Beranda / Romansa / Pelayan Hati Tuan Muda / Bab 8 – Kecurigaan Nadine

Share

Bab 8 – Kecurigaan Nadine

Penulis: Sabira Story
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-10 00:26:36
Beberapa hari setelah Ayu benar-benar pulih dari sakit, suasana rumah kembali tenang di permukaan. Tapi itu hanyalah ketenangan semu. Karena Nadine yang baru saja kembali dari kegiatannya, ia mulai menyadari perubahan kecil yang tak biasa pada suaminya.

Revan, yang biasanya dingin dan jarang bicara, kini sering pulang lebih awal. Wajahnya tak lagi sekaku biasanya. Bahkan saat bersama Nadine, ia terlihat lebih sabar, tapi juga lebih jauh secara emosional seperti sedang menahan sesuatu.

Nadine mulai curiga. Matanya tajam memperhatikan. Ia melihat cara Revan melirik ke arah dapur saat mereka sedang sarapan dan cara ia diam lama di taman belakang, tempat Ayu biasa menyiram bunga. Sekilas, Nadine juga melihat Revan menyapa Ayu dengan lembut di suatu sore dan itu cukup untuk menyalakan bara dalam dadanya.

Bukan, bukan api cemburu yang ia rasakan tapi rasa takut. Ia takut kehilangan semua yang sudah ada di dalam genggamannya dan ia juga takut kehilangan kedudukannya sebagai menantu kelu
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 24 - Jebakan Nadine

    Sudah tiga hari berlalu sejak Nadine kembali dari Paris. Tiga hari penuh kecemasan, panik, dan ketakutan yang dirasakan sendiri. Namun pagi tadi, saat pulang dari klinik kandungan dengan hasil pemeriksaan yang menegaskan bahwa usia kandungannya telah memasuki minggu kelima. Nadine tahu bahwa ia tidak punya waktu lagi. Ia harus bertindak sekarang.Dan sore ini, semuanya harus dimulai.Revan belum pulang. Rumah besar itu terasa hening seperti biasa, hanya sesekali terdengar suara Ayu dari dapur yang sedang menyiapkan makan malam. Nadine berdiri di depan cermin besar di kamar, mengenakan gaun satin berwarna merah marun yang melekat sempurna di tubuh rampingnya. Gaun itu panjang, tapi bagian dadanya sangat terbuka. Tali tipis menggantung di bahu, dan belahan tinggi di paha memperlihatkan kulit putihnya yang terawat.Makeup-nya tipis tapi menggoda. Bibirnya merah basah. Rambutnya digerai lembut dengan aroma parfum mahal yang baru ia beli dari Paris.Nadine menatap refleksi dirinya sendiri.

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 23 - Nadine hamil

    Tiga hari telah berlalu sejak Nadine kembali dari Paris, mengakhiri perjalanan bulan madu yang mestinya menjadi awal baru bagi rumah tangganya bersama Revan. Tapi kenyataannya, kebersamaan itu malah semakin memperjelas jurang di antara mereka. Revan pulang lebih dulu ke Indonesia, meninggalkan Nadine sendiri di kota cinta yang justru jadi saksi bisu pengkhianatannya bersama Alvin.Pagi itu, Nadine terbangun dengan rasa aneh di tubuhnya. Kepalanya terasa berat, perutnya mual, dan dadanya nyeri seperti tertindih beban tak kasat mata. Ia duduk di tepi ranjang, menatap cermin besar di hadapannya. Wajahnya pucat. Mata indah yang biasanya bersinar kini sayu dan kehilangan cahaya. Ia menoleh ke arah kalender kecil di meja rias."Tiga hari...? Harusnya sudah datang..." gumamnya pelan.Ia menggigit bibir bawahnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dengan tangan gemetar, ia membuka aplikasi di ponselnya, mencatat siklus bulanan yang selalu diawasi dengan rapi. Tanggal terakhir ia d

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 22 - Pertemuan diam-diam

    Angin bertiup pelan, membawa aroma dedaunan basah setelah gerimis. Di sudut belakang rumah, tepat di gudang penyimpanan yang tak pernah dikunjungi siapapun selain Ayu saat membersihkan, Revan berdiri di balik pintu, menunggu dalam diam.Langkah kaki kecil yang dikenalnya begitu dalam akhirnya terdengar di belakangnya. Ayu menunduk, jantungnya berdetak cepat. Ia tahu, tempat itu jauh dari jangkauan pelayan lain. Tapi tetap saja, rasa takut dan bersalah menjalari tubuhnya."Kenapa di sini, Tuan?" bisiknya, menatap lantai usang di bawah kaki.Revan mendekat. “Karena aku tidak tahan lagi, Ayu,” suaranya serak, berat, nyaris seperti erangan rindu yang tak tertahan.Ayu mengangkat wajah. Matanya bergetar. Bibirnya gemetar. "Kalau ada yang tahu...""Tak akan ada yang tahu. Hanya kita, hanya malam ini.” Revan menyentuh pipinya dengan lembut, dan sentuhan itu seolah mencairkan seluruh pertahanan yang Ayu bangun selama ini."Aku takut, tapi kenapa hatiku ini selalu berdebar kalau Tuan ada?" lir

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 21 - Pelukan yang Kucuri di Dapur

    Sore menjelang ketika rumah besar itu mulai senyap kembali. Para pelayan sibuk dengan urusan masing-masing—ada yang sedang menyiram bunga di halaman belakang, ada pula yang sedang mengganti sprei di lantai atas. Ayu baru saja selesai merapikan dapur, tangan mungilnya memutar lap basah di atas meja kayu panjang tempat biasa para pelayan bersandar.Ia mengira Revan sedang beristirahat di kamar. Namun langkah pelan dan suara napas berat yang tiba-tiba muncul dari arah pintu dapur membuatnya menoleh.“Tuan… Revan?”Lelaki itu berdiri di sana, bersandar santai di kusen pintu. Tatapan matanya dalam, hangat, dan ada sesuatu yang Ayu rasakan dari sorot itu—kerinduan yang nyaris menyiksa.“Kamu sendirian?” tanya Revan pelan, melangkah masuk.Ayu menelan ludah. “Iya. Yang lain lagi pada di belakang.”Revan tidak berkata apa-apa. Ia hanya berjalan mendekat, langkahnya pelan tapi pasti, seperti seorang pemburu yang tahu betul mangsanya tidak akan kabur.Ketika jarak mereka hanya tinggal satu jeng

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 20 - Kepulangan yang Mengejutkan

    Langit pagi Eropa menyemburatkan cahaya lembut ke dalam kamar hotel mewah tempat Nadine dan Revan menginap. Aroma kopi dari bar kecil di sudut kamar seharusnya mampu membangkitkan semangat siapapun yang baru bangun tidur. Namun, yang menyambut Nadine bukanlah aroma kopi ataupun pelukan hangat suaminya, melainkan pemandangan Revan yang tengah berdiri di dekat pintu dengan koper besar di sampingnya.Nadine yang baru saja memasuki kamar, setelah malamnya menghabiskan waktu di hotel lain bersama Alvin, sontak membeku. Rambutnya masih sedikit berantakan, sisa parfum pria samar-samar menempel di leher bajunya.“Revan?” Tanyanya dengan nada ragu.Revan menoleh pelan, wajahnya datar, nyaris tanpa ekspresi. Tatapannya dingin dan tidak bersahabat, seolah tidak peduli apa pun yang terjadi di sekitar.“Aku pulang hari ini,” Ucapnya singkat.Nadine memicingkan mata, mendekat, menyembunyikan keterkejutan di balik nada suara yang ia buat terdengar wajar. “Hari ini? Tapi bukankah kita masih punya wak

  • Pelayan Hati Tuan Muda   Bab 19 - Malam yang Tak Berhak Dimiliki

    Langit Paris mulai menggelap. Gemerlap lampu kota membias di jendela hotel yang sunyi. Di ruang tamu, Revan duduk sendirian di sofa. Ponselnya tergeletak di atas meja, namun pikirannya berkecamuk.Sejak sore tadi, Nadine pamit keluar untuk berbelanja. Ia tak repot-repot mengajak Revan. Bahkan Revan pun tak berniat menawarkan diri. Ia hanya diam. Mengizinkan Nadine pergi, seperti biasa dengan hati yang tetap tak berpenghuni.Namun kini, setelah beberapa jam sendirian, ada yang mengusik dadanya. Rindu. Rindu yang mendesak di dada seperti sesuatu yang tak bisa ditahan lagi.Ayu.Wajah gadis itu terbayang begitu jelas, cara ia menunduk saat menyajikan teh, senyum kecil yang selalu memudar begitu Revan pergi, dan terutama matanya yang bicara tanpa suara.Revan menghela napas panjang, lalu meraih ponselnya.Tangannya sempat ragu. Tapi akhirnya, ia menekan ikon panggilan, menghubungi nomor Ayu.Nada sambung terdengar beberapa detik sebelum suara lembut itu menjawab.“Halo, Tuan?”Revan meme

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status