Share

Bab 5 Anak Bi Mina?

Author: Pena_yuni
last update Last Updated: 2024-02-01 12:37:03

"Bi, kamu nangis?"

Setelah Mas Rama berangkat ke kantor, aku pergi ke kamar Bi Mina untuk menyuruhnya memasak. Namun, saat aku sampai di depan pintu kamar Bi Mina, ternyata dia tengah menangis sesegukkan di sana.

"Ny–Nyonya, maaf." Bi Mina berdiri dan menghampiriku yang berdiri di luar kamarnya.

"Kenapa, kamu nangis?" tanyaku lagi.

Bi Mina mengusap matanya. Dia menutup pintu kamarnya dari luar.

"Saya, cuma ingat anak saya, Nyonya."

Dia punya anak? Kok bisa wanita seperti dia melahirkan. Bukannya akan sulit dengan postur tubuh yang kecil bisa melahirkan seorang bayi?

"Bibi punya anak juga? Memang bisa?"

Pertanyaanku memang tidak sopan, tapi aku sungguh penasaran.

"Bisa, Nya. Saya melahirkan dengan operasi sesar."

Aku membulatkan mulut seraya menganggukkan kepala.

"Lalu, sekarang anaknya dengan siapa, Bi?" tanyaku lagi.

Bi Mina tak langsung menjawab, dia berjalan dan duduk di kursi meja makan.

"Anak saya, sekarang bersama ...

"Melodi, Sayang ... kamu jangan terus naik turun tangga, Nak. Gak baik buat kesehatan kamu, nanti jahitan di anu-mu bisa lepas, lho."

Belum Bi Mina menjawab pertanyaanku, Mama datang dan langsung memotong ucapan Bi Mina.

Melihat Mama datang, Bi Mina memilih pergi mengambil beberapa sayur dan daging dari dalam kulkas. Dia mengabaikan kedatangan Mama mertuaku.

Sikap Bi Mina sangat mencurigakan. Dia seperti yang tidak ingin bertegur sapa atau bertatap muka dengan mertuaku. Apa mungkin sebelumnya mereka saling kenal? Atau ... ada sesuatu yang tidak aku ketahui tentang kedua perempuan itu?

Huft

Ternyata banyak rahasia dibalik pernikahanku dengan Mas Rama.

Sesuai dengan perintah Mama, aku pun kembali ke kamar atas untuk kembali beristirahat. Aku juga tidak lupa menyuruh Bi Mina untuk memasak banyak, karena kedua orang tuaku dan saudaraku akan datang hari ini.

"Mel, kamu jangan terlalu dekat sama pembantu itu. Emang kamu gak risih sama dia?"

Aku yang tengah mengotak-atik ponsel, mengalihkan pandangan ke arah Mama.

"Enggak sih Ma. Meskipun keadaan dia seperti itu, aku lihat dia orangnya bersih, kok. Tapi ...."

Apa iya aku harus menceritakan kecurigaanku tentang Bi Mina dan Mas Rama ke ibu mertuaku?

"Tapi, kenapa, Mel?" tanya Mama penasaran dengan kata yang tidak aku selesaikan.

"Ah, tidak, Ma. Aku memang melarang Bibi untuk tidak memegang bayiku, Ma. Apa aku jahat, ya?"

Sebaiknya aku mencari tahu sendiri tentang keduanya. Tidak ingin masalah kecurigaanku melebar ke mana-mana. Akan aku ceritakan jika aku sudah memiliki bukti yang pasti tentang hubungan keduanya.

Mama berpindah duduk dari sofa depan tv, menjadi ke ranjang yang tengah aku duduki sekarang.

"Itu bagus, Mel. Jangan pernah kamu biarkan anakmu digendong apalagi diasuh sama si Mina itu. Nanti ketularan kerdil. Iiihh, serem." Meskipun tidak berteriak, tapi Mama berucap dengan sangat jelas.

"Mama tahu dari mana kalau nama pembantu itu Mina?"

Mama terlihat gugup dan salah tingkah. Mama mengalihkan pandangannya ke sembarang arah.

"Rama, iya Rama yang bilang ke Mama kalau pembantu barunya bernama Mina, gitu."

Aku, kok tidak percaya dengan ucapan Mama. Tadi aku lihat Mas Rama tidak berbicara apa pun kepada Mama. Apa waktu di telepon? Mungkin saja.

Berada di dalam kamar tanpa melakukan apa-apa, membuatku jenuh dan tidak betah. Aku meminta Mama untuk menemaniku turun ke bawah. Sebentar lagi juga keluargaku akan datang, aku tidak mau mereka malah masuk ke kamarku semua.

"Yaudah, ayo, tapi hati-hati. Ngilu, Mama liat kamu jalan naik turun tangga terus. Emang gak sakit?"

"Enggak, Ma. Aku gak ngerasa apa-apa, aku sehat kok. Lagian cuma jalan doang, masa sakit, Ma."

"Iya, Mama percaya. Kamu kan orang kaya. Pastinya obat yang kamu minum juga yang mahal, jahitan yang mereka pake juga pasti bukan yang rapuh, ya." Mama terkekeh sembari berjalan menggendong bayiku.

"Sama aja, Ma."

Sampai di lantai bawah, aku langsung duduk di sofa depan tv. Menyalakan tv menonton acara yang itu-itu saja.

Mama pergi ke dapur untuk mengambilkanku minuman serta cemilan. Katanya, dia membawa oleh-oleh dari Cianjur khusus untukku. Entahlah apa, aku juga tidak tahu.

"Mama, kok lama, ya?" Aku bergumam kala ibu mertuaku itu tak kunjung datang. Padahal tenggorokanku sudah kering minta disiram.

Tadi bilangnya sebentar. Ditungguin malah lama. Aku ngambil sendiri tidak boleh, tapi Mama malah gak datang-datang.

Tidak tahan dengan rasa hausku, aku pun berinisiatif untuk mengambil sendiri minuman di dapur. Mungkin Mama memang sedang kerepotan membuka oleh-oleh yang ia bawa. Pikirku.

Namun, setelah sampai di sana, aku tidak mendapati Mama. Hanya ada satu gelas air serta makanan ringan yang di simpan di atas nampan.

"Mama-nya ke mana?" tanyaku pelan.

Bukan hanya Mama, Bi Mina pun tidak ada. Sedangkan kompor dibiarkan menyala.

"Kamu, pasti yang memaksa Rama untuk mengijinkanmu tinggal di sini, 'kan?"

Samar-samar, aku mendengar suara Mama dari kamar Bi Mina. Aku penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. Berjalan mengendap dan menempelkan telinga ke daun pintu kamar Bi Mina.

"Iya, karena aku ingin tinggal bersamanya."

"Untuk apa? Untuk mengacaukan pernikahan Rama dan Melodi? Atau untuk menghancurkan hidupnya?" tanya Mama.

"Aku tidak ingin melakukan keduanya. Aku hanya ingin tinggal bersama putraku. Anak kandungku," ujar Bi Mina dalam sela tangisnya.

Dadaku tiba-tiba berdetak cepat. Anak Bi Mina ada di sini? Siapa?

Raka bayiku?

Tidak mungkin!

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 39 Extra part

    POV RamaTeruntuk Rama, putraku.Anakku, disaat kamu tengah membaca goresan pena ini, mungkin Ibu sudah tidak ada lagi di dunia ini. Tidak banyak yang ingin Ibu sampaikan padamu, selain kata maaf yang tak sempat terucap dari bibir ini.Maafkan ibumu ini, yang melewatkan masa-masa kecilmu. Maafkan ibumu ini, yang tidak memiliki waktu untukmu di masa dulu.Rama ... jika nanti kamu keluar dari lapas, pulanglah ke Cianjur. Ibu menyimpan sesuatu untukmu. Namun, jangan pernah kamu beritahu Tuti. Datanglah sendiri dan cari sendiri apa yang Ibu tuliskan di sini.Nak, pulanglah ke rumah kita di Cianjur. Di belakang rumah, tepatnya di bawah pohon nangka, Ibu mengubur sesuatu untukmu. Dan kunci yang ada dalam kotak itu, itu kunci untuk membuka kotak yang Ibu kubur di sana.Ingat, Rama. Datanglah seorang diri. Jangan datang bersama Tuti. Dari wanita yang telah melahirkanmu.Rumina*Kupandangi surat terakhir dari Ibu dan kotak yang telah berhasil aku keluarkan dari dalam tanah.Enam tahun sudah

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 38 Ending

    Sesuai dengan keinginan Kak Arga dan Mama Melani, akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di rumah Kak Arga.Awalnya, aku keberatan dan ingin tetap tinggal di rumahku sendiri. Namun, aku teringat pada Mama Melani. Jika aku dan Kak Arga tinggal di rumahku, maka Mama Melani akan tinggal seorang diri di sini. Dan hanya akan ditemani asisten rumah tangga saja.Hari ini rencananya aku akan pergi ke rumah Mama, untuk memberitahukan kepindahanku yang tidak direncanakan dari awal. "Sudah siap?" tanya Kak Arga."Hmm." Aku menjawab hanya dengan gumaman."Jangan cemberut kalau menjawab pertanyaan dari suami. Nanti kualat.""Gak akan," kataku seraya berjalan mendahuluinya.Saat akan keluar, tiba-tiba langkahku terhenti saat tali tas milikku di tarik dari belakang. Aku memutar bola mata dengan malas. Ini pasti kerjaan Kak Arga. Dia pasti tidak terima dengan jawabanku yang cuek padanya."Lepas, Kak. Gak usah jail," kataku dengan menarik-narik tasku. Tapi sayangnya masih dipegang Kak Arga.Dari belak

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 37 Pengantin Dadakan

    "Sah.""Sah."Dua orang saksi berucap bersamaan. Rasanya aku sedang melayang tinggi hingga sulit untukku kembali menginjakkan kaki di bumi. Aku tidak menyangka, jika kedatanganku ke rumah sakit, bukan hanya untuk menjenguk orang sakit, melainkan untuk menjadi seorang pengantin.Pengantin? Ah, pengantin terpaksa.Segurat senyum terukir dari bibir pria yang tengah terbaring tak berdaya di atas tempat tidur. Matanya melihatku dan anaknya bergantian. Dengan tangan yang bergetar, ia memcoba meraih tanganku yang berada di sampingnya."Te, teri ma, ka sih, Mel." Meski terputus-putus, aku masih mendengar dan paham dengan kata yang Om Tio ucapkan. Om Tio berterima kasih padaku, karena aku telah bersedia menikah dengan putra semata wayangnya. Siapa lagi kalau bukan, Kak Arga.Ya, sekarang aku menjadi istri dari seorang Arga Winata. Anak dari Satrio Winata.Entah mimpi apa aku malam tadi, hingga aku bisa menikah hari ini di rumah sakit. ***"Mama! di mana Raka, Ma?" Setelah sampai di rum

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 36 Menemui Mas Rama

    "Sudah, Mel, jangan nangis terus. Biarkan Bu Mina tenang dalam tidur panjangnya." Mama mengusap bahuku yang bergetar.Saat aku masuk ke ruang rawat Bu Mina tadi, dokter menyatakan kalau Bu Mina sudah meninggal dunia.Dari sana, aku tidak bisa membendung air mataku lagi. Hingga saat ini, kepergian Bu Mina masih seperti mimpi bagiku.Seandainya saja aku tidak keluar dari kamar Bu Mina, mungkin aku bisa menemani ia sampai akhir napasnya. Ada penyesalan besar yang tidak bisa aku ungkapan. Tentang pemintaan terakhir Ibu, yang tidak bisa terwujudkan. "Sudah beres, Dam?" tanya Mama pada putra sulungnya."Sudah, Mah. Sebentar lagi, kita akan membawa Bu Mina pulang." Mas Adam berkata seraya mengusap kepalaku.Saat Ibu dinyatakan meninggal, aku memang langsung menghubungi keluargaku. Tidak ada lagi yang dapat membantu Bu Mina di sini, selain keluargaku. Ibu tidak punya saudara atau kerabat di sini. Adapun Mama Tuti, tapi mana mungkin dia peduli pada Ibu."Ayo, Mel." Mama menggandeng tanganku

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 35 Kenapa Bu Mina?

    "Ibu haus?" Bu Mina yang terbaring lemah di atas tempat tidur mengangguk.Aku mengambilkan air minum dan membantunya untuk minum.Sudah satu minggu Bu Mina berada di rumah sakit. Setiap hari aku datang untuk menemani dan merawat wanita yang tubuhnya semakin ringkih ini. Mata sayunya semakin sendu. Tidak lagi nampak wajah ceria darinya. Senyum pun sudah tidak bisa kulihat lagi dari bibirnya."Mel, Ibu ingin bertemu Rama."Aku tertegun mendengar suara lemah Bu Mina yang ingin bertemu anaknya."Ibu, sembuh dulu, ya. Nanti kita jenguk Mas Rama," kataku.Bu Mina menggelengkan kepala. "Ibu takut tidak ada umur, jika harus menunggu sembuh, Mel. Bisakah sekarang, Ibu ke sana? Ibu sangat merindukan Rama, Mel." Jangankan untuk keluar dari rumah sakit, untuk makan pun Bu Mina sudah kesulitan. Hanya ada satu cara untuk mempertemukan Bu Mina dan Mas Rama. Yaitu dengan meminta ijin kepolisian untuk membawa Mas Rama ke sini. "Tidak bisa, Bu. Keadaan Ibu belum stabil. Akan Melodi usahakan, agar

  • Pembantu Baruku Ternyata ....    Bab 34 Arga

    "Bibirnya, Mel."Sesuai dengan arahan Kak Nada, aku memoles bibir pria yang tengah terlelap itu dengan lipstik warna merah menyala milik Mama."Sekarang pake ini." Aku mengacungkan eyeshadow dan kemudian mengaplikasikannya ke wajah orang yang sama.Sesuka hatiku, aku memoles wajah Kak Arga dengan tidak beraturan dan sangat menyeramkan.Biarkan saja. Siapa suruh dia mengejekku anak ingusan. "Sudah, Mel. Nanti dia bangun," ucap Kak Nada berbisik."Kagak akan bangun, Kak. Dia, kalau tidur suka kagak sadar," ucapku pasti."Ya iyalah, namanya tidur, memang gak sadar. Gimana, sih kamu?""Eh, iya, ya? Hihihi ...." Aku tertawa cekikikan dengan tangan yang terus bermain dengan alat make up yang sengaja aku ambil dari kamar Mama.Rasa kesalku pada orang ini akan terbayarkan dengan aku mengerjainya.Masa, cuma gara-gara aku minta dia jadi pacar aku, dia sampai mengataiku ingusan. Padahal ... ya, memang kadang ingusan. Tapi kadang-kadang."Beres!" ujarku senang."Astaga, Melodi. Apa yang kamu la

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status