Hatinya sakit saat tunangannya berselingkuh, sementara itu perusahaan papanya juga terancam bangkrut, hidupnya langsung berbalik 180 derajat. Demi mempertahankan perusahaan Asrina terpaksa menandatangani perjanjian dengan pengusaha terkaya di kota itu. "Aku ingin seratus miliar. Bisakah kamu memberikannya?" Asrina mengungkapkan nominal bayaran yang diinginkannya. "Berapapun yang kamu mau." Arbian langsung setuju. "Apakah tidur bersama juga harus dipenuhi? Bukankah hanya untuk bertindak di depan orang luar saja?" "100 miliar, menurutmu itu daun jatuh yang bisa langsung dipungut?" Sebuah perjanjian yang saling menguntungkan membuat keduanya terikat selamanya.
もっと見るSepatu hak tinggi 5 cm berwarna peach menapaki lantai marmer putih menggemakan suara yang berirama. Pemilik sepatu memiliki kaki yang putih bersih, lurus dan panjang. Dress berwarna peach senada dengan sepatu dan tas tangan yang dipegang di tangannya. Sebuah senyum manis tersungging di bibir merah mudanya setiap kali melihat karyawan yang menatapnya.
Para karyawan tersipu melihat senyum nona muda yang cantik dan lembut itu. CEO mereka benar-benar beruntung memiliki tunangan seperti itu.Pemilik sepatu peach terus berjalan memasuki lift dan naik ke lantai atas menuju kantor CEO. Setibanya di depan pintu tanpa mengetuk dia langsung membuka pintu itu.Bibir yang tadinya masih tersenyum berubah datar melihat pemandangan di depan matanya. Dilihatnya tunangannya tengah berciuman dengan seorang wanita lain di pelukannya.Wajah cantik itu membeku tidak percaya, matanya memerah berembun, hingga setitik air mata terjatuh melintasi kulit yang halus dan lembut. Bibir merah mudanya mengerucut berusaha menahan rengekan yang ingin keluar dari bibirnya.Akhirnya sebuah kata dia beranikan meluncur dari mulutnya. "Evan...." Suaranya gemetar menyebut nama itu, nama milik tunangannya, Evan Andreas.Dua orang yang menikmati ciuman prancis tersadar mendengar suara itu. Wanita di pelukan Evan langsung menjauh dan berdiri di samping Evan menunduk malu tidak berani menatap ke arah pemilik suara.Evan yang telah sadar melihat ke arah pintu di mana ada tunangannya, Asrina berdiri di sana. Bukannya khawatir Evan malah terlihat marah saat melihat Asrina.Asrina bergegas memasuki ruangan dan berhenti di depan meja menatap Evan dengan sedih. "Siapa wanita ini Evan? Kenapa kamu melakukan itu?" tanya Asrina kecewa."Dia pacarku. Kenapa kamu datang ke sini?" tanya Evan kesal.Asrina tertegun mendengar jawaban Evan, hatinya terasa perih bagai disayat pisau. Dia tidak pernah menyangka tunangannya berselingkuh di belakangnya.Wanita yang berdiri menunduk di samping Evan langsung mengangkat wajahnya menatap Evan terkejut. "Tidak, saya bukan pacar Anda. Saya hanya sekretaris Pak Evan," bantah Bella cepat menatap Asrina sambil menggelengkan kepalanya.Bella tidak menyangka akan dilihat oleh tunangan bosnya seperti ini. Dia tidak ingin tunangan bos jadi salah paham.Asrina tidak percaya dengan ucapan Bella, dia lebih percaya apa yang dikatakan Evan, mana ada seorang sekretaris semata bisa berduaan hingga berciuman dengan bosnya seperti itu. Mereka pasti berselingkuh."Apa maksudmu Evan? Aku tunangan kamu. Kenapa kamu berbuat seperti itu padaku?" Asrina berusaha tenang mencoba memberi Evan kesempatan untuk menjelaskan. Mungkin Evan hanya marah padanya, ingin membuatnya cemburu.Ya, pasti seperti itu.Selama ini mereka bertunangan Asrina tidak pernah melakukan tindakan intim dengan Evan seperti berciuman. Bahkan berpegangan tangan pun hanya sesekali. Setiap kali Evan ingin menciumnya Asrina selalu menghindar, bukan karena apa, tapi Asrina ingin memberikan dirinya seutuhnya pada pria yang telah menjadi suaminya, termasuk ciuman pertamanya. Dia tidak ingin melakukan itu sebelum menikah."Kamu bukan lagi tunangan ku. Pertunangan kita sudah dibatalkan," beber Evan."Apa?!""Bagaimana bisa? Kamu pasti berbohong kan sama aku? Katakan padaku kalau kamu bercanda kan Evan?" Asrina merasa putus asa melihat Evan menggelengkan kepalanya.Pertunangan mereka selama 3 tahun ini benar-benar sudah berakhir. Kenapa?"Pertunangan kita adalah masalah bisnis keluarga. Kenapa kamu bisa mengatakan pertunangan kita berakhir?""Ya, kita bertunangan hanya untuk bisnis keluarga. Dan bisnis itu sekarang sudah berakhir. Jadi, tidak ada gunanya kamu menjadi tuananganku," lontar Evan acuh."Kamu bisa pergi sekarang," sambungnya.Melihat wajah Evan yang marah dan mengusirnya membuat hati Asrina semakin sakit. Dia pun berbalik dan berlari meninggalka ruangan itu.Dengan berderai air mata Asrina keluar dari perusahaan Evan. Para karyawan yang melihat Asrina berlari sambil menangis tertegun dan penuh ingin tahu. Kenapa tunangan bos menangis setelah keluar dari ruangan bos? Apa mereka bertengkar?Benarkah hubungan mereka 3 tahun ini tidak ada artinya bagi Evan? Sebegitu mudahnya dia memutuskan pertunangan dan mencari wanita lain.ꕤꕤꕤAsrina Gazbiyya Morael, putri semata wayang Morael dan Kinanti, merupakan salah satu keluarga kaya tingkat 3 di kota Jampu. Asrina yang kini berusia 25 tahun selalu di lindungi oleh keluarganya. Sehingga dia tetap bisa mempertahankan kepolosan dan kebersihan hatinya meski hidup di kota metropolitan yang penuh intrik.Pertunangan Asrina dengan Evan Andreas, CEO Andreas Corporation merupakan salah satu intrik bisnis untuk kemajuan kedua perusahaan. Kepentingan perusahaan kini sudah berubah, jadi Evan langsung membatalkan pertunangan keduanya.Awalnya Evan sangat senang bisa bertunangan dengan Asrina yang memiliki wajah yang sangat cantik. Namun, seiring waktu Evan merasa bosan, Asrina seperti anak kecil tidak mengerti hubungan antar pria dan wanita. Asrina selalu menghindar setiap kali dia ingin memeluk atau menciumnya. Dia pria normal yang ingin bermesraan dengan tunangannya, tapi Asrina seperti batu yang tidak mempan bagaimana pun dia membujuknya.Atau harus dia katakan hatinya sangat murni dan polos berkat ajaran kedua orang tuanya yang saat kaku dan kolot. Ya, Asrina yang polos dan lugu, penuh pengekangan, menganggap semua hal di dunia ini baik adalah hasil didikan papa dan mamanya yang sangat tradisional dalam hal hubungan.Kedua orang tua Asrina awalnya hanya berasal dari desa yang perlahan berkembang di kota menjadi salah satu keluarga kaya. Karena mereka selalu menanamkan kesederhanaan dan kebaikan dalam diri Asrina.Asrina yang terus berlari hingga keluar dari gedung perusahaan tanpa melihat jalan hampir saja tertabrak mobil. Untungnya sopir mobil itu bertindak cepat langsung menginjak rem saat melihat seorang wanita berlari keluar.Melihat mobil yang berhenti hanya beberapa sentimeter dari dirinya membuat jantung Asrina serasa keluar dari tempatnya. Dia memegang dadanya syok sambil melihat ke arah mobil di depannya. Air mata masih berderai di wajah cantiknya yang sekarang basah oleh air.Pak Sopir yang melihat wanita itu berdiri diam dan terus menagis segera keluar dari mobil menghampiri Asrina. "Kamu tidak apa-apa kan, Nona?" tanya Sopir itu khawatir."Apa Nona terluka? Haruskah saya antar Anda ke rumah sakit?" tanya Sopir itu lagi.Asrina yang telah sedikit tenang melihat ke arah Pak Sopir dan mengangguk secara tidak sadar."Kalau begitu Nona naik ke mobil. Saya akan membawa Anda ke rumah sakit," kata Pak Sopir menunjuk ke mobil.Asrina yang pikirannya berantakan mengangguk dan berjalan menuju pintu penumpang belakang. Pak Sopir juga segera masuk ke dalam mobil."Tuan, sepertinya wanita itu terluka dan perlu ke rumah sakit," ucap Pak Sopir melihat bos yang duduk di kursi belakang."Baik." Suara dalam dan tenang pria itu terdengar menjawab Pak Sopir.Asrina membuka pintu mobil, masuk, duduk, memasang sabuk pengaman secara mekanis. Setelah duduk dia baru sadar kalau ada orang lain di dalam mobil itu.Menoleh ke samping dilihatnya seorang pria tampan mengenakan setelan jas berwarna hitam. Sebuah dokumen dipegang di pangkuannya. Pria itu memancarkan aura tegas, sombong, dan tidak mudah di dekati. Meski wajahnya sangat tampan, tapi terlihat muram, lelah, dan lingkaran hitam terlihat jelas dibawah matanya.Pria itu memiliki rambut pendek, alis pedang, mata sayu akibat kurang tidur, bulu mata yang panjang, hidung tinggi, dan bibir yang tipis. Pria itu lebih tampan dari tunangannya, Evan.Memikirkan Evan membuat Asrina merasa sedih, matanya terasa panas lagi dan air mata mulai keluar lagi. Asrina memalingkan muka ke arah jendela mobil sambil menyandarkan kepalanya ke kursi. Dia tidak sanggup menahan air matanya meski duduk bersama orang asing. Dengan tangan sebagai penutup Asrina terus melampiaskan kesedihannya, membiarkannya hanyut bersama air mata.Mamanya pernah berkata jika dia sangat sedih dan ingin menangis, maka menangislah. Jangan ditahan, karena dengan mengeluarkannya kesedihannya akan berkurang hingga lenyap dan hatinya tidak akan sedih lagi.ꕤꕤꕤꕤꕤSatu jam kemudian, Evan duduk di sebuah lounge pribadi yang biasa digunakan oleh para eksekutif muda untuk bertukar koneksi. Di seberangnya, duduk seorang pria kurus berkacamata, mengenakan kemeja lusuh dan membawa tas penuh dokumen.“Masih bekerja di media gosip online?” tanya Evan sambil menyeruput kopinya.Pria itu mengangguk cepat. “Ya, Tuan Evan. Kami sekarang pegang banyak channel. Instagram, TikTok, bahkan satu forum gelap. Kalau ada berita sensasional, kami bisa viralkan dalam semalam.”Evan menyodorkan selembar foto dari ponselnya. “Ini targetnya. Arbian Gautama. Saya ingin semua orang mulai meragukan reputasinya.”Si pria menyipitkan mata. “Itu susah. Dia bersih. Jarang muncul di pesta. Tidak punya catatan skandal.”Evan mencondongkan tubuhnya. “Makanya kau harus menciptakannya.”“Rekayasa berita?”“Kamu sudah pernah lakukan itu sebelumnya.”Pria itu mengangguk perlahan. “Apa jenis skandal yang Anda mau?”Evan memikirkan sejenak. “Tuding dia pernah menjalin hubungan terlaran
Bella berdiri di depan kaca besar dalam ruang ganti butik kecil milik temannya, mengenakan blouse putih sederhana dan celana bahan krem. Tidak ada kesan mewah, tidak ada riasan berlebihan. Hari ini, ia ingin tampil ‘bersahabat’. Sederhana. Supaya tidak menimbulkan pertahanan dari seseorang yang ingin ia dekati—Asrina.Ia sudah tahu kebiasaan baru Asrina sejak beberapa hari lalu, berkat seorang pegawai toko yang dikenalnya secara pribadi. Hari ini, dia tahu Asrina akan datang ke butik Hilya untuk menyesuaikan ukuran kebaya resepsi.Dan seperti rencana yang sudah ia siapkan, Bella lebih dulu sampai di sana.Saat Asrina memasuki butik dengan membawa map kecil di tangan, langkahnya terhenti ketika melihat sosok Bella yang duduk tenang di pojok ruangan.“Bella?” gumam Asrina dengan nada datar, kaget namun tidak menunjukkan keterbukaan.Bella langsung berdiri dan menyambut dengan senyum sopan, seolah-olah pertemuan ini sepenuhnya kebetulan.“Asrina... kebetulan sekali,” ucap Bella dengan na
Di dalam studio foto ternama di pusat kota Jampu, suasana pagi itu penuh persiapan. Fotografer, asisten, dan penata rias sibuk berlalu-lalang, menyiapkan set latar, properti, dan gaun pengantin yang digantung rapi di rak kaca. Cahaya matahari menerobos jendela besar, membuat ruangan terasa hangat dan hidup.Asrina duduk di depan cermin rias besar, mengenakan dressing gown putih satin, rambutnya setengah dikeriting oleh tangan terampil seorang penata rambut. Wajahnya yang memang sudah cantik kini ditata lebih anggun, membuatnya tampak seperti calon pengantin dari negeri dongeng."Aku masih tidak percaya ini terjadi," gumam Asrina pelan, lebih kepada dirinya sendiri."Apa, Nona?" tanya si makeup artist, mendongak dari palet eyeshadow.Asrina tersenyum kecil. "Tidak apa-apa."Di ruang ganti sebelah, Arbian berdiri mengenakan kemeja putih dan jas hitam yang disesuaikan khusus oleh desainer internasional. Penata gaya sedang memperbaiki dasinya dan memastikan potongan rambutnya pas di kamer
Asrina menahan tawa, tapi tidak berhasil. Sebuah senyum getir terukir di bibirnya sebelum berubah menjadi tawa kecil yang dingin dan sarkastik.“Kesalahpahaman?” ulang Asrina pelan, menatap Bella lewat pantulan cermin. “Kamu bilang apa yang kulihat dengan mata kepala sendiri—ciuman itu—adalah kesalahpahaman?”Bella menunduk. “Saya... saya hanya tidak tahu harus berkata apa lagi.”Asrina membalikkan tubuhnya, kini langsung berhadapan dengan Bella. Wajahnya tidak lagi menunjukkan amarah. Justru terlalu tenang. Tapi ketenangan itu jauh lebih menakutkan.“Kamu tahu apa yang paling menyakitkan dari semua ini, Bella?” tanyanya lirih. “Bukan karena kamu mengambil Evan dariku. Tapi karena kamu membuatku sadar—kalau selama ini aku mencintai pria yang tidak pernah benar-benar mengenalku, tidak pernah benar-benar menghargai kesetiaanku.”Bella menggigit bibirnya. “Saya—”“Jangan salah paham, Bella. Aku tidak membencimu. Tidak punya waktu untuk itu,” potong Asrina. “Tapi aku juga tidak membutuhka
Memasuki kafe Asrina memimpin memilih meja kosong, Hilya dan Vany saling memandang dan mengikuti Asrina. Asrina memanggil pelayan dan memesan teh susu dan kue black forest. Sebenarnya dia merasa sedikit haus dan dia tahu kalau pasti akan menghabiskan banyak air liur untuk berbicara dengan kedua sahabatnya itu. Jadi, Asrina menghentikan Hilya dan Vany yang akan berbicara dan meminta mereka untuk memesan juga. Pembukaan toko Hilya masih ada satu jam lagi, dia bisa memanfaatkan waktu ini untuk berbicara dengan keduanya. Setelah pelayan itu pergi Hilya dan Vany tidak sabar mendengar pengakuan dari Asrina yang menyulut rasa ingin tahu mereka. "Oke, jadi dari mana kamu dapat mobil mewah itu? Jangan mencoba bicara yang berputar-putar dan jangan mengalihkan pembicaraan lagi." Hilya tidak dapat menahan rasa penasarannya. Menunggu penjelasan Asrina dari pintu masuk mal hingga memesan makanan dan minuman sudah menghabiskan banyak kesabarannya. Asrina selalu menunda-nunda dan mengalihkan pemb
Arbian duduk di meja makan tanpa menyentuh sarapan yang sudah disajikan di atas meja. Dia sedang menunggu Asrina untuk sarapan bersama."Selamat pagi?" Sapa Asrina baru saja turun."Pagi. Kamu mau kemana?" tanya Arbian melihat Asrina yang sudah berpakaian rapi. Tinggal bersama membuat Arbian mengerti kebiasaan gadis itu. Saat berpakaian rapi dan cantik dia akan keluar, sementara saat hanya tinggal di rumah dia hanya berpakaian seadanya tanpa merias wajah."Hilya akan membuka cabang di Grandmall. Sebagai teman dan mitra aku akan datang ke pembukaannya," jelas Asrina sambil menarik kursi dan duduk."Ini untukmu." Arbian meletakkan kunci mobil di depan Asrina."Apa ini? Kamu memberiku mobil?" Asrina memegang kunci mobil menatap Arbian terkejut. Hari ini bukan hari ulang tahunnya, buat apa memberi hadiah mobil?"Ya. Kamu bisa menggunakan mobil itu untuk bepergian saat aku tidak bersamamu," jelas Arbian. Asrina selalu menggunakan mobil online saat keluar atau menumpang mobilnya. Dengan mo
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
コメント