Share

07. Perubahan drastis Satria

Satria bahagia bukan main, seperti mendapatkan durian runtuh saja.

"Benarkah Sayang?!" tanya Satria memastikan.

Lagi lagi Shafira mengangguk membuat Satria memeluk penuh kasih.

Satria segera mengirim pesan WA kepada Thika, memberitahukan jika dirinya diberi izin oleh sang istri untuk membantunya.

Tentu saja, gayung bersambut. Thika juga senang sekali membaca pesan dari Satria. Dia bebas menghubungi Satria kapanpun dia mau dan tak khawatir bakalan disebut pelakor. Tak seperti dulu, saat dia meminta bantuan teman lelakinya, sang istri marah marah pada Thika dan menyebutnya pelakor.

"Mas, bukannya kamu akan berangkat kerja?" ucap Shafira mengingatkan sang suami.

"Oh iya, ini aku mau berangkat. Aku pergi dulu ya?" ucap Satria disambut ciuman tangan dari Safira.

Jika biasanya Satria mengecup keningnya, tidak untuk hari ini membuat Safira begitu kecewa.

'Tenang Shafira, mungkin mas Satria lupa mencium keningmu,' batin Shafira mencoba menenangkan hatinya. 

Sejak saat itu, Satria mengubah penampilannya. Jika sebelumnya Satria memang berpenampilan sederhana namun stylish, kali ini dia semakin menonjolkan gaya stylish nya seperti ABG 20 tahunan.

Siapa yang sukses mengubah penampilan Satria?

Tentu saja Thika orangnya, wanita itu sukses menjungkir balikkan kehidupan Satria.

Bukan hanya penampilan yang berubah, waktu kerja kantor yang biasanya tiga kali seminggu itu pun kini berubah menjadi setiap hari. Satria berangkat ke kantor pagi dan pulang malam, tak seperti biasanya.

Semua yang ada pada Satria berubah dan dia menikmati perubahan ini dengan kebahagiaan.

Melihat perubahan drastis dari suami, wanita mana yang tidak cemburu dan curiga?

Awalnya Shafira mencoba berpikir positif, mungkin memang perusahaan sedang membutuhkan jasanya sehingga Satria harus bekerja setiap hari namun semakin hari Satria semakin menjadi.

Ponsel yang semula tergeletak di sembarang tempat bebas dibuat mainan oleh sang anak.

Kini ponsel tersebut tidak pernah luput dari genggaman Satria.

Anak yang biasanya tak boleh menangis dibiarkan menangis sejadi- jadinya hanya karena ingin meminjam ponsel Satria  dan tidak diberikan oleh Satria.

"Mas kenapa sih, anakmu meminjam HP sebentar saja tidak boleh?" tanya shafira pelan.

Karena memang biasanya Mila diizinkan memakai ponsel sang suami.

"Ponsel ini penting, masih ada urusan yang harus aku atasi. Apa kamu tidak tahu, hah?" Teriak Satria marah membuat Safira sungguh syok mendapati perubahan sang suami.

 Satria tidak pernah membentak Shafira seperti itu. Memang cekcok pernah terjadi dan Satria marah waktu itu tapi tidak seperti ini, tatapan penuh api kemarahan dan kekesalan. Semua terpancar dari raut wajah Satria untuk Mila yang masih kecil.

"Astaghfirullahaladzim mas!"

"Kamu kenapa sih? Ponsel dipinjam Mila sebentar saja kamu marah sekali?" keluh Shafira.

"Harusnya kamu bilang baik- baik jika ponselmu masih dipakai, tidak perlu membentak anakmu mas?!"

Safira sangat kecewa, membawa Mila masuk ke dalam kamar.

Safira mengelus punggung Mila, "sudah nak, doakan saja mama punya rizki, nanti Mila Mama belikan HP yang baru".

Mila berhenti menangis dan menautkan jemarinya tanda setuju.

"Oke ma," jawab Mila segera memeluk tubuh Shafira.

Tiba- tiba,..

Satria masuk kamar dengan membawa ponselnya.

"Ini, kamu pakai sebentar saja setelah itu kasih lagi ke papa," ucap Satria menyodorkan ponsel pada Safira.

Ponsel di genggaman tanga, ingin sekali Safira mengecek pesan w******p Satria namun hal itu diurungkan mengingat Mila begitu ingin bermain ponselnya. Dan dirinya juga tidak mau melayani bisikan setan.

Safira percaya jika sang suami hanya membantu Thika, itu saja.

"Ma, mana ponsel Papa? celoteh Mila membuat Safira tersadar dari lamunan dan segera memberikan ponselnya kepada Mila, membiarkan anak kedua itu main ponsel milik ayahnya.

******

"Ma, kami akan ada pertemuan lagi membahas masalah Thika dan hal ini sangatlah krusial jika bukan aku yang menghandle semua ini tak akan tertata dengan baik. Aku juga mengabari Yudha mengenai semua masalah Thika kepadanya.

Shafira hanya mendengarkan dengan seksama.

"Kamu mengizinkan Sahfira?"

"Kapan itu mas?" 

"Besok malam."

"Tapi besok malam kan ada acara keluarga di rumah?!"

"Kalau kamu tidak ada, saudara pada datang dan mencarimu, kan kak afdol mas?"

"Oh iya ya. Ya udah aku batalkan saja acara reuninya." jawab Satria.

Shafira tak mengerti dan bertanya, "apa masalah Thika belum selesai mas? kamu bilang sendiri jika sudah selesai. anak anak juga sudah dibiayai sahabat- sahabatmu."

"Naah itu masalahnya, pertemuan kali ini Thika meminta untuk dicarikan dana proses hidup. Kami berniat memberikan bisnis untuk kelangsungan hidupnya."

"Kalau begitu enak sekali ya mas jadi Thika?"

"Apa maksudmu?"

"Ah tidak apa- apa, aku hanya asal bicara ucap Safira pergi meninggalkan Satria.

Jiika dilanjut, Satria akan terus berbicara tentang Thika dan hal itu sungguh membuat hati Shafira tidak nyaman

.2 jam sebelum acara keluarga.

"Ma, aku pamit keluar sebentar bersama mas Indra. Nanti satu jam lagi aku akan pulang," pamit Satria.

"Baiklah mas, jangan lama- lama ya, ingat acara 2 jam lagi."

"Tidak perlu kamu ingatkan, aku sudah tahu jawab Satria kesal merasa jika Safira sangatlah cerewet hari ini sedangkan Safira sangat kesal mendapati jawaban ketus dari Satria.

Safira mengantar kepergian sang suami yang berdandan seperti ABG, memakai kaos dengan topi serta kacamata. Jeans panjang dipadu sabuk kulit dan sepatu Nevada. Semua yang dikenakan Satria adalah produk bermerek dari topi sampai sepatu.

Karena memakai kaos kuning, Satria memadukan dengan sepeda grand yang di speed warna kuning, menyesuaikan stylish nya.

Banyak memang koleksi sepeda Satria dari Supra x 125 yang menemani dirinya sejak dulu. Lalu membeli beat untuk sang istri Safira.

Belakangan ini dia mengoleksi sepeda gunung mulai dari Yamaha 75 warna biru, Yamaha robot hitam keluaran 80. Shogun dan grand kuning serta yang terakhir adalah kristal semua dapat digunakan karena Satria selalu merawatnya dengan baik namun semenjak kenal Thika, Satria tak merawat sepeda koleksinya.

Acara dimulai semua saudara Sudah berkumpul.

Kemana perhinya Satria ini?"tanya ibu Aini yang tak lain adalah mertua Safira.

"Entahlah Bu, mas pamitnya keluar bersama mas Indra dan aku tidak tahu ke mana coba kamu hubungi nggak enak sama keluarga yang datang.

Safira mencoba menghubungi Satria namun tak diangkat, berkali- kali dihubungi tetapi tidak ada jawaban dikirim pesan w******p juga tak dibaca membuat Safira putus asa.

"Safira kemana perginya Satria?"

"Kami sudah menunggu dari tadi," ucap Indra.

"Aduh, maaf ya tapi Tante mas Satria nggak bisa dihubungi. Tadi katanya pergi sama mas Indra," jujur Shafira.

Tepat saat itu juga Indra datang bersama sang istri.

"Lo itu kan Indra?" katanya pergi sama Indra nah ini orangnya nongol," jawab Tante merasa dibohongi.

Assalamualaikum."

"Waalaikum salam."

Indra masuk rumah disambut tatapan bingung semua saudara.

"Ada apa ini?"

Safira mendekat dan bertanya, "mas Satria izin keluar pamitnya bersamamu mas Indra. 

Memangnya dia tidak keluar bersama kamu ya mas?"

"Tidak, kami tidak ada acara. Bukankah acara kita kumpul bersama disini? memangnya kemana Satria?"

Pertanyaan yang sama di hati Safira kemana suaminya pergi sampai acara keluarga sepenting ini pun ditinggalkan yang lebih berani lagi Satria tega berbohong pada Safira.

"Kamu kemana mas?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status