SELALU SALAH

SELALU SALAH

Oleh:  Nyla Amatullah  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
28 Peringkat
19Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Reina, sang pengantin baru yang dituduh hamil duluan oleh tetangganya, Mak Ida. Betulkah yang dituduhkan mak Ida?. Yuk ikuti kisah Reina.

Lihat lebih banyak
SELALU SALAH Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Sherly
Novel kren
2023-04-04 14:49:06
0
user avatar
Nila W
novel yang keren
2022-11-20 01:37:32
0
user avatar
Muhammad Nasuha
novel yang bagus
2022-11-20 01:13:47
0
user avatar
Siti Maisaroh
keren ceritanya
2022-11-20 01:04:29
0
user avatar
Susi_miu
Mulut emak - emak emang gak ada remnya wkwk. Semangat ngetiknya, kak.
2021-09-18 09:34:15
0
user avatar
Wisya Kiehl
Pasti sedih menikah tapi dituduh hamil duluan. Padahal kenyataannya sih nggak. Kasihan Reina ya
2021-09-18 06:31:36
0
user avatar
Dandelion
novel yang bagus.. recommend untuk d baca.
2021-09-18 03:37:24
0
user avatar
Handdwi
Ceritanya kerenn ...
2021-09-17 21:44:51
0
user avatar
Blade Armore
Keren, lanjut Thor.
2021-09-16 11:40:46
0
user avatar
Rini Annisa
Keren Thor lanjut
2021-09-16 11:07:38
0
user avatar
Kelabu
bagus banget Thor ceritanya
2021-09-15 15:54:34
0
user avatar
Amy_Asya
Mulut tetangga emang suka gitu ya, semangat terus updatenya thor
2021-09-15 14:15:42
1
default avatar
bittermelon
Mak ida bikin gregettt ih. Semangat huat reinaaa!!!
2021-09-15 11:34:31
1
user avatar
Ji-Na
kasian banget Reina, next thor!
2021-09-14 21:28:08
1
user avatar
Ntut Roesnawati
emak2 warung emang ga ada obat hihi ... smngat ya
2021-09-14 21:05:22
1
  • 1
  • 2
19 Bab
Bab 1
"Lihat tuh si Reina udah gede aja perutnya, padahal kan baru aja nikah. Jangan-jangan dia udah nyicil duluan," seru Mak Ida. "Nyicil bagaimana maksudnya, Mak?" tanya Ratna heran. "Maksudnya hamil duluan lah, wong anak jaman sekarang mana tahan, ha...ha...,"suara tawa Mak Ida terdengar membahana. "Apalagi suaminya Reina katanya punya hotel dan beberapa villa, di kota Batu. Pasti sering tuh berduaan di sana waktu dia masih kuliah di Malang," Mbak Risma ikut menambahi. "Apalagi di rumah Reina kan udah gak ada orang tuanya, pasti mereka bebas berduaan dulu, ya gak?" Ratna menimpali. "Kasihan ya, orang tuanya di alam kubur sana, pasti sedih lihat kelakuan anaknya," sahut Mak Ida. "Iya," Ratna menyumbang suara. Begitulah suasana warung Ratna setiap hari. Ada saja gosip hangat yang dibicarakan. Dari si A sampai si Z, tak luput dari merek
Baca selengkapnya
Bab 2
"Eh, Mak Ida," ucapku salah tingkah. Ku lepas paksa pelukan mas Adit. Namun, Mas Adit sengaja mempererat pelukannya.  Malu sekali rasanya dipergoki bermesraan dengan suami. Padahal, kalau dipikir, kan gak dosa juga bermesraan dengan pasangan yang halal. Hi...hi.... Aku senyum-senyum sendiri. "Reina, kamu malah senyum-senyum. Kalian ini pagi-pagi udah bermesraan aja. Kamu juga Adit, gak punya baju ya, masa ada orang tua cuma pake handuk?" Mak Ida ceramah pagi. "Iri, nih ye?" Kutekankan kata IRI kepadanya. "Halah, ngapain juga Mak harus iri sama kalian. Mak udah pernah dulu. Kamu juga, Reina, kalau dinasihatin orang tua, selalu saja ada jawabnya," ucap mak Ida sewot.  "Mak Ida juga ngapain ke rumah orang pagi-pagi, gak pakai salam, lagi?. Ganggu pengantin baru aja," Mas Adit menanggapi santai, melepas pelukannya lalu menuju kamar. Aku malas menanggapi
Baca selengkapnya
Bab 3
Aku terdiam. Jawabannya sudah jelas, Mas Adit keberatan Mak Ida menginap disini. Ku tahu, momennya sangat tidak pas. Mas Adit ingin berdua saja. Aku pun tak berani membantahnya. Aku melangkah keluar kamar, tapi Mak Ida sudah tidak ada di tempat semula. Kemana perginya ini orang, cepat sekali. Mana pula tidak pamit lagi. Syukurlah kalau dia sudah pulang. Ah, baiknya aku tidur siang saja. Aku melangkah menuju kamar. Hatiku sudah lega, karena akhirnya mak Ida pulang. "Reina, Mak udah bawa baju nih. Mak tidur di kamar kamu, ya?" "Tunggu, tunggu. Gak bisa gitu, Mak. Di kamar Reina gak muat kalau bertiga. Kasurku sangat kecil, lagian di sana juga ada hantunya," aku mencoba mencari ide. Biarlah berbohong, kata guru ngaji dulu, kita  boleh berbohong, asal tujuannya buat kebaikan. Kali ini aku praktekan berbohong demi kebaikan, tentunya kebaikan diri sendiri dan Mas Adit.&nbs
Baca selengkapnya
Bab 4
"Kok bisa?" "Ya bisa lah, Mas. Mas Adit sih mengerem mendadak gitu, pasti sudah benjol kepalaku," sungutku kesal. "Bukan itu maksudku, kenapa bisa sembuh secepat ini. Bukannya tadi kamu masih lemes?" "Aktingku bagus, kan, Mas?" "Akting?" Mas Adit menganga gak percaya. "Kamu mangap gitu aja masih ganteng, Mas," kekagumanku tak dapat kusembunyikan. "Gak lucu," sungutnya kesal. "Auw, sakit tahu, Mas. Kenapa sih suka sekali nyubit pipiku," aku manyun. "Akting, kamu bilang. Dari tadi aku khawatir tapi ternyata kamu malah akting." "Hehe," aku nyengir kuda. "Dasar ratu akting," mas Adit mencebik kesal. "Jangan marah, dong, Mas. Aku akting kan demi Mas juga. Kalau aku gak akting sakit, pasti Mak Ida bakalan bermalam di rumah." Mas Adit nampakn
Baca selengkapnya
Bab 5
"Mas, jangan masuk dulu," aku bicara takut-takut. "Kenapa?" Mas Adit heran. "Aku lupa gak bawa buah tangan, Mas." "Santai saja," ucapnya setenang mungkin. Ya iya lah dia tenang, ini kan rumahnya sendiri. Dasar mas Adit. Kami memasuki halaman yang sangat luas. Mas Adit mematikan mesin Mobil, lalu dengan cepat membukakan pintu untukku. Dinginnya kota Batu di malam hari membuatku semakin mulas. Hatiku semakin tak karuan. Bagaimana kalau Mama mertua tak menyukaiku?. Kug erat tangan Mas Adit untuk menghilangkan rasa gugupku. Seolah merasakan apa yang ku rasa, Mas Adit menggenggam erat tanganku. "Assalamualaikum, Ma. Aku bawa oleh-oleh buat Mama sama Papa," Mas Adit langsung mengajakku ke ruang tamu, karena pintu rumah dalam keadaan terbuka. Ternyata rumah mas Adit sangat mewah dan megah. Jika dibanding dengan rumahku, tak ada apa-apanya. Mak Ida pasti pingsan kala
Baca selengkapnya
Bab 6
Ku cubit perut Mas Adit. Biar tahu rasanya malu sampai ke ubun-ubun itu bagaimana.   "Bagus itu," mata Mama berbinar.   "Bisa gak kita bahas yang lain aja?" tanyaku  kikuk."malu tahu, Mas."   "Kalian jangan bingung, nanti biar Mama yang urus semuanyaa. Kalian terima beres saja!" Mama bersemangat.   "Kok Mama semangat sekali, ya. Yang bulan madu kan Adit, kenapa Mama yang sibuk."   "Diam kamu Adit, kamu mau diakui sebagai anak Mama atau bukan?. Harus nurut sama Mama kali ini," Mama kelihatan serius.   "Ya deh, Mamaku Sayang," Mas Adit memeluk mamanya.   Harmonis sekali keluarga ini. Aku begitu bersyukur bisa menjadi bagian dari mereka. Kehangatan begitu terpancar dari keluarga mas Adit. Meskipun Mama dan Mas Adit seringkali berbeda pendapat, namun mereka tetap selalu menyayangi.   ****** "Adit, Mama sudah
Baca selengkapnya
Bab 7
Bab 7 "Pakai apa ya, Mbok, enaknya nanti?" aku bingung mau pakai apa nanti, karena ku lihat di kamar Mas Adit tidak terlihat koper. "Bawa bajunya, Mbak?" "Iya, Mbok. Reina panggil Mas Adit apa Mama ya, enaknya?" aku berpikir. "Panggil Mas Adit, saja, Mbak?" Mbok Yah memberi usul. "biar saya panggilkan, Mbak." "Terima kasih ya, Mbok." "Mbak Reina ini, sedikit-sedikit bilang terima kasih, Mbak Reina memang baik hati." "Mbok ini, bisa saja." Ku keluarkan baju Mas Adit dari lemari. Ku pilih baju yang sekiranya dipakai nanti selama liburan. Ternyata Mas Adit rapi juga.Bajunya tidak ada yang berantakan di lemari.  "Sayang, ada apa?" Mas Adit sudah masuk kamar di susul Mbok Yah di belakangnya. "Kita bawa baju pakai koper atau tas, Mas?" "Kalau barang
Baca selengkapnya
Bab 8
"Ayolah, Mas. Masa tega biarin aku pulang sendiri?" aku mulai jengkel. "Lihat nanti saja, ya?"  "Terserah!" "Cie, merajuk beneran nih?" Mas Adit malah menggodaku. " Gak lucu." "Kamu yang lucu," tersenyum menggoda. "Tau ah," ku palingkan wajahku keluar jendela. Kini kami melati alun-alun Batu yang masih sepi. Mas Adit mengarahkan mobilnya menuju Jalan Gajah Mada. Lalu Mas Adit mengambil jalur menuju wisata Selecta.  "Makin lucu kalau merajuk begitu," candanya membuatku semakin jengkel. Aku terdiam, malas sekali menanggapinya.  "Bercanda, Sayang. Mas mana tega biarin kamu pulang sendirian, naik bus pula." "Bercandanya gak lucu." "He...he..., maaf deh. Ok?" Mas Adit menggenggam tangan kananku sebagai permohonan maaf.
Baca selengkapnya
Bab 9
Mas Adit langsung menghentikan aktifitas makannya. Tatapan tak suka ia tujukan pada seniorku.  Sementara aku, masih mencoba mengorek memori, berharap menemukan serpihan nama di masa lalu. Aku benar-benar lupa.  Kepalaku mendadak pusing. Namun, wajahnya tak asing. Aku ingat semuanya, sekelebat bayangan masa lalu mendesak hadir kembali. Namun, aku tak berhasil menemukan namanya. "Kita sudah selesai, ayo pulang!" Mas Adit menggandeng tanganku paksa.  "Mas?" aku meminta jawaban. Dengan terseok, aku berdiri. Kenapa tiba-tiba sikap Mas Adit berubah. Apa aku melakukan kesalahan?.  "Pak, ini uangnya," Mas Adit mengeluarkan selembar rupiah bewarna merah dari dompetnya. Dengan langkah lebar, aku berusaha mengimbangi langkahnya. Aku merasa tak enak dengan kakak seniorku. Dia hanya bengong melihat kami pergi begitu saja. "Maaf Mas
Baca selengkapnya
Bab 10
"Kamu sudah membuatku marah tadi. Kamu harus menebus kesalahanmu, Yang," ucap Mas Adit serius. "Please deh, Pak Dosen.... Aku ini bukan mahasiswimu, aku istrimu. Mentang-mentang dosen hukum, seenaknya sendiri menghukum orang lain. Awas kena karma!" ucapku kesal. "Justru karena kamu istriku, Yang. Makanya aku menghukummu." "Sadis kamu, Mas." Mas Adit tersenyum.  "Sadis mana, aku dengan si Ronald tadi?" "Sadis kamu." "Masih saja membela Ronald, awas ya," mas Adit mencubit pipiku gemas. "Siapa juga yang membelanya." "Itu tadi buktinya. Ronald yang sudah menghianatimu saja masih di bela." "Aku tidak membelanya, Mas. Aku hanya mengatakan yang sebenarnya." "Ternyata Ronald masih mencintaimu, Yang. Buktinya dia sampe nyamperin tadi." "Sudah deh, jangan mulai
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status