Di puncak Gunung Taiyi, sebuah gunung suci di Benua Tengah, dunia Tian Yuan, Qin Yun, seorang kultivator ranah dewa yang perkasa, berdiri terhuyung-huyung. Wajahnya yang tadinya tampan dan penuh semangat kini pucat pasih seperti bulan terlupakan di tengah malam gelap.
Darah segar mengalir dari sudut bibirnya yang kini berwarna biru, membasahi jubah putihnya yang tadinya bersih dan suci. Di dadanya, sebuah pedang perak terlihat menembus jantungnya, memantulkan cahaya dingin yang menusuk tulang. Pedang itu terlihat seperti ular perak yang menggigit mangsanya, meninggalkan luka yang dalam dan tak terobati. "Kenapa?" tanya Qin Yun dengan suara lemah dan terengah-engah, matanya menatap nanar wanita cantik yang berdiri di hadapannya. Matanya yang tadinya berkilauan kini terlihat kusam dan sunyi, menatap Ling Xi dengan campuran keheranan dan kesakitan. Ling Xi, wanita yang pernah dicintainya, kini memegang gagang pedang perak yang menembus jantungnya, dengan tangan yang stabil dan tanpa getaran. Ekspresi wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun penyesalan atau kesadaran akan kejahatan yang telah dilakukannya. Sudut bibir Ling Xi ditarik membentuk senyum dingin yang menusuk hati, matanya berkilauan dengan kekejaman yang tak tersembunyi. Dengan nada acuh tak acuh dan suara yang datar, dia berkata: "Kamu harus mati, Qin Yun. Ini adalah satu-satunya pilihan untukmu!" Setelah mengucapkan kata-kata kejam tersebut, Ling Xi menarik pedang perak dari tubuh Qin Yun dengan gerakan kasar, membuat darah segar menyemprot ke udara seperti pancuran merah yang menghujam langit. Darah itu membasahi tanah di sekitarnya, menciptakan lukisan kematian yang mengerikan di puncak gunung yang sunyi. Tubuh Qin Yun terguncang, napasnya semakin lemah, dan matanya mulai kehilangan cahaya. Sampai napas terakhirnya, Qin Yun tetap tercenung dalam kebingungan yang mendalam. Mengapa Ling Xi, cinta sejatinya, melakukan pengkhianatan yang kejam ini? Apa yang mendorongnya untuk menusuk hati yang pernah mencintainya dengan begitu tulus? Dia telah menyerahkan segalanya: hati, jiwa, dan kekuasaannya. Semua untuk Ling Xi. Namun, saat dia berdiri di ambang pintu keabadian sebagai Dewa Imortal Legendaris, Ling Xi memilih untuk menusuknya dari belakang. Air mata darah menetes dari mata Qin Yun, mencerminkan kesedihan dan kekecewaan yang tak terhingga. "Ling Xi... mengapa?" katanya dengan suara yang terengah-engah, napas terakhirnya berubah menjadi pertanyaan yang tak terjawab. .. Qin Yun terjebak dalam kegelapan abadi yang pekat dan sunyi, bagai jurang tak berdasar yang menelan cahaya dan harapan. Kesadaran akan kematiannya menyergapnya seperti badai yang menghantam jiwa. Dalam keheningan yang mencekam dan menggetarkan, dia menemukan keinginan yang membara dalam hatinya, seperti api yang menyala di tengah kegelapan, membangkitkan semangat balas dendam yang tak terpadamkan. "Jika aku diberi satu permintaan," katanya pada diri sendiri. Suaranya bergema dalam kekosongan. "Aku ingin kembali ke dunia orang hidup, bahkan jika hanya untuk sesaat!" Mata Qin Yun berkilauan dengan semangat balas dendam. "Aku ingin merenggut nyawa Ling Xi dengan tanganku sendiri, menghancurkannya menjadi ribuan keping, membuatnya merasakan sakit yang tak terhingga seperti yang aku rasakan!" Suara hatinya berteriak, meminta keadilan dan balas dendam. Pada saat itu, tiba-tiba, Qin Yun merasakan tubuhnya ditarik oleh energi misterius yang kuat dan tak terbayangkan. Energi itu memancar seperti ombak besar, menggetarkan seluruh wujudnya. Ruang gelap yang mengurungnya tiba-tiba terbelah, seperti tirai yang robek, dan cahaya putih terang menyinari sekitarnya. Cahaya itu begitu intens, membuat mata Qin Yun terasa terbakar. Dengan tubuh yang terangkat dari tanah, Qin Yun merasakan dirinya ditarik masuk ke dalam cahaya tersebut. Kesadarannya mulai memudar, dan dia merasakan dirinya terlempar ke dalam kekosongan yang tak terhingga. Semua yang terlihat hanya cahaya putih yang menyilaukan, dan kemudian... kegelapan. Qin Yun kehilangan kesadaran, meninggalkan kebingungan dan pertanyaan besar tentang nasibnya. .. Dua abad kemudian. Di sebuah kota terpencil yang tersembunyi di balik pegunungan hijau, Wilayah Kekaisaran Tang. Seorang pemuda tampan berwajah pucat tersentak bangun dari tidurnya. Dia duduk di atas kasur sederhana, menatap sekeliling dengan ekspresi heran dan bingung. Mata pemuda itu terbuka lebar, mencari jawaban atas kebingungan yang memenuhi pikirannya. "Apa yang terjadi? Dimana aku? Bagaimana aku sampai di sini?" katanya dengan suara pelan dan penuh keheranan. Wajahnya yang pucat dan kulitnya yang pucat membuatnya terlihat seperti orang yang baru saja bangun dari tidur panjang. Rambutnya yang hitam dan panjang tergerai di bahu, menambahkan kesan misterius pada penampilannya. Pemuda itu menoleh ke sekeliling kamar, mencari petunjuk tentang identitas dan masa lalunya. Kamar itu sederhana, dengan dinding yang putih dan lantai yang terbuat dari kayu. Satu-satunya benda yang menarik perhatian adalah jendela kecil yang menghadap ke luar, membiaskan cahaya matahari pagi. Bersambung.... Jika kalian suka dengan cerita ini, tolong tinggalkan komentar dan ulasan kalian untuk membantu penulis. Terimakasih.“Pahlawan Muda Qin Yun…”Xu Xiong dan para tetua keluarga Xu tertegun.Melukai orang masih bisa dianggap sebagai provokasi, dan biasanya masih ada ruang untuk bernegosiasi atau berdamai.Namun, jika seseorang membunuh secara langsung seperti yang baru saja dilakukan Qin Yun, itu sama saja dengan merobek wajah lawan. Tidak ada lagi jalan kembali—pertarungan hanya akan berakhir dengan kematian salah satu pihak.“Kenapa? Kau masih ingin menyelesaikan masalah ini dengan damai bersama Liu Cheng? Kalau Patriark Xu takut, kau bisa pergi sekarang.”Tatapan dingin Qin Yun melirik Xu Xiong, penuh ketidaksenangan.Xu Xiong bergidik. Ia tahu Qin Yun tidak puas dengan keraguannya. Dalam hati ia mengumpat dirinya sendiri—Liu Cheng sudah mempermalukannya sejauh ini, tapi ia masih saja bersikap hati-hati. Terlalu rendah diri.“Tuan Muda Qin Yun, kau bercanda…”Menggertakkan giginya, Xu Xiong tiba-tiba tertawa keras, lalu tanpa ragu
"Urusan penting? Begitukah caramu menyebutnya? Tuan Xu, jangan salahkan kami kalau tidak menghormatimu. Serahkan saja anak ini, maka masalah ini selesai. Kalau tidak, jangan salahkan kami bila harus bertindak keras."Beberapa penjaga mencibir, sama sekali tak menaruh rasa hormat pada Xu Xiong dan para tetua Xu.Xu Xiong hendak berbicara lagi, tapi Qin Yun tiba-tiba menyela dengan wajah dingin."Xu Xiong, kenapa repot bicara dengan mereka? Hancurkan saja."Ucapan itu membuat wajah Xu Xiong pucat.Dalam hati ia hampir menangis.Dermawan, bisakah kau bicara lebih sedikit? Aku susah payah menenangkan keadaan, tapi satu kalimatmu menghancurkan semuanya...Benar saja, setelah mendengar ucapan Qin Yun, para penjaga Liuge menjadi marah."Tuan Xu, jangan salahkan kami kalau tidak menghormatimu. Anak ini harus mati hari ini!"Beberapa penjaga memasang wajah muram dan segera maju mengurung Qin Yun.Xu Xiong ha
“Tenang. Formasi ini bukan ditujukan pada kalian, tapi untuk menghadapi pembuat onar. Selama kalian patuh, tidak akan ada masalah. Tapi kalau ada yang berani mencari gara-gara di Paviliun Liu, nasibnya akan sama seperti Tim Ekspedisi Badai.”Para penjaga itu berbicara sambil menyeringai ganas.“Ahh!”Jeritan terdengar. Meskipun anggota Tim Ekspedisi Badai cukup kuat, mereka tidak sanggup melawan formasi sekaligus para penjaga. Dalam beberapa tarikan napas saja, mereka semua jatuh bersimbah darah.Penjaga itu mencibir. “Hanya segini kemampuan kalian, berani membuat masalah di Paviliun Liu?”Pemandangan itu mengerikan. Darah berceceran di tanah.Melihatnya, Qin Yun yang berdiri di antara kerumunan hanya menatap dingin.“Semua ini salahku,” Kapten Tim Ekspedisi Badai yang sekarat membuka mata dengan susah payah. Ia batuk darah dan memohon lirih, “Ampunilah rekan-rekanku, hukum aku saja…”“Ha! Kau? Hanya seorang pen
“Saudara-saudara, tolong lihat kapten kami, dia sudah terluka parah. Tolong beri dia ruang. Kami paham ada aturan, tapi ini darurat. Mohon sedikit kelonggaran.”Orang yang berbicara tampak cemas. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang perak dari sakunya, lalu diam-diam menyerahkannya kepada para penjaga. “Ini hanya tanda terima kasih kami, jangan dianggap meremehkan.”Namun, salah satu penjaga menjawab dingin, “Peraturan yang ditetapkan Master Paviliun sangat ketat. Dalam keadaan apa pun, darurat atau tidak, kami tidak bisa melanggarnya.”Beberapa penjaga melirik uang perak yang diberikan Tim Ekspedisi Badai dengan jijik. Salah satunya mencibir, “Kalian pikir bisa menyuap kami dengan sepuluh ribu koin perak? Apa kami terlihat seperti pengemis?”Pria dari Tim Ekspedisi Badai itu menggertakkan giginya. “Bagaimana bisa kalian berkata begitu? Alasan Tim Ekspedisi Badai datang ke tempat berbahaya seperti Pegunungan Xuanzhong adalah karena menerima misi d
“Tuan Muda Qin Yun, mau pergi ke mana?” Xu Xiong bertanya dengan bingung.“Tentu saja mencari Liu Cheng,” jawab Qin Yun dengan nada dingin. “Berani sekali dia mempermainkan keluarga Xu? Aku ingin tahu siapa sebenarnya dia.”Ekspresi Xu Xiong langsung berubah cemas. Ia buru-buru maju dan berkata:“Tuan Muda Qin Yun, tolong jangan gegabah! Keluarga Zhou hanya keluarga kecil, jadi saat kita menyingkirkan Zhou Xinhua, tidak ada yang berani bersuara. Tapi Liu Cheng berbeda. Dia punya nama besar di Wucheng, dan meski tidak berafiliasi dengan kekuatan besar mana pun, ia menjalin hubungan baik dengan Keluarga Zhu. Jika kita membuat masalah dengannya tanpa perhitungan, akibatnya bisa berbahaya.”Meskipun ia membenci Liu Cheng sampai ke akar-akarnya, dia tidak berani memaksa Qin Yun untuk ikut mencari masalah terhadap Liu Cheng. Bagaimanapun, status Liu Cheng sebagai seorang alkemis jelas berbeda dengan keluarga Zhou.“Aku tahu. Tapi aku tidak aka
Para tetua keluarga Xu juga terdiam kaku, menatap Qin Yun seakan melihat dewa turun ke bumi.“Bagaimana pemuda ini bisa melakukan itu? Dari mana asalnya? Terlalu luar biasa!”Mereka hampir kehilangan kewarasan, tak tahu harus bereaksi bagaimana.Qin Yun tersenyum tipis. “Teratai Hati Tujuh Warna adalah harta langka. Benihnya memang bisa digunakan untuk meracik Racun Teratai Hati, tapi jika dimurnikan dengan cara tertentu, ia justru bisa memperkuat Qi seorang pejuang. Jadi wajar saja jika Patriark Xu merasa kekuatannya melonjak setelah racunnya dikeluarkan.”Pada saat itu, seorang pelayan masuk membawa nampan. Di atasnya terletak beberapa cincin penyimpanan—barang rampasan dari para tetua keluarga Zhou—ditaruh satu per satu.“Anak muda, ini cincin penyimpanan milik para tetua keluarga Zhou. Keluarga Xu tidak menyentuhnya sedikit pun. Selain itu, ini ada sedikit hadiah dari keluarga kami. Tolong terima sebagai tanda terima kasih.”