Share

kenapa gugup, Mas?

Author: Vyra Fame
last update Last Updated: 2023-02-02 06:06:45

"Kenapa gugup, Mas?" tanya Laura. 

"Gugup? Mana ada aku gugup, Sayang, kamu tadi kan panggil aku. Jadi ya Mas jawab panggilan kamu." jawab Fauzan berusaha sesantai mungkin. 

"Terus kenapa kamu lama Mas?" Laura mengerutkan dahinya menatap Fauzan yang terlihat salah tingkah. 

"Ya tadi kan aku sudah bilang, kalau ngerokok dulu.  Tadi Mas itu ngerokok dulu baru antar geprek ini buat Mbak Anita. Lagi pula Mas rasa itu cuma perasaan  kamu aja, Sayang. Perasaan Mas malah Mas cuma sebentar nganternya." Fauzan selalu saja membuat alasan yang membuat Laura semakin curiga. 

"Ayo Mas kita masuk." Laura menarik tangan Fauzan untuk masuk ke dalam rumah. Saat Laura menarik tangan Fauzan, Fauzan sedikit menoleh ke rumah Anita. 

"Kalian kenapa tarik-tarikan gitu?" Bu Ana mengerutkan dahinya melihat Laura yang menarik tangan Fauzan. 

"Nggak apa-apa Bu, cuma pengen istirahat saja. Capek rasanya," jawab Laura sekenanya. 

"Oh ya Ra."

Laura yang dipanggil Bu Ana menghentikan langkah kakinya dan duduk di sebelah Bu Ana. Begitu juga dengan Fauzan.

"Maaf ya kalau uang kamu harus kepotong lagi, karena Ibu benar-benar banyak kebutuhan sekali. Putri butuh uang buat bayar wisuda dan rekreasi." Bu Ana berucap dengan mimik yang terlihat sedih. 

"Kan memang biasanya selalu kepotong Bu, Ibu nggak usah sungkan gitu. Ada keperluan atau tidak ada keperluan juga jatah Laura nggak seberapa kan, Bu?"

Bu Ana terkejut dengan jawaban Laura, ia tak menyangka kalau Laura dapat menjawab seperti itu. 

"Maksud kamu apa Ra?" Bu Ana mengerutkan dahinya. 

"Ah, tak ada maksud apa-apa, Bu. Laura hanya berbicara yang sesungguhnya yang sesuai fakta. Laura mau istirahat dulu ya, Bu, sudah ngantuk. Ayo Mas kita tidur." Laura beranjak meninggalkan Bu Ana dan Fauzan yang terbengong dan saling pandang. 

"Kenapa istrimu itu Zan?" tanya Bu Ana berbisik

"Entahlah, Bu, dari tadi sore dia sudah aneh seperti itu." Fauzan mengangkat kedua bahunya. 

"Apa jangan-jangan Laura sudah tau tentang kamu dan Anita, Zan?" Bu Ana semakin merapatkan duduknya dengan Fauzan. 

"Nggak mungkin lah, Bu. Aku nggak pernah menunjukkan hal apa pun kok saat ada Laura."

"Syukurlah kalau Laura nggak tau. Kalau dia tau, bisa berabe jadinya."

"Makanya, Bu, Ibu kalau sama Mbak Laura itu nggak usah bahas-bahas tentang Mbak Anita. Bisa-bisa nanti Mbak Anita curiga karena Ibu selalu membanggakan Mbak Anita," ujar Putri yang ikut duduk di sebelah Bu Ana. 

"Maksud kamu, Put?"

"Iya, Mas, tadi Ibu itu ngomongin Mbak Anita di depan Mbak Laura. Mana bagus-bagusin Mbak Anita lagi."

"Ya Ibu kan cuma ngomongin tetangga Ibu, kan memang dia baik." Bu Ana mencoba membela diri. 

"Iya, Putri juga tau kalau Mbak Anita itu baik. Tapi ya nggak harus diceritakan semua kan, Bu. Tadi saja Mbak Anita terus yang Ibu ceritakan."

"Ah, Masa sih, Put? Perasaan Ibu cuma ngomong sedikit saja kok." Bu Ana mengelak ucapan Putri. 

"Sedikit apaan, Bu, dari Mas Fauzan keluar sampai Mbak Laura selesai makan saja Ibu ngomongin Mbak Anita terus."

"Sudah, sudah, nggak usah berantem. Ibu mulai sekarang nggak usah banyak cerita tentang Anita. Seperlunya saja Bu. Nanti kalau nggak ada Laura, terserah deh Ibu mau ngomong apa saja. Ya sudah, Bu, Fauzan mau ke kamar dulu. Nunggu Laura tidur baru Fauzan akan ke rumah Anita." Fauzan meninggalkan Bu Ana dan Putri. Bu Ana terlihat mencubit paha Putri. 

"Kamu tuh apaan sih, Put, malah bilang sama Mas mu."

"Aw! Sakit Bu. Kok malah Putri yang dicubit." Putri menggosok gosok pahanya yang dicubit Bu Ana. 

"Habisnya kamu nggak mau diam. Kalau Mas mu marah sama Ibu gimana."

"Ya salah Ibu sendiri. Nanti kalau udah runyam baru deh Ibu pusing." Putri pun meninggalkan Bu Ana seorang diri dengan kesal. 

Sedangkan Fauzan yang masuk ke dalam kamar mendapati Laura yang sudah berbaring di atas kasur dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia pun merebahkan dirinya di sebelah Laura. Fauzan melingkarkan tangannya di pinggang wanita yang sudah beberapa tahun menjadi istrinya itu. Namun, di luar dugaannya, Laura menepis tangan Fauzan. 

"Kenapa? Biasanya gak pernah nolak?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
jadi istri jangan terlalu bucin kayak si fauzan aja laki2 di dunia
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   mintain uang arisan!

    Setelah Laura menghilang dari pandangannya, Anita langsung mengumpulkan semua barang belanjaannya dan hendak dibawa masuk ke dalam kamar.“Mau kemana kamu, An?” tanya Fauzan kesal. Dia belum mendapatkan jawaban seperti yang dia inginkan, apalagi setelah mendengar kata-kata dari Laura, kecurigaannya bertambah kuat terhadap Anita.“Dahlah, Mas, aku capek, aku ingin mandi dulu,” jawab Anita tidak menggubris suaminya yang tengah memandangnya dengan geram. Anita sudah tidak terlalu peduli dengan kemarahan Fauzan, toh sudah ada Angga yang siap memanjakannya kapan saja dia mau.“An … Anita! Aaahhhhhh …!" Fauzan berteriak kesal. Lelaki itu menyugar rambutnya dengan kasar.“Sial, benar-benar sial!” umpat Fauzan kemudian membanting pintu rumahnya dengan kasar. Lelaki itu hendak pergi ke rumah ibunya untuk meredakan emosi dirinya yang sudah sampai di ubun-ubun. Kedua istrinya sama-sama tidak bisa dia atur dan semaunya sendiri, apalagi Laura sama sekali tidak mau memberikan uang kepadanya, sehing

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   gebetan baru

    RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKU“Kamu jangan ngaco deh,” ucap Anta.“Aku serius tau. Ngomong-ngomong kamu udah punya suami belum?”“Menurut kamu gimana?” tanya Anita mencoba menggoda Angga.“Kalau dari wajah dan penampilan kamu sih kayak masih perawan ya,” ucap Angga sembari mengelus-elus dagunya dan menatap Anita dengan pandangan suka.“Hahaha! Padahal aku sudah punya suami, loh!” ucap Anita jujur kepada Angga.“Masa sih? Kok kayak belum pernah menikah ya?”“Serius aku sudah menikah.”“Terus kenapa kamu jalan sendirian? Ke mana suami kamu?” tanya Angga penasaran.“Suamiku? sebelas dua belas sih kayak istri kamu.”“Maksud kamu?”“Ya gitu,deh. Kamu pasti tau lah maksud aku, makanya aku pergi ke sini sendiri.”“Terus kenapa kamu nggak cerai saja sama suami kamu?”“Ya gimana mau cerai? Sedangkan aku saja nggak punya banyak uang untuk hidup aku. Mau nggak mau ya aku bertahan deh,” ucap Anita disedih-sedihkan agar Angga merasa iba kepadanya.“Duh, kasian banget sih wanita cantik seperti kamu men

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   Gebetan baru Anita

    Karena Anita merasa kesal dengan Fauzan yang tidak membelanya, Anita pun merajuk. Fauzan yang berusaha membujuk Anita agar tidak marah pun tidak mempan dengan segala bujuk rayunya. "Ayolah, Nit, jangan kayak anak kecil gini." Fauzan membujuk Anita agar Anita tidak marah. "Biar Mas! Mau kamu kata kayak anak kecil juga aku bodo amat.""Ayolah Nit, jangan gitu.""Kamu mau aku nggak marah kan Mas?"Tentu saja Fauzan mengangguk. Jangan sampai Anita marah dan tidak memberinya jatah nanti malam. "Kalau kamu mau aku nggak marah, sini kasih aku uang. Aku mau shoping. Selama jadi istri kamu kan aku belum pernah shoping.""Iya, nanti Mas kasih uangnya." Fauzan membelai rambut Anita. Anita pun membiarkan Fauzan membelai rambutnya asalnya uangnya lancar. "Aku minta lima juta Mas!""Li-lima juta? Kok banyak banget?""Ya kan aku mau shoping Mas!" Anita menyilangkan tangannya di dada. "Tiga juta aja ya Sayang.""Nggak! Aku nggak mau! Lima juta atau aku tetap marah sama kamu dan jangan harap aku

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   Benalu gak tau diri!

    "Tapi lebih baik aku ke bank dulu saja deh. Biar hari ini aku cuti saja satu hari. Masih nggak tenang juga ini kalau sertifikat belum aman."Laura lalu merubah haluannya untuk pergi ke Bank. Karena Laura yakin, keluarga suaminya akan nekat untuk mengambil sertifikat itu kalau Laura tidak segera mengamankan. Laura akhirnya sampai juga di Bank. Ia lalu turun dari mobil dan masuk ke dalam Bank. Di sana, ia ditanya oleh satpam yang bertugas. "Selamat siang, Bu, ada yang bisa saya bantu?" tanya satpam dengan ramah. "Iya Pak, saya mau menyewa safe deposit box bisa?""Tentu saja bisa, Bu, mari ikut saya. Saya antarkan untuk bertemu dengan atasan saya."Laura mengangguk dan mengikuti langkah satpam itu. Ia dipertemukan dengan petugas bank tersebut. "Silahkan duduk dulu, Bu," ucap satpam menunjukkan kursi untuk diduduki oleh Laura. "Terimakasih, Pak." Laura menjawab dengan sopan dan menganggukkan kepala. Ia pun lalu bertemu dengan petugas bank yang menangani bagian sewa SDB untuk mengam

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   Gadai mobil

    RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKUBAB 15"Terus gimana dong sama wisudanya Putri?" tanya Bu Ana. "Ya mau gimana lagi, Bu, orang Fauzan udah nggak kerja. Ya otomatis Fauzan nggak ada pemasukan kan. Kalau Ibu mau ya minta aja sama Laura. Itu sih kalau di kasih sama dia." "Aduuuuh, kamu ini nggak bisa diandelin! Udah biar Ibu aja yang minta sama Laura." Bu Ana meninggalkan Fauzan dan Anita yang terbengong dengan tingkah Bu Ana. Bu Ana menghampiri Laura yang berada di kamar. Tok. Tok. Tok. "Laura! Laura!" panggil Bu Ana. "Ra! Buka Ra!" ucap Bu Ana menggedor pintu kamar Laura. Laura yang mendengar merasa kebisingan dengan suara ketukan pintu Bu Ana terpaksa membukakan pintu agar Bu Ana tidak semakin bar-bar mengetuk pintu nya. "Ck! Mau apa sih ini nenek tua peot!" Laura menggerutu namun tetap membukakan pintu. "Ada apa, Bu?" tanya Laura dengan santai. "Kamu ini gimana sih! Kita bicara belum selesai lho. Kenapa main pergi aja.""Mau bicara apa lagi sih, Bu? Kan urusan Ibu biasanya juga

  • RAHASIA SLIP GAJI MILIK SUAMIKU   Anakmu itu cuma benalu, Bu.

    Saat Laura di dalam ruangan, ia teringat kembali dengan BPKB milik Fauzan. Laura berpikir kalau BPKB itu hanya dititipkan saja ke Sintia, tidak bisa memberikan pelajaran kepada Fauzan. Karena Laura ingin memberikan pelajaran buat Fauzan. Hari itu, Laura pun tidak fokus saat sedang bekerja. Ia masih saja memikirkan bagaimana cara untuk membalas perbuatan Fauzan. "Mending aku gadai saja itu mobilnya Mas Fauzan. Kebetulan aku tau akan menggadaikan dengan siapa. Yang jalur ekspres bebas hambatan."Laura pun mengambil handphone nya dan menelpon seseorang yang dia tau sebagai rentenir itu. "Halo, Mami, apa kabar?" sapa Laura berbasa-basi. "Wah, Laura, kabar baik. Ada apa ini tumben kamu telepon Mami?" tanya Mami Valen. "Aku mau gadai BPKB mobil nih, Mi, Mami bisa nggak?""Mobil apa nih?""Fortuner Mi, baru aja lunas Mi, belinya juga baru satu tahun. Dijamin masih mulus," ucap Laura menjelaskan. "Mau harga berapa kamu?""400 juta gimana Mi? Bisa nggak?"Mami Valen nampak berpikir dan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status