. "Saya kesal, gara-gara gak ada uang sogokan jadi susah cari kerja."

"Lo bisa kerja kaya dulu lagi, Vi."

"Enggak, ah. Capek kaya gitu terus."

"Lo tenang aja! Gua akan lakuinnya pelan-pelan. Jadi nanti gak bakal cape."

"Astaga! Bukan itu maksudnya. Maksud saya, cape hidup gak berkah terus." Vianca membalas chat Zeva dengan menambahkan emoticon wajah datar yang banyak.

Zeva terkekeh atas balasan Vianca yang membuat layar ponselnya dipenuhi emoticon tersebut. "Sementara aja, Vi! Sambil cari pekerjaan, open BO lagi aja, nanti gampang bisa tutup lagi 'kan? Please, jangan dulu taubat!"

Zeva menatap layar ponsel, tidak ada balasan lagi dari Vianca. Untuk pertama kalinya Zeva merasa bodoh menunggu balasan sampai tidak bisa menjauhkan mata dari layar ponsel seperti ini. Dan ini sangat menyiksa batinnya. Dia hanya ingin bersenang-senang tapi kenapa harus seribet ini.

Mata Zeva membulat saat ada notifikasi masuk dari Vianca. Nyaris saja ponsel di tangannya dia lempar karena terlalu senang. Harapannya tidak musnah, karena Vianca setuju untuk diajak bertemu. 

Zeva merasa puas dengan kebodohan Vianca. Dia membaca kembali pesan wanita itu.

"Saya bersedia bertemu, tapi mau dikasih bayaran 7 kali lipat. Maaf, soalnya nyogok kerja jaman sekarang gak ada yang murah, semuanya seakan mencekik leher. Boleh 7 kali lipat?"

"Fix! Tapi syarat dan ketentuan berlaku kalau mau 7 kali lipat. Jangan pernah mau lagi layani pria lagi selain gua."

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Suwati van Rooij
begitu baca chapter 1 langsung penasaran liat lanjutannya
goodnovel comment avatar
Mira Restia
makasih banyak dek 🙂🤗
goodnovel comment avatar
NaMonaLisa2
𝘴𝘵𝘰𝘳𝘺 𝘣𝘢𝘳𝘶 , 𝘮𝘢𝘯𝘨𝘬𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘢𝘫𝘢
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status