Tian Fan tidak menyadari tatapan gadis itu, dia hanya fokus mengobati pasien, tampa memikirkan ataupun memiliki niat lain.
Beberapa saat kemudian, dengan menahan malu Qi Jian memanggil ibunya. "I ... Ibu" Panggil Qi jian lemah. "Iya sayang, ibu disini." jawab Lin Qi sambil mendekat dan mengusap kepala putrinya dengan lembut. "Syukurlah kamu sudah sadar nak, ini adalah Tuan muda Tian Fan. Dia adalah Tabib hebat yang telah mengobati mu. Cepat berterimakasih." kata Lin Qi pada putrinya. Qi Jian yang baru saja sadar dari pingsan, berusaha untuk bangkit. Tapi Tian Fan segera menahannya "Tenang lah Nona Qi Jian, tidak usah bangun, tubuh mu masih sangat lemah." "Tolong bantu dia duduk, aku akan mengalirkan energi dari belakang punggungnya." Lanjut Tian Fan memberi instruksi. Setelah itu Lin Qi membantu putrinya duduk, lalu Tian Fan mulai melakukan pengaliran energi dengan cara yang sama dengan tadi, sampai kira-kira satu setengah jam, Qi Jian mulai merasakan kondisi tubuhnya berangsur-angsur membaik. la mulai bisa merasakan aliran arus hangat di sekujur tubuhnya, memberikan perasaan nyaman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Saat itu Kakek Shu juga melakukan hal yang sama dengan yang Tian Fan lakukan hanya saja energi yg dimiliki Kakek Shu tidak sekuat yang dimiliki Tian Fan saat ini. Jadi meski mampu menahan sedikit hawa dingin, dan menjaga vitalitas Qi Jian, namun tidak cukup untuk memberi rasa hangat dan nyaman yang di rasakan Qi Jian saat ini. Tubuh Tian Fan berkeringat deras, di wajahnya tersirat rasa lelah setelah banyak energinya terkuras. Setelah merasa cukup, ia baru berhenti mengalirkan energi nya kepada Qi Jian. "Aku rasa segini sudah cukup." Kata Tian Fan lembut. la lalu berdiri di samping Qi Jian, "Nona, Bagaimana perasaan anda?" Tanya Tian Bagaimana perasaan anda?" Tanya Tian Fan pada Qi Jian. Rona merah seketika menghiasi pipi halus Qi Jian, semua orang yang hadir bisa melihat jika sekarang wajah cantiknya tidak lagi pucat. Malah sekarang, itu tampak segar dan berseri. Dengan kepala tertunduk dan wajah malu Qi Jian menjawab, "Saya merasa tubuh saya sudah membaik, rasanya sangat nyaman." la masih bisa merasakan arus hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Mendengar itu, Tian Fan mengangguk dan tersenyum. Ding Dan lalu mendekat dan bertanya, "Tuan muda, apakah penyakit Qi Jian sudah sembuh?" Wajah tuanya terlihat penuh harap. semua orang di sana juga menatap ke arah Tian Fan, menantikan jawaban darinya. Tian Fan menjawab dengan suara tenang, "Nona Qi Jian masih perlu melakukan beberapa kali pengobatan, jika semua tahapan pengobatan selesai setidaknya tubuh Es Nona Qi Jian akan bisa di tekan selama 10 tahun." Mendengar itu Ding Dan kembali bertanya, "Maaf Tuan Muda, apakah tidak ada cara lain untuk menyembuhkan Qi Jian secara permanen?" "Ada, tentu saja ada. Hanya saja itu cukup sulit" Jawab Tian Fan setelah berpikir sejenak, ia kemudian melanjutkan. "Ada dua cara. Cara pertama mungkin membutuhkan banyak waktu dan juga tenaga. Pasalnya, kita harus menemukan Teratai Api Biru, berusia setidaknya 500 tahun. Terus terang saja, itu sangat sulit." la mengatakannya sambil sedikit menghela nafas. "Cara kedua cukup mudah, dan itu sudah aku beritahukan sebelumnya, Nona Qi Jian harus menikah dengan seorang kultivator. Setelah itu secara alami penyakitnya akan sembuh seiring waktu." Tian Fan menjelaskan seluruh detil nya dengan nada santai namun dengan wajah tegas. "Dimana kami bisa menemukan Teratai Api Biru itu, Tuan Muda?" Tanya Shin Chi. "Aku juga tidak tahu paman. Seperti yang ku katakan Teratai itu adalah bahan obat yang sangat langka, belum lagi yang berusia diatas 500 tahun. Yang usianya 50 tahun saja sudah sulit di temukan, kalaupun ada harganya juga sangat mahal, dan juga belum tentu pemiliknya akan bersedia menjual Teratai langka itu pada kita." Ujar Tian Fan datar. Ding Dan mengerutkan kening, kemudian dia bertanya, "lalu apakah Tuan Muda adalah seorang kultivator?" Seluruh anggota keluarga Ruo kembali menatap kearah Tian Fan, mereka semua mengerti maksud Kepala Keluarga mereka. Jika putri sulung keluarga mereka bisa menikah dengan Tian Fan, maka itu merupakan berkah yang sangat besar bagi keluarga Ruo. Dimata orang awam, mungkin Tian Fan hanyalah pemuda biasa. Di samping parasnya Yang tampan dan tubuhnya yang tegap, ia hanya tampak seperti seorang pemuda biasa. Orang yang tidak tau akan menilai kalau Tian Fan hanyalah pemuda biasa, tampa latar belakang. Bersambung..."Sudahlah, itu pasti mode anak-anaknya. Shishi tidak akan tahu apa yang sedang kita lakukan. Cepatlah, dia sudah sangat takut." Desak Yi Lin. Naluri keibuannya mendorongnya untuk segera menenangkan tangisan putrinya. Dengan sedikit terpaksa, Tian Fan membuka formasi penghalang, dengan tubuh mereka berdua masih polos dan menyatu. "Sayang, tenanglah. Kami di sini," kata Yi Lin menenangkan. "Ibu, kenapa Ibu ada di atas Paman Tampan dan kenapa, eh..." Tiba-tiba mode Sang Ratu aktif dan ia langsung mengerti apa yang sedang terjadi. "Suamiku, aku juga mau. Sudah tiga tahun sejak kita bertemu kembali dan kau sama sekali belum memberikan hakku." Tegur Shishi dalam mode Sang Ratu. Selama ini Tian Fan memang tidak pernah menyentuhnya. Ia selalu merasa Shishi masih anak-anak. "Tapi kan Shishi..." "Apa? Kau mau bilang aku anak kecil, Paman Tampan? Jiwaku juga sudah menyatu dengan jiwa Sang Ratu, jadi aku bukan Shishi kecil lagi. Meskipun aku bersikap manja pada Paman dan Ibu, bukan
Pagoda Tianjing, Lantai Kedua. Waktu berjalan enam puluh kali lebih cepat dari dunia luar. Dalam setahun kultivasi di sini, baru enam hari berlalu di dunia luar. Bagi Tian Fan, setiap detik adalah berkah, apalagi ia kini harus mengasuh seorang Ratu Langit dalam tubuh Fan Shishi yang meskipun tubuhnya tinggi langsing dan sangat menggoda, tapi tetap saja… suka ngambek seperti gadis kecil. "Ayo cepat, Paman Tampan! Kamu lambat sekali!" seru Shishi sambil berlari memutar di antara batu kristal mengambang, rambut panjangnya melambai seperti cahaya bintang. Tian Fan menghela napas. "Kau ini, sebentar bilang aku suamimu, sebentar Paman Tampan... jadi sebenarnya aku ini siapa?" Fan Shishi mendekat, lalu mencubit pipinya dengan gemas. "Kamu dua-duanya! Tapi kalau aku lagi ngambek, kamu tetap harus jadi Paman Tampan... supaya aku bisa marah dengan manis!" Huang Yi Lin yang duduk bersila di atas altar meditasi tak bisa menahan tawa. "Kalau begitu, kau harus bersiap punya dua identitas,
Setelah memastikan Fan Shishi berpakaian rapi dan tenang, Tian Fan menggandeng tangannya, sementara Huang Yi Lin berjalan di samping mereka. Tiga sosok itu melangkah menyusuri tangga batu menuju lantai kedua Pagoda Tianjing. Aura yang menyelimuti tangga itu terasa jauh lebih padat dari sebelumnya, menekan tubuh seperti lapisan udara berat yang menembus kulit hingga ke jiwa. Begitu kaki mereka menginjak lantai dua, dunia seakan berubah. Kabut keperakan menyelimuti segala penjuru, dan udara dipenuhi gemerincing suara lonceng jiwa yang tak terlihat. "Tempat apa ini...?" bisik Fan Shishi pelan. Matanya menatap sekeliling dengan penuh rasa penasaran. Tian Fan mempererat genggaman tangannya. "Lantai kedua Pagoda Tianjing... tempat Ujian Bayangan Jiwa." Mereka melangkah lebih dalam. Tiba-tiba, cahaya putih terang melesat dari langit-langit dan membentuk lingkaran spiritual yang mengelilingi mereka bertiga. Sebuah suara menggema, dalam, megah, dan kuno: "Darah Kaisar Langit... dan
Langkah kaki Tian Fan dan Huang Yi Lin bergema tenang di koridor ruang spasial. Begitu gerbang kristal Pagoda Tianjing terbuka, aura spiritual murni menyeruak, seperti menyambut kedatangan tuannya yang telah kembali. Lantai pertama, tempat Fan Shishi dibaringkan selama enam bulan kini terasa berbeda. Aura pemurnian jiwa yang dahulu tenang, kini berdenyut kuat seperti detak jantung. Tian Fan melangkah pelan mendekati altar. Huang Yi Lin memegangi dadanya sendiri, menahan rasa gugup yang menumpuk selama berbulan-bulan. Sekitar lima meter dari altar, samar-samar Tian Fan bisa melihat pemandangan menakjubkan di kejauhan. Di atas altar kristal, seorang gadis muda berkulit seputih giok berbaring dengan tenang. Rambutnya panjang menyapu lantai, tubuhnya telah tumbuh sempurna... namun wajahnya tetap menyimpan aura polos nan lembut dari seorang anak yang tertidur terlalu lama. "A... ada apa ini, mengapa ini bisa terjadi?" tanya Tian Fan bingung, "Kakak Yi Lin, cepat tutupi tubuh ga
Dalam keheningan gua kristal yang tersembunyi di balik puncak utara Kota Yunyan, Tian Fan berdiri di hadapan altar batu yang memancarkan cahaya kehijauan. Aroma pekat energi spiritual memenuhi udara, mengalir dari dinding-dinding kristal yang mengelilingi mereka. Di belakangnya, Huang Yi Lin tergeletak dalam kondisi pingsan, tubuhnya terlindung oleh pelindung spiritual Tian Fan. Di hadapan altar, terdapat sebuah ukiran naga raksasa berlapis emas tua. Sorot matanya tajam, seolah menatap ke dalam jiwa siapapun yang berdiri di depannya. Saat Tian Fan mengangkat tangan dan menyentuh permukaan altar, cahaya menyilaukan meledak. "Keturunan darah langit... pewaris segel emas... sambutlah warisan Tinju Naga Suci." Suara bergema memenuhi gua. Aura naga purba menyelimuti tubuh Tian Fan. Seluruh pori-porinya terbuka, tubuhnya tertarik masuk ke dalam pusaran cahaya, menuju sebuah ruang dimensi warisan. ... Di dalam dimensi warisan itu, Tian Fan melihat bayangan naga emas raksasa melayan
Langit malam di atas tebing kristal Kota Yunyan menyala oleh aura pertarungan. Aura gelap membentuk pusaran hitam di udara, sementara Tian Fan berdiri kokoh melindungi Huang Yi Lin di belakangnya. Di hadapan mereka, tubuh nenek tua berjubah hitam gemetar, dipenuhi energi iblis yang meronta-ronta. “Anak muda... kau adalah wadah yang sempurna. Aura spiritualmu... murni, cemerlang. Jika aku menguasaimu, aku akan menjadi Raja Iblis Abadi!” Suara iblis itu menggema dari dalam tubuh si nenek, menciptakan getaran di udara. Namun Tian Fan hanya memejamkan mata sejenak, lalu menatapnya tajam. “Aku yang membunuh Fan Mo Jun,” ucap Tian Fan mantap. “Inang Jiwa Iblis Pertama. Dan aku akan mengakhiri dirimu juga.” Tawa mengerikan bergema. Bayangan hitam melesat dari tubuh si nenek, menyatu dengan tubuh Tian Fan dalam sekejap. Yi Lin menjerit panik. Mata tajam Tian Fan tiba-tiba berubah merah. Tangannya yang tadi memegang tangan Yi Lin kini terlepas, seolah meminta Yi Lin untuk menyelamatkan