Perempuan yang Kau Tinggalkan

Perempuan yang Kau Tinggalkan

By:  Okta Novita  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
5Chapters
366views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Arwina ditipu mentah-mentah oleh calon suaminya. Di saat hari pernikahan kurang dari dua minggu, dia dipaksa memberikan kesuciannya kepada Bima. Lalu, Bima malah menghilang di hari pernikahan dan membuat Arwina terpaksa menerima tawaran Ardan, sahabatnya untuk menggantikan menjadi mempelai laki-laki. Kehidupan Wina berubah drastis saat dia dinyatakan hamil setelah beberapa minggu menikah dengan Ardan, padahal mereka belum pernah berhubungan suami istri. Dia disalahlan oleh papa dan mamanya. Hanya Ardan yang menemaninya. Namun, saat dia sudah bisa move on dan mulai mencintai Ardan, justru ada Indira, perempuan lain yang muncul dalam pernikahannya. Hubungannya dengan Ardan berubah dingin dan hal itu membuat Wina akhirnya keguguran.

View More
Perempuan yang Kau Tinggalkan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
5 Chapters
Pengantin Pengganti
Aku masih saja berdiri mematung bersandar dinding di samping pintu. Mendengarkan permintaan Mas Bima yang tidak mungkin dapat kukabulkan. Sementara, lelaki dua puluh lima tahun itu sudah duduk di atas Springbed tanpa ranjang di kamar kos berukuran sekitar lima kali empat meter. Lelaki berwajah rupawan itu terus berusaha membujukku untuk memenuhi permintaan yang pastinya akan menjerumuskan ke dalam kubangan dosa. Salah satu dosa besar yang mungkin akan membuat diri ini terkungkung oleh penyesalan yang tiada akhir. Bahkan, tidak bisa dipungkiri kalau seandainya dosa itu tidak terampuni oleh Sang Pemilik Hidup.“Jangan sembarangan, Mas! Kita belum sah menjadi suami istri,” bantahku. “Aku ‘kan, gak tahu kalau kamu masih segel apa gak. Jadi, kita buktikan dulu. Lagipula, pernikahan kita tinggal dua minggu lagi. Nantinya, aku juga yang akan buka segel.” Mas Bima masih ngeyel. Dia melangkah mendekat sambil membuka kancing kemejanya satu per satu dari yang paling atas. “Nggak mau, Mas. Aku
Read more
Positif
Aku mencium bau minyak angin yang sangat menyengat hingga membuat mata ini perlahan terbuka. Wajah khawatir Ardan menjadi yang pertama tertangkap pandangan. Meskipun masih sedikit buram, aku tahu kalau laki-laki di depanku ini sangat khawatir.“Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Win,” ucapnya dengan senyum. Lantas, membantuku duduk bersandar kepala ranjang. “Aku kenapa, Dan?”“Kamu pingsan, Win. Kita ke dokter, ya. Biar kamu cepat sembuh,” ajaknya sambil menyodorkan teh hangat ke mulutku. Aku menggeleng pelan bersama air mata yang mulai mengalir. Aku masih saja teringat dengan Mas Bima. Di mana dia? Seharusnya, dia yang ada di sampingku sekarang. Namun, semua rencana bahagiaku seakan melayang bersama butiran debu yang beterbangan. Mas Bima adalah anak perantauan yang mengadu nasib di Jakarta. Katanya, orang tuanya tinggal di Medan dan akan datang satu hari sebelum pernikahan kami. Usianya yang sudah dua puluh lima tahun dan pekerjaan sebagai akunting di salah satu bank swasta membuat
Read more
Bertemu Bima
Sekuat tenaga aku menahan untuk tetap tinggal di dalam mobil meskipun ingin sekali turun dan memaki laki-laki yang sudah menjerumuskanku dalam dosa besar. Namun, aku sangat menghargai Mas Ardan yang saat ini menjadi suamiku. Dia pasti akan melakukan yang terbaik untuk istrinya ini. Jantungku mulai berdetak lebih cepat saat melihat kerumunan orang di sekitar minimarket. Apa yang sedang terjadi? Apa mungkin Mas Ardan dan Mas Bima berkelahi? Hati ini semakin tidak tenang dan akhirnya, aku turun dari mobil untuk melihat apa yang terjadi. Mas Bima sudah tersungkur di atas paving pelataran minimarket dengan beberapa sudut wajah mengeluarkan darah segar. Mas Ardan pun sama, tapi laki-laki itu masih bisa berdiri tegak dengan beberapa luka lebam di wajah. “Mas Bima!” teriakku. Mas Ardan mencekal pergelangan tangan kananku saat akan membantu Mas Bima berdiri. Begitu butanya hatiku saat kembali melihat Mas Bima. Cinta untuknya masih ada meskipun lelaki itu sudah mengkhianatiku. Aku memang te
Read more
Bimbang
Mas Ardan merawatku dengan sangat baik. Namun, aku tidak bisa terus menerima perhatian yang berlebihan itu saat mengingat perbuatan dosa yang sudah telanjur terjadi. Aku memilih mengurung diri di dalam kamar saat sudah diperbolehkan untuk pulang. "Kamu mau ke mana, Win? Kamu gak boleh banyak gerak dulu. Kandunganmu masih lemah," ujar Mas Ardan saat aku turun dari tempat tidur. "Aku mau tidur di kamar sebelah, Mas.""Apa maksudmu, Win? Kamu masih istriku dan selamanya akan menjadi istriku. Aku tidak akan menyentuhmu sampai kamu siap, Win. Jangan seperti ini!" Mas Ardan menghampiriku yang berdiri di ambang pintu. "Aku gak pantas buat kamu, Mas. Aku juga gak pantas untuk dicintai. Papa memang benar. Seharusnya, kamu ceraikan aku sekarang juga supaya tidak ada orang yang harus menanggung malu karena aku." Dada ini terasa sesak saat mengingat cinta Mas Ardan yang begitu besar untukku. Tanpa meminta persetujuan, Mas Ardan mendekap tubuhku. Sangat terasa hangat menjalari tubuh ini. Aku b
Read more
Kabar Buruk
"Kamu bukannya istirahat, malah di dapur. Ngapain, Win?" Aku gelagapan saat Mama tiba-tiba muncul di dapur sebelum aku menyingkirkan gelas yang masih bersisa sedikit ampas kopi. Entah angin apa uanh membawanya ke sini. Semoga saja, Mama tidak mengetahui apa yang baru saja aku lakukan. "Mama bawakan seafood kesukaanmu, Win. Mama siapin di piring, ya." Mama pun beralih ke meja makan setelah mengambil piring dari lemari kitchen set. Ah, untung saja Mama tidak curiga. Namun, aroma masakan yang bari saja Mama hidangkan, malah membuat perutku bergejolak. Aku benar-benar tidak tahan untuk segera memuntahkan isi perut, tapi kopi yang kuminum pasti akan ikut keluar semua. Usahaku tadi akan sia-sia dan mungkin Mama akan curiga. Setelah beberapa saat menahan, aku akhirnya beralih ke wastafel dan terpaksa mengeluarkan semua isi perut. Ah, sungguh menyusahkan anak dalam perut ini. Dan akhirnya, Mama pun menghampiri, lalu memijat tengkukku perlahan. "Kamu minum kopi, Win?" sentak Mama setelah
Read more
DMCA.com Protection Status