Semua orang begitu terkejut. Bahkan bu Jema sampai menutup mulutnya. “Jadi selama ini istri anda itu bu Yerin?” tanya bu Jema. Arsen mengangguk. “Benar. kami memang tidak mempublish hubungan agar Bastian bisa belajar dengan tenang di sekolah. kami mempertimbangkan situasi yang canggung apabila para guru dan murid tahu kalau Yerin merupakan kakak ipar Bastian.” “Tapi karena situasi yang tidak terduga terjadi. Kami tidak bisa merahasiakan hubungan kami lagi….” Arsen mengusap pinggang Yerin. Bu Jema tersenyum. Melompat kecil dan menepuk bahu Yerin. “Kalau aku tahu lebih awal. aku akan memperlakukanmu lebih baik bu Yerin!” Yerin menoleh. kemudian menggeleng. “Ehem!” Lilian berdehem. “Anda tahu siapa saya?” Arsen mengangguk. “Tentu saja, anda adalah ketua yayasan sekolah. senang bertemu dengan anda bu Lilian. Anda juga yang memberi kesempatan pada istri saya untuk menjadi guru tetap di sekolah.” Lilian mengangguk dan tersenyum dengan bangga. “Jadi, kesalahpahaman ini
Akhirnya selesai juga…. Hari ini cukup panjang. Setelah mengajar Yerin berjalan ke ruangannya. “Bu Yerin apa itu benar?” tanya Bu Jema tiba-tiba. Yerin mengerucutkan bibirnya. “Aku tidak mau percaya, bu. Tapi fotonya….” Bu Jema berhenti. “Maaf, melihat responmu pasti tidak benar.” Bu Jema mengguncang lengan Yerin. “Katakan sesuatu. Jangan diam saja. Aku takut kamu tiba-tiba pingsan.” Yerin menggeleng. “Tidak, Bu. Aku baik-baik saja.” Bu Jema dan Yerin berjalan menuju ruang guru. Ke ruang guru! Karena Yerin lupa mengambil daftar nama kelas 1. Ia harus berhadapan dengan guru-guru lain yang pasti akan menganggap gosip itu benar. “Jadi, bu Yerin datang karena undangan khusus?” tanya Bu Jema. Yerin sempat menjelaskan bahwa ia datang ke pesta itu karena undangan khusus. Hanya itu.. Tapi Bu Jema tidak puas dengan jawaban Yerin. Sampai mereka masuk ke ruang guru. Yerin segera mengambil absen anak kelas 10. Setelah itu berbalik—hendak berjalan. Tapi tiba-tiba—
Di kelas 3 yang lain. Tidak jauh berbeda…. Sedang ricuh tentunya. Untungnya, kelas mereka sedang kosong. Sedangkan Bastian baru saja berganti pakaian. Ia kembali ke kelas dengan santai. Berbeda dengan tatapan teman-temannya. “Kenapa?” tanyanya dengan kesal. Tapi hanya berdecak santai setelah itu duduk. Eve yang berada di hadapannya tiba-tiba memutar tubuhnya. “Sudah melihat grup?” tanyanya. “Grup apa?” tanya Bastian. “Grup angkatan,” jawab Eve. “Bukankah grup itu sudah tidak ada?” tanya Bastian. Grup angkatan sudah tidak ada semenjak kasus foto yang diedit oleh James. Grup itu hilang. Setelah dibuat, akan hilang lagi. Juga.. murid yang bertanggung jawab atas grup itu tidak pernah muncul lagi. Bahkan tidak pernah membuat grup-grup lagi. Eve memberitahukan pada Bastian. “fotomu dan Bu Yerin di pesta.” Eve menunjukkannya. Eve mendekat. “Sepertinya ada orang yang memotret kalian di dalam dan sengaja menyebarkannya.” Mengucapkannya dengan serius. Bukannya f
“Ini kamu melupakan sarapannya.” Yerin memberikan kotak bekal pada Bastian. Laki-laki itu pergi ke sekolah lebih awal untuk latihan basket. “Pipi kamu bagaimana?” tanya Yerin menyentuh pipi Bastian. “Sudah tidak papa.” Bastian menerima bekal itu. “Tadi malam itu kenapa?” Yerin menyipitkan mata. “Itu karena kamu! ibu takut kamu melompat. Ibu sampai sesak tahu! Tapi kamu malah tidak mendengar ibu sama sekali!” Bastian mengernyit. “Maaf.” “Tidak perlu minta maaf. Ibu juga salah meninggalkan kamu sendirian bersama para setan itu.” Yerin menyipitkan mata. “Kakak kamu bilang, kita tidak perlu datang ke acara seperti itu.” Bastian mengangguk. “Tapi ibu benar-benar tidak papa? malam itu ibu pingsan. Ibu juga menyebut nama orang…” Yerin terdiam sebentar sebelum tersenyum. “Ibu hanya teringat teman lama ibu. Sudah tidak masalah.” Yerin mengusap bahu Bastian. “Kalau sudah selesai lathina segera berganti pakaian. Pelajaran akan segera di mulai.” Yerin bergegas pergi. “Ta—” B
Setelah Yerin tenang dan kembali tidur. Arsen bangkit dari ranjang. Menghubungi seseorang… “Tio, ada tugas baru untukmu.” Arsen berada di ruang kerjanya. Meraih satu dokumen yang berisi biodata Yerin. Ia kira sudah lengkap, bahan hobi Yerin taekwondo saja tertulis. Lantas, kenapa biodata Yerin yang memiliki adik sampai tidak tertulis? “Tugas apa, Sir?” tanya Tio di telepon. “Caritahu biodata Yerin lengkap.” “Bukankah anda sudah punya? Terakhir kali anda menanyakan itu, saya sudah mencari tahu dengan lengkap,” balas Tio. “Tidak lengkap sama sekali,” balas Arsen. “Yerin punya adik, bernama Yonu. Tidak tahu bagaimana menulisnya. Tapi adik Yerin meninggal karena bunuh diri saat SMP. Cari tahu semuanya.” Tio mengangguk. “Saya mengerti, Sir. Ternyata ada yang disembunyikan. Saya mencari biodata itu berdasarkan sekolah lama bu Yerin di Indonesia.” “Hm.” Arsen mengangguk. “Sekarang cari tahu lebih lengkap. Cari tahu di manapun Yerin tinggal.” Setelah itu Arsen menutup
Terbangun dengan nafas yang terengah. “Kamu baik-baik saja?” tanya Arsen. Yerin memejamkan mata sebentar dan mengangguk. Mengusap rambutnya sebentar. Menatap sekeliling, dirinya berada di kamar mereka. Arsen mendekat dan memeluk tubuhnya. “Apa yang sebenarnya terjadi?” Yerin terdiam…. Ia tidak pernah memberitahu siapapun selama di Indonesia mengenai kehidupannya di Korea. Kejadian itu hampir 10 tahun berlalu. Tapi sangat membekas dalam ingatannya. Adiknya, satu-satunya adiknya meninggal karena bunuh diri. “Bagaimana dengan Bastian?” tanya Yerin. “Bastian bai-baik saja. Aku sudah menyuruh orang untuk mengobati pipinya.” Arsen menangkup wajah Yerin. “Bastian tidak berniat bunuh diri. dia hanya mendengarkan lagu dan berjalan di atas pembatas. Dia sama sekali tidak ada niatan bunuh diri,” jelas Arsen.“Syukurlah…” Yerin bernafas dengan lega. “Aku sangat takut saat melihatnya berdiri. aku kira dia akan melompat.” Yerin mendongak. “Maaf, aku membuat kalian khawatir.” “Sudah. ti