Share

kenapa gugup, Mas?

"Kenapa gugup, Mas?" tanya Laura. 

"Gugup? Mana ada aku gugup, Sayang, kamu tadi kan panggil aku. Jadi ya Mas jawab panggilan kamu." jawab Fauzan berusaha sesantai mungkin. 

"Terus kenapa kamu lama Mas?" Laura mengerutkan dahinya menatap Fauzan yang terlihat salah tingkah. 

"Ya tadi kan aku sudah bilang, kalau ngerokok dulu.  Tadi Mas itu ngerokok dulu baru antar geprek ini buat Mbak Anita. Lagi pula Mas rasa itu cuma perasaan  kamu aja, Sayang. Perasaan Mas malah Mas cuma sebentar nganternya." Fauzan selalu saja membuat alasan yang membuat Laura semakin curiga. 

"Ayo Mas kita masuk." Laura menarik tangan Fauzan untuk masuk ke dalam rumah. Saat Laura menarik tangan Fauzan, Fauzan sedikit menoleh ke rumah Anita. 

"Kalian kenapa tarik-tarikan gitu?" Bu Ana mengerutkan dahinya melihat Laura yang menarik tangan Fauzan. 

"Nggak apa-apa Bu, cuma pengen istirahat saja. Capek rasanya," jawab Laura sekenanya. 

"Oh ya Ra."

Laura yang dipanggil Bu Ana menghentikan langkah kakinya dan duduk di sebelah Bu Ana. Begitu juga dengan Fauzan.

"Maaf ya kalau uang kamu harus kepotong lagi, karena Ibu benar-benar banyak kebutuhan sekali. Putri butuh uang buat bayar wisuda dan rekreasi." Bu Ana berucap dengan mimik yang terlihat sedih. 

"Kan memang biasanya selalu kepotong Bu, Ibu nggak usah sungkan gitu. Ada keperluan atau tidak ada keperluan juga jatah Laura nggak seberapa kan, Bu?"

Bu Ana terkejut dengan jawaban Laura, ia tak menyangka kalau Laura dapat menjawab seperti itu. 

"Maksud kamu apa Ra?" Bu Ana mengerutkan dahinya. 

"Ah, tak ada maksud apa-apa, Bu. Laura hanya berbicara yang sesungguhnya yang sesuai fakta. Laura mau istirahat dulu ya, Bu, sudah ngantuk. Ayo Mas kita tidur." Laura beranjak meninggalkan Bu Ana dan Fauzan yang terbengong dan saling pandang. 

"Kenapa istrimu itu Zan?" tanya Bu Ana berbisik

"Entahlah, Bu, dari tadi sore dia sudah aneh seperti itu." Fauzan mengangkat kedua bahunya. 

"Apa jangan-jangan Laura sudah tau tentang kamu dan Anita, Zan?" Bu Ana semakin merapatkan duduknya dengan Fauzan. 

"Nggak mungkin lah, Bu. Aku nggak pernah menunjukkan hal apa pun kok saat ada Laura."

"Syukurlah kalau Laura nggak tau. Kalau dia tau, bisa berabe jadinya."

"Makanya, Bu, Ibu kalau sama Mbak Laura itu nggak usah bahas-bahas tentang Mbak Anita. Bisa-bisa nanti Mbak Anita curiga karena Ibu selalu membanggakan Mbak Anita," ujar Putri yang ikut duduk di sebelah Bu Ana. 

"Maksud kamu, Put?"

"Iya, Mas, tadi Ibu itu ngomongin Mbak Anita di depan Mbak Laura. Mana bagus-bagusin Mbak Anita lagi."

"Ya Ibu kan cuma ngomongin tetangga Ibu, kan memang dia baik." Bu Ana mencoba membela diri. 

"Iya, Putri juga tau kalau Mbak Anita itu baik. Tapi ya nggak harus diceritakan semua kan, Bu. Tadi saja Mbak Anita terus yang Ibu ceritakan."

"Ah, Masa sih, Put? Perasaan Ibu cuma ngomong sedikit saja kok." Bu Ana mengelak ucapan Putri. 

"Sedikit apaan, Bu, dari Mas Fauzan keluar sampai Mbak Laura selesai makan saja Ibu ngomongin Mbak Anita terus."

"Sudah, sudah, nggak usah berantem. Ibu mulai sekarang nggak usah banyak cerita tentang Anita. Seperlunya saja Bu. Nanti kalau nggak ada Laura, terserah deh Ibu mau ngomong apa saja. Ya sudah, Bu, Fauzan mau ke kamar dulu. Nunggu Laura tidur baru Fauzan akan ke rumah Anita." Fauzan meninggalkan Bu Ana dan Putri. Bu Ana terlihat mencubit paha Putri. 

"Kamu tuh apaan sih, Put, malah bilang sama Mas mu."

"Aw! Sakit Bu. Kok malah Putri yang dicubit." Putri menggosok gosok pahanya yang dicubit Bu Ana. 

"Habisnya kamu nggak mau diam. Kalau Mas mu marah sama Ibu gimana."

"Ya salah Ibu sendiri. Nanti kalau udah runyam baru deh Ibu pusing." Putri pun meninggalkan Bu Ana seorang diri dengan kesal. 

Sedangkan Fauzan yang masuk ke dalam kamar mendapati Laura yang sudah berbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia pun merebahkan dirinya di sebelah Laura. Fauzan melingkarkan tangannya di pinggang wanita yang sudah beberapa tahun menjadi istrinya itu. Namun, di luar dugaannya, Laura menepis tangan Fauzan. 

"Kenapa? Biasanya gak pernah nolak?"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jadi istri jangan terlalu bucin kayak si fauzan aja laki2 di dunia
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status