"Serius kamu cantik banget!" ujar Anjani yang tidak bisa menahan tawanya saat melihar wajah Langit yang baru selesai Anjani hias dengan make - up miliknya.
Langit tersenyum saja, ia tampak tidak perduli meskipun penampilan wajahnya saat ini akan menjadi aib seumur hidupnya jika di di abadikan.
"Oh, iya, satu lagi!" Ada yang terlupa, Anjani mengurek tas kecilnya, mengambil ikan rambut berwarna merah muda dari dalam sana.
"Sini aku kuncir rambut kamu." ujar Anjani, secara sukarela Langit memajukan kepalanya, membuat Anjani jadi lebih mudah mengikat rambut cowok itu.
Dengan gerakan tangan yang telanten Anjani mengikat rambut Langit menjadi dua bagian, "Ini gaya kuncir favorit aku waktu TK." celetuk Anjani di tengah kesibukannya mengikat rambut Langit.
"Aku dapat spoiler masa depan." sahut Langit sambil tersenyum misterius.
Dahi Anjani mengerut, "Maksu
"Pernikahan Kontrak?!" tanya Langit dengan pupil mata membulat sempurna setelah mendengar penjelasan dari perempuan bernama Yuna yang duduk di hadapannya. Setelah perkenalan singkat di lorong gedung apartement, Yuna membawa Langit ke kafe yang berada di sebrang apartement. Awalnya Langit menolak, tapi lelaki itu langsung mengikuti jejak Yuna ketika Yuna bilang ingin membicarakan hal penting yang bersangkutan dengan Anjani dan Sean.Langit menggelengkan kepalanya, mencoba berpikir jernih dan menganggap ucapan Yuna tadi adalah lelucon. Bagaimana Langit bisa percaya kalau Yuna mengatakan bahwa Sean dan Anjani merupakan sepasang suami - istri, tapi mereka mempunyai perjanjian yang singkatnya di sebut pernikahan kontrak, semacam pernikahan yang memiliki tenggat waktu yang di tentukan kapan berakhirnya."Ya, mereka di jodohkan, makanya mereka bikin perjanjian kontrak seperti itu." ujar Yuna lagi makin gencar membeberkan rahasia yang Se
"Ada keperluan apa kamu datang kesini?""Apa kabar, tante?" alih - alih menjawab pertanyaan to the point Lucia, Yuna malah balik bertanya."Saya baik, seperti yang kamu lihat." jawab Lucia sedikit tak ramah. Matanya memandang Yuna dengan tatapan tak suka. Ya, bagaimana Lucia ingin ramah jika Yuna bertamu ke rumahnya di waktu seharusnya ia istirahat. Jujur saja, Lucia terganggu dengan kedatangannya."Syukurlah kalau begitu." balas Yuna masih terus mengulas senyum manisnya."Jadi, ada keperluan apa kamu datang kerumah saya?" tanpa basa - basi Lucia bertanya lagi. Sepertinya ia ingin buru - buru menyelesai obrolannya dengan Yuna.Yuna tertawa tanpa suara melihat raut wajah Lucia yang penuh rasa penasaran. Cewek itu lantas merogoh tasnya, mengeluarkan beberapa lembar foto yang ia potret secara diam - diam kemudian meletakkannya di atas meja.Mata Lucia menyipit menatap lima le
Anjani membekap mulutnya, matanya menatap ke lembaran foto dirinya bersama Langit yang diambil dari beberapa tempat berbeda, salah satunya ketika ia dan Langit sedang berada di dalam mobil. Foto yang diambil ketika Langit ingin mencium bibirnya di mobil kemarin. Padahal, mereka tidak melakukan itu, namun angel foto yang membuat mereka terlihat seperti sedang berciuman.Roger mengepalkan tangannya, matanya menyalang menatap anaknya yang sudah pias di atas sofa di hadapannya."Apa ini, Anjani?!" bentak Roger membuat beberapa orang tersentak mendengarnya.Bibir Anjani bergetar kecil, kepalanya menunduk takut."Pah,--""Apa yang kurang dari Sean sampai kamu selingkuh seperti ini?!" bentak Roger lagi menyela penjelasan dari Sean, sementara Diandra mencoba memenangkan suaminya itu yang sudah naik pitam."Kamu seharusnya bersyukur memiliki suami seperti Sean!" lanjut Roger kali i
Sean berjalan memasuki rumah Roger dengan kepala tertunduk lesuh, sudah hampir tiga jam ia mencari keberadaan Anjani di daerah rumah Roger, tapi tak membuahkan hasil. Yang ada Sean pusing bukan kepalang."Gimana Sean?" Lucia segera bertanya saat melihat kehadiran Sean. Meski seharusnya melihat ekspresi Sean saat ini sudah menjadi jawaban buat mereka.Sean menggeleng lemah, membuat orang tua dan mertuanya menghembuskan napas berat.Lucia menghampiri Sean, menuntun anaknya itu untuk duduk di sebelahnya. Memberi Sean minum dan mengusap - usap punggung Sean menenangkan. Sean menegak minumnya hingga tandas, lalu ia meletakan gelas kosong itu di atas meja."Saya tidak mau pisah dengan Anjani." lirih Sean menatap orang tua dan mertuanya dengan kilat mata sendunya.Lucia ikut menggeleng, ia kembali mengusap punggung Sean sambil menahan tangis, "Mamah melakukan ini bukan untuk merusak rumah tangga kalia
Bab ini lumayan lebih panjang dari biasanya, semoga gak ngebosenin dan tetap dapat feelnya yaaa.Oh iya, buat kalian yang penasaran sama visual cast nya bisa lihat foto visual mereka di akun instagram: @hello_imironmanudah gitu aja, happy reading ya! 😁***Langit berjalan dengan cepat menghampiri Key yang menatapnya tajam di depan pintu, dengan kasar Langit tarik kerah kemeja Key, menyeretnya ke depan monitor. Langit bahkan tidak perduli sekalipun Key abangnya Anjani yang harus ia hormati, -persetan dengan sopan santun, Langit teringat suara tamparan tadi, pasti tangan kurang ajar Key yang membuat pipi Anjani memerah.BRAK !Langit mendorong Key dengan kasar hingga Key terduduk di kursi depan monitor, membiarkan Key menonton apa yang tampil di layar sana. Sebuah adegan panas Sean dan Yuna yang terpaksa berhenti
"Kamu yang kasih foto - foto ini ke mamah?"Yuna mengangguk dengan senyum yang tak kunjung luntur sedikit pun. Membenarkan pertanyaan yang Sean ajukan.Hembusan napas berat Sean keluarkan, ia memijat pelipisnya tampak frustasi."Ada apa sih, sayang? Kamu jauh - jauh nyusul aku ke Surabaya cuma buat nanya foto ini?" ujar Yuna sembari bergelayut manja di lengan kekar Sean. Tentu saja Yuna kegirangan melihat kehadiran Sean di kamar hotel nya, padahal terakhir mereka bertemu Sean marah padanya karena melihat kehadiran Aldo di dalam apartement. Yuna mengeluarkan smirk nya, yeah, Sean tidak mungkin bisa marah padanya dalam jangka waktu yang lama.Sepulang dari rumah mertua, Sean langsung menginjak pedal gas mobilnya menuju ke Surabaya, menghampiri Yuna yang sedang syuting drama di kota tersebut. Tapi kedatangannya ke Surabaya bukan karena seperti apa yang Yuna pikiran, Sean mendatangi pacarnya itu karena Lucia bilan
Warning: Bab ini dapat menyebabkan emosi dan darah tinggi* * *"Saya cinta kamu, Anjani. Saya ingin membatalkan kontrak itu. Ayo berumah tangga dengan saya tanpa batas waktu yang di tentukan."Anjani terdiam sesaat, sebenarnya ia terkejut, tapi berusaha untuk terlihat biasa saja.Tatapan mata Sean masih fokus dan dalam, menunggu anggukan atau mungkin pelukan dari Anjani."Om lagi mimpi ya?"Kaki Sean langsung lemas mendengarnya. Ia menghembuskan napas kecewa mendengar jawaban dari Anjani yang tak sesuai ekspektasi nya.Anjani berdecih, menyingkirkan kedua telapak tangan Sean yang menelangkup wajahnya. Dalam hati Anjani menggerutu, enak s
Warning ya, yang masih di bawah umur harap mundur bun. Yang udah punya KTP, happy reading!* * *Sean menarik Anjani kedalam pelukannya, lelaki itu baru saja tersadar dengan apa yang ia lakukan. Tangan Sean mengusap punggung Anjani yang bergetar, rasa bersalah langsung menyeruak begitu saja mendengar suara isakan Anjani yang menyedihkan.Sean menghembuskan napas berat, ia memaki dirinya dalam hati karena hampir saja ia bertindak kebablasan. Ia hampir menjadi pemerkosa kalau saja dirinya tidak langsung sadar."Maaf, Jan, saya tidak akan melakukannya lagi, maaf saya khilaf." ujar Sean berusaha menenangkan Anjani, meskipun yang ada isakan Anjani terdengar semakin kencang.Sean menarik diri dari Anjani, menatap Anjani yang kini menunduk menyembuyikan wajahnya. "Hei, saya minta maaf, saya tidak akan seperti itu lagi." ujar Sean penuh penyesalan. Tangan Sean mengangkat dagu Anjani dengan lembut, lalu mengusap jejak air mata Anjani yang