Home / Zaman Kuno / Perjalanan Sang Batara / 91. Melawan Pendekar Kipas Neraka

Share

91. Melawan Pendekar Kipas Neraka

Author: Gibran
last update Last Updated: 2025-07-15 06:15:44

Jaka Geni melesat ke atas panggung. Nayaka dengan seringai menyeruak di bibirnya juga melesat menyusul Jaka Geni.

Keduanya saling berhadapan untuk pertama kali. Mata mereka sama-sama saling tatap dengan tajam. Senyum sinis menghiasi bibi Nayaka.

"Tidak aku sangka, kau bisa sampai di babak terakhir. Kebetulan, selain aku ditugaskan untuk membunuhmu, aku ingin tahu seberapa kuat pendekar dari Blambangan yang terkenal hebat itu." kata Nayaka disambut tawa oleh Jaka Geni.

"Kau ingin tahu kehebatan ku? Aku bisa memiliki banyak wanita cantik, apa itu tidak cukup hebat dibanding dirimu yang hidup menyendiri?" balas Jaka membuat Nayaka mulai marah. Meski yang dikatakan Jaka benar tentang kehidupannya yang selalu menyendiri, tapi dia tak berharap Jaka Geni akan mengungkit hal selain kanuragan.

"Kau pandai berbohong kesana-kemari untuk menaklukan hati wanita. Aku berbeda dengan dirimu. Pendekar sejati tidak akan melakukan hal nista dengan membohong
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Perjalanan Sang Batara   95. Kemenangan Jaka Geni

    Jaka Geni meniup seruling perak itu dengan kekuatan penuh. Saat itu juga dari lubang seruling yang kecil itu keluar suara gemuruh dahsyat. Satu gelombang besar luar biasa bak topan badai keluar dan menerjang ribuan ular milik Wana Saba. Bahkan menyapu tubuh Wana Saba hingga terlempar jauh ke tribun para tamu bersama ribuan ularnya. Para tamu dari kerajaan lain itu berteriak ketakutan saat angin besar lewat ke arah mereka. Di tambah ribuan ular yang jatuh bagaikan hujan. Pangeran Tanjung pun melesat keluar tempat tersebut. Jaka Geni terbengong menyaksikan kesaktian luar biasa dari seruling perak miliknya itu. Dia tak menyangka kekuatan yang keluar dari tiupannya akan berdampak besar. Tribun itu hampir saja roboh. Untungnya pilar penyangganya kuat sehingga bisa bertahan meski sedikit doyong. Wana Saba mengerang kesakitan. Dia merasakan sekujur tubuhnya serasa seperti habis dihantam karang. Darah keluar dari mulut, hidung dan telinganya. Semua orang

  • Perjalanan Sang Batara   94. Pertarungan Terakhir

    Para prajurit segera membersihkan arena pertandingan yang berlumur darah. Tubuh Nayaka telah di pindahkan. Jaka Geni juga harus menyembuhkan luka untuk pertandingan penentu. Entah lawannya siapa. Birawa Sakti naik ke atas panggung. Wana Saba juga sudah siap di atas panggung. Mereka berdua sama-sama saling membungkuk memberi hormat. Dua pendekar yang terlihat seram dengan penampilannya namun sangat beretika dan penuh tata krama. Gong pun berbunyi tanda pertandingan segera dimulai. Birawa Sakti segera keluarkan ajian Lawang Setan. Dia hebat bisa mencapai putaran terakhir dengan mengandalkan ajian itu. Wana Saba alias Pendekar Raja Ular sudah tahu betul kekuatan ajian milik Birawa Sakti. Tanpa tanggung-tanggung lagi Wana Saba kerahkan ajian sakti yang belum pernah dia keluarkan. Yaitu ajian Seribu Gigitan Ular. Entah darimana asalnya, ular-ular hitam keluar dari punggung pendekar bertopeng hitam itu. Dari sorot matanya terliha

  • Perjalanan Sang Batara   93. Gledeg Samber Nyawa

    Semua mata tertegun memandang apa yang terjadi di tengah panggung arena. Sambaran petir itu benar-benar menyambar tubuh Pendekar Tangan Gledek. Bahkan Nayaka pun hampir tak percaya melihat tubuh Jaka yang disambar petir namun masih berdiri tegak. Malah sekarang terlihat tengah mengancam dirinya dengan tatapan penuh amarah. Ajian Kipas Membakar Matahari lenyap bersamaan sambaran petir dari langit ke tubuh Jaka. "Telat sedikit saja, aku mati..." batin Jaka yang saat itu tubuhnya telah dialiri ajian Gledek Membelah Langit. Sebuah ajian perisai yang melindungi tubuhnya dari bermacam serangan. Namun Jaka hanya bisa menggunakan ajian itu beberapa saat karena memakan tenaga dalam terlalu banyak. "Tak ada waktu lagi,aku harus bereskan sekali serang!" batin Jaka sambil merapal ajian Gledek Sambar Nyawa. Ajian sakti pasangan Gledek Membelah Langit. Melihat aura petir yang menyelimuti tubuh Pendekar Tangan Gledek, Nayaka merasa kakinya gem

  • Perjalanan Sang Batara   92. Kipas Membakar Matahari vsGledeg

    Setelah Jaka berhenti tertawa, dia berkata menjawab pertanyaan Nayaka. "Kau tertawa mengakui aku sebagai lawan yang hebat. Hebat dalam hal apa dulu!? Kalau dalam hal itu itu, aku tidak akan menerangkannya padamu! Takutnya kau akan bunuh diri karena menjadi bujang lapuk hahaha!" ucap Jaka disusul tawanya yang mengejek. Rahang Nayaka menggembung menahan amarah yang luar biasa. "Aku sudah memujimu, namun kau malah menghina diriku! Lihat saja nanti jika aku menang di sayembara kali ini, aku akan mendapatkan gadis yang tengah duduk di sana! Kau akan mati dalam kesengsaraan karena gagal mendapatkan gadis cantik itu!" kata Nayaka marah. Mendengar ucapan Nayaka yang terpancing emosi karena disebut bujang lapuk membuat Jaka semakin tertawa terkekeh-kekeh. Nayaka yang terkenal diam,sinis, dan pembunuh berdarah dingin, tiba-tiba menjadi cerewet di hadapan Jaka Geni. Jaka Geni melambaikan tangan ke arah Putri Maharani. Dengan senang gadis canti

  • Perjalanan Sang Batara   91. Melawan Pendekar Kipas Neraka

    Jaka Geni melesat ke atas panggung. Nayaka dengan seringai menyeruak di bibirnya juga melesat menyusul Jaka Geni. Keduanya saling berhadapan untuk pertama kali. Mata mereka sama-sama saling tatap dengan tajam. Senyum sinis menghiasi bibi Nayaka. "Tidak aku sangka, kau bisa sampai di babak terakhir. Kebetulan, selain aku ditugaskan untuk membunuhmu, aku ingin tahu seberapa kuat pendekar dari Blambangan yang terkenal hebat itu." kata Nayaka disambut tawa oleh Jaka Geni. "Kau ingin tahu kehebatan ku? Aku bisa memiliki banyak wanita cantik, apa itu tidak cukup hebat dibanding dirimu yang hidup menyendiri?" balas Jaka membuat Nayaka mulai marah. Meski yang dikatakan Jaka benar tentang kehidupannya yang selalu menyendiri, tapi dia tak berharap Jaka Geni akan mengungkit hal selain kanuragan. "Kau pandai berbohong kesana-kemari untuk menaklukan hati wanita. Aku berbeda dengan dirimu. Pendekar sejati tidak akan melakukan hal nista dengan membohong

  • Perjalanan Sang Batara   90. Pertarungan Darah(5)

    Mahesa menunggu Pendekar Rantai Merah dari Gunung Kidul. Pendekar bernama asli Asmo Negoro itu berasal dari sebuah desa di kawasan Gunung Kidul. Dia berguru pada seorang petapa sakti bernama Jaya Ningrat yang dikenal sebagai Resi Jagat. Keahlian Asmo Negoro ini adalah menggunakan senjata rantai besi berwarna merah. Asal usul warna merah itu konon adalah darah Resi Jagat yang di alirkan sebagai persembahan untuk mengisi rantai itu dengan kekuatan sang Resi. Jurus andalan Asmo Negoro adalah Amukan Rantai Merah dan Sambaran Kematian. Namun sayangnya lawan yang harus di hadapi Asmo Negoro bukan Pendekar kelas bawah yang dengan mudah bisa dia kalahkan. Mahesa Jenar adalah seorang pendekar yang sering bertarung untuk membela kerajaan. Bahkan medan perang bukanlah hal tabu untuk Pendekar Manahan itu. Bertemu lawan kuat sudah biasa. Sedangkan Asmo Negoro hanya berkeliling di kawasan Selatan. Meski dia bukanlah orang jahat. Rantai merah itu selalu dia bawa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status