Malam turun perlahan. Api unggun kecil di dalam gua menyala temaram, menghangatkan tubuh Hiro yang baru saja kembali merasakan nikmatnya bergerak bebas.
{ Tuan, apakah besok pagi langsung menuju sarang monster? } “Ya… itu target pertamaku. Aku harus menguji tubuh baruku.” Hiro tersenyum tipis, matanya berkilat penuh ambisi. Ia memejamkan mata, mencoba mengatur napas. Aliran Qi mengalir deras di meridiannya, jauh lebih kuat daripada manusia biasa. Tubuhnya seolah mesin perang yang baru dihidupkan. Pagi pun tiba. Cahaya matahari menembus dedaunan hutan, menerangi jalan setapak. Hiro berdiri, meregangkan tubuhnya. “Sistem, tunjukkan jalannya.” { Baik. Ikuti arah utara sejauh satu kilometer. } Langkah demi langkah, Hiro memasuki kawasan yang penuh aura ganas. Suara auman terdengar samar. “Hmm, sepertinya aku sudah dekat.” Beberapa saat kemudian, ia tiba di sebuah lapangan hutan. Puluhan sosok makhluk berbulu hitam tampak berkeliaran. Mereka adalah Serigala Bayangan, monster kelas rendah dengan gigi tajam dan tubuh lincah. { Tuan, jumlah mereka 37 ekor di area ini. Yang terkuat berada di level Kelahiran tingkat 5. } Hiro mengepalkan tangan. “Kebetulan. Aku ingin melihat seberapa kuat tubuh baruku.” Seekor serigala menyadari kehadirannya, menggeram sambil menatap buas. Dalam sekejap, kawanan lain ikut menoleh, lalu serempak menyerbu. “Bagus… mari kita mulai.” Hiro melompat ke depan. Tinju kanannya menghantam udara—BOOM!—angin pukulannya saja sudah membuat tanah retak. Seekor serigala langsung terpental, tubuhnya remuk. “HAHAHA! Satu pukulan!” Serigala-serigala lain menerkam dari berbagai arah. Hiro meraih batang pohon besar, mencabutnya dari tanah, lalu mengayunkannya seperti tongkat raksasa. Belasan serigala terhempas bersamaan. { +50 Poin Sistem diperoleh } { +200 Poin Pengalaman } Notifikasi sistem berdentum di kepalanya. Hiro tersenyum puas. “Sepertinya farming ini… akan sangat menyenangkan.” Namun, tiba-tiba tanah bergetar. Dari balik pepohonan, seekor Serigala Bayangan Raja muncul. Tubuhnya tiga kali lebih besar, matanya merah menyala, auranya menekan. { Hati-hati, tuan. Level Kelahiran tingkat 5. Lawan yang cukup sepadan untuk menguji kekuatan. } Hiro menyeringai. “Tepat sekali. Aku butuh lawan yang bisa membuat darahku bergejolak!” Ia menunduk sedikit, lalu melesat secepat kilat menuju serigala raksasa itu. Udara hutan terasa berat. Kawanan serigala biasa sudah tercerai-berai, tubuh mereka bergelimpangan. Namun, aura mengerikan dari seekor raksasa berbulu hitam pekat membuat Hiro refleks menegang. { Target terdeteksi: Raja Serigala Bayangan – Level Kelahiran Tingkat 5. } Monster itu menggeram rendah, gigi putihnya berkilat, setiap langkahnya membuat tanah bergetar. Hiro terkekeh. “Hahaha… akhirnya, lawan yang bisa membuatku serius.” Dalam sekejap, serigala raksasa itu melompat, cakarnya mengoyak udara, menghasilkan tekanan Qi yang menghantam seperti badai. Hiro tak mundur. Ia menekuk lutut, lalu melesat ke depan. BOOOM! Tinju Hiro bertabrakan dengan cakar serigala. Ledakan energi menghantam pohon-pohon di sekitar, membuat dedaunan beterbangan. Tanah retak di bawah kaki mereka. “Bagus! Lagi!” Hiro meraung, matanya bersinar liar. Serigala itu mundur beberapa langkah, namun langsung menyerang lagi. Dari tubuhnya, bayangan hitam keluar, membentuk ilusi tiga bayangan serigala sekaligus. Mereka mengitari Hiro dari berbagai arah. { Teknik bawaan: Bayangan Ganda. Hati-hati, tuan. } Hiro menyeringai. “Ilusi murahan!” Ia mengerahkan kekuatan Tubuh Qi Abadi. Qi mengalir deras, matanya berkilau. Dalam hitungan detik, ia bisa membedakan mana bayangan, mana tubuh asli. “Di kanan!” Hiro berputar dan mengayunkan batang pohon raksasa yang masih di tangannya. CRAAASH! Serigala bayangan palsu hancur seperti asap, namun serangan dari kiri benar-benar nyata. Cakar raksasa menembus pertahanan, menggores lengan Hiro. Darah segar mengalir. “Tch… lumayan sakit,” gumamnya. Namun bukannya takut, Hiro malah tertawa. “Tapi rasa sakit ini… justru membuktikan aku hidup kembali!” Ia melempar batang pohon, lalu menyalurkan seluruh Qi ke tinjunya. “Rasakan ini! Pukulan Dewa Naga!” Tinju Hiro bersinar dengan aura naga emas samar. Saat ia menghantam dada serigala raksasa, suara tulang retak terdengar keras. BOOOOM! Tubuh Raja Serigala Bayangan terpental puluhan meter, menghantam tebing batu, lalu ambruk dengan darah muncrat dari mulutnya. { +500 Poin Sistem } { +1500 Poin Pengalaman } { Item Drop: Taring Raja Bayangan – Bahan Langka } Hiro terengah, tapi wajahnya penuh senyum puas. “Baru level Kelahiran tingkat 5… sudah membuatku begini bersemangat. Dunia ini benar-benar surga bagi orang sepertiku.” Ia mengambil taring raksasa itu, menyimpannya ke dalam inventaris sistem. { Selamat, tuan. Anda telah menyelesaikan pertempuran pertama besar. Hadiah: Kotak Misteri Perunggu. } Hiro menatap langit yang mulai cerah, lalu tertawa keras. “HAHAHA! Dengan sistem ini… aku akan menginjak semua orang yang dulu meremehkanku!” Bersambung…Kabut malam menutup Paviliun Pedang Langit seperti tirai raksasa. Bulan hanya tampak samar, seolah enggan menatap dunia yang bersiap ke jurang pertempuran. Hiro berdiri di pelataran utama, angin dingin menyapu jubahnya.Di balik kesunyian, ia merasakan denyut halus energi liar. Bukan sekadar insting; getaran itu menyusup lewat tulang.{Peringatan awal: aktivitas spiritual tak dikenal mendekat dari arah timur. Sumber tidak terklasifikasi.}Suara sistem itu tidak lagi terdengar seperti bunyi logam kaku. Kini ia mendengar nada seperti bisikan, tenang namun mendesak. Hiro mengerutkan alis. Malam ini tidak biasa.Elder Qiu bergegas ke pelataran, wajahnya serius. “Semua murid, bentuk formasi pertahanan. Kita tidak menunggu tamu malam ini.”Belum sempat formasi selesai, kabut di depan gerbang mendidih. Dari balik kegelapan, ratusan sosok berjubah hitam bermunculan seperti bayangan air yang pecah. Pedang mereka memantulkan cahaya kehijauan—racun yang menetes di ujung bilah.“Pasukan Sekte Bay
Langit pagi Paviliun Pedang Langit masih diselimuti kabut tipis ketika rombongan akhirnya kembali. Embun menempel di pakaian dan pedang, membawa aroma tanah basah bercampur darah yang mulai mengering. Hiro berjalan paling depan, langkahnya tenang meski semalam mereka menantang maut di Lembah Jiwa Malam.{Prestasi Dikonfirmasi: Penakluk Roh Penjaga Jiwa Malam} {Hadiah Utama: Teknik Analisis Racun Korosif – Diaktifkan} {Bonus Prestasi: 300 Poin Esensi Pertarungan ditambahkan ke inti roh}Hiro berhenti sesaat di ambang gerbang batu. Cahaya samar dari panel sistem melintas di sudut pandang, hanya bisa dilihat olehnya.“Akhirnya kau memberi hadiah lagi,” gumamnya dalam hati.{Sistem menilai keberhasilan Anda melampaui perkiraan. Peningkatan kekuatan diperlukan untuk menghadapi ancaman internal Paviliun.}Aliran energi hangat menyebar dari inti dantian, menyalakan jaringan meridian bagai kilatan halus. Otot-ototnya yang sempat tegang sehabis pertempuran tiba-tiba terasa ringan, seolah sis
Fajar baru saja menyingkap langit ketika rombongan menjejak halaman Paviliun Pedang Langit. Embun masih menggantung di atap genting, memantulkan cahaya merah keemasan. Para murid yang berjaga terdiam melihat luka-luka di tubuh mereka, lalu saling berbisik—antara kagum dan ngeri.Elder Qiu melangkah ke depan, menyerahkan kantong batu giok berisi Tanaman Jiwa Malam kepada seorang penjaga senior. “Simpan di Aula Obat Roh. Hanya Kepala Paviliun yang boleh menyentuhnya,” ujarnya tegas.Tatapan murid-murid lain diam-diam mengarah ke Hiro. Dalam perjalanan pulang, cerita tentang pertarungannya dengan Roh Penjaga sudah menyebar. Beberapa penuh kekaguman, lebih banyak lagi yang menampakkan ketakutan samar—seolah mereka menyaksikan sesuatu yang melampaui batas manusia.Zhang Wei berjalan agak di belakang, wajahnya kaku. Dari sudut mata, Hiro dapat merasakan bara kebencian yang berusaha disembunyikan di balik ketenangan palsu.{Tuan, detak jantung Zhang Wei meningkat setiap kali tatapannya menga
Kabut kian menebal ketika rombongan menuruni jalur berbatu menuju dasar Lembah Jiwa Malam, lembah yang juga dikenal sebagai Lembah Kabut karena selimut putihnya yang tak pernah lenyap. Udara lembap dan berat; setiap helaan napas terasa seperti menelan embun dingin yang menggantung di udara. Sunyi hanya dipecah oleh tetes air yang jatuh dari dedaunan lebat di atas kepala.Li Feng menatap sekeliling penuh waspada. “Tempat ini… berbeda,” bisiknya.Hiro mengangguk tipis. “Seperti masuk ke perut bumi. Aroma darah lama masih berbekas.”Elder Qiu berhenti di tepi lereng curam. Di bawah, lembah tampak seperti kawah hijau keperakan yang tertutup kabut berpendar. Di pusatnya, cahaya biru berdenyut lembut—tanaman Jiwa Malam, tujuan mereka.“Tanaman itu hanya mekar saat kabut mencapai puncaknya,” kata Elder Qiu. “Kita harus turun sebelum matahari meninggi.”Mereka menuruni jalur licin satu per satu. Setiap batu yang terinjak menimbulkan suara gemeretak yang cepat ditelan kabut. Hiro berjalan pali
Fajar baru merayap ketika rombongan kecil murid Paviliun Pedang Langit berkumpul di gerbang timur. Kabut tipis menggantung di udara, menelan suara langkah kaki dan derap napas menjadi gema samar. Di antara mereka, Hiro berdiri paling belakang, pedang hitam di punggung memantulkan cahaya redup.Li Feng menghampirinya sambil menata sabuk pedang. “Senior, jalur menuju lembah tempat obat langka itu terkenal berbahaya. Banyak binatang roh dan—”“—dan manusia yang lebih berbahaya dari binatang,” potong Hiro ringan. “Aku tahu.”Elder Qiu, pengawas misi, mengedarkan tatapan tajam ke seluruh peserta. “Kalian akan menempuh perjalanan dua hari. Tugas kalian sederhana: membawa pulang Tanaman Jiwa Malam yang tumbuh di dasar Lembah Kabut. Jangan anggap remeh. Kalian adalah perwakilan Paviliun Pedang Langit.”Hiro merasakan tatapan beberapa murid lain menusuk punggungnya. Zhang Wei berdiri tidak jauh, wajahnya tenang tapi matanya menyala seperti bara. Di sebelahnya ada Kang, yang berpura-pura menata
Udara pagi di Paviliun Pedang Langit terasa lebih berat daripada biasanya. Embun masih menempel di dedaunan, namun halaman latihan sudah dipenuhi murid-murid yang sengaja datang lebih awal. Bukan untuk berlatih, melainkan untuk melihat sosok yang kini menjadi pusat perhatian seluruh paviliun—Hiro, orang asing berjubah hitam yang menumbangkan Bai Jian di depan para elder.Tatapan-tatapan itu penuh ragam: kagum, takut, iri, bahkan benci. Namun satu hal yang sama, tak ada yang berani berbuat gegabah. Hiro berjalan di tengah kerumunan itu dengan langkah ringan, seakan sorot mata ratusan murid hanyalah angin lalu.{Tuan, analisis lingkungan menunjukkan tingkat pengawasan terhadap Anda meningkat drastis. Setiap pergerakan Anda kini menjadi bahan pembicaraan.}Sistem kembali bersuara, kali ini dengan nada yang lebih tenang daripada sebelumnya.“Aku tahu,” jawab Hiro dalam hati. Senyum tipis menghiasi wajahnya. “Biarkan mereka menatap. Semakin mereka menaruh perhatian, semakin besar ketakutan