Renita terkejut saat membaca pesan dari Lina, salah satu murid Bagas, suaminya yang mengatakan bahwa kado lingerie dari Bagas sudah diterima oleh Lina dan Lina akan memakainya saat mereka tidur bersama. Renita yang terkejut, meminta Bagas untuk mempertemukannya dengan Lina. Apa yang terjadi selanjutnya?
View MoreSuamiku guru yang baik, saking baiknya, dia sampai memberikan kado lingerie pada muridnya diam - diam tanpa sepengetahuanku... 😖🥴
SISWI KESAYANGAN SUAMIKU [Mas, eh Pak, kado dari pak Bagas sudah sampai di rumah. Bagus banget! Lina suka! Terimakasih ya! Pasti akan saya pakai saat besok kita bobok bersama!] Renita mengernyit membaca pesan dari layar utama ponsel suaminya. Pesan w******p atas nama kontak Maulana itu menganggu pikiran nya. "Maulana? Siapa dia? Keluarga dan teman - teman Mas Bagas tidak ada yang bernama Maulana. Dan apa ini? Kado? Kado apa yang akan dipakai saat mereka bertemu?Apa Maulana ini adalah murid Mas Bagas? Tapi sebegitu istimewa nya kah dia sampai Mas Bagas memberikan kado untuk nya? Eh, tapi kenapa nama di kontak dan di chat berbeda? Sebenarnya Maulana atau Lina? Tapi sepertinya mas Bagas pernah satu dua kali bercerita tentang murid nya yang bernama Lina. Kalau nggak salah, Lina itu murid yang pintar tapi yatim piyatu. Apa Lina itu yang mengirim kan pesan ini?" gumam Renita bingung. Perempuan itu menoleh ke arah pintu kamar mandi yang tampak masih tertutup rapat, dan suara keran air yang masih mengalir deras dari dalam nya. Belum ada tanda - tanda sang suami yang akan keluar dari sana. Akhir nya Renita yang selama ini hampir tidak pernah penasaran dan tidak pernah memeriksa ponsel sang suami dan sangat percaya pada suami nya, menekan kontak ponsel bertuliskan Maulana itu dengan rasa penasaran yang tinggi. Pesan di kolom chat itu sudah bersih, dan hanya itu satu - satunya kalimat yang terketik di sana. Renita lalu menekan foto profile kontak Maulana itu. Tampak gadis cantik berambut panjang dengan seragam sekolah tempat suaminya bekerja sebagai guru honorer di sekolah negeri. Suami nya memang jarang bercerita tentang muridnya yang nakal atau pintar di kelas jadi Renita juga masih asing dengan wajah di foto kontak WA itu. Dengan menghela napas panjang, untuk meredam gemuruh jantung karena pikiran buruk dan overthinking yang mulai menghinggapi nya, perempuan berusia dua puluh enam tahun itu berpikir sejenak dan mengetik balasan untuk salah satu murid suaminya. [Syukur lah, kamu suka dengan hadiahnya! Coba fotokan, Lin.] Renita yang juga merupakan junior mahasiswi yang sama dengan kampus Bagas dulu dan sudah menikah selama tujuh tahun itu menunggu balasan dengan tegang. Dan jantung Renita seakan terlepas dari rongganya saat dia membaca pesan balasan yang masuk ke ponsel suaminya itu. [Lingerie ini cocok sekali untukku! Lihatlah, Mas! Mau dong dibelikan warna lain!] [Foto] [Foto] [Foto] Renita menelan ludah dengan susah payah, saat melihat foto murid suami nya dengan kain yang kurang bahan dalam berbagai pose menantang. Renita seketika menatap tak percaya ke arah layar ponsel milik suaminya. Dengan menegarkan hatinya, perempuan yang bergelar ibu dan telah mempunyai seorang anak lelaki yang telah berumur hampir setahun itu memutuskan untuk mengirim foto dan nomor kontak atas nama Maulana ke ponsel nya sendiri. Renita yang selama ini sudah disibukkan dengan berbagai rutinitas merawat anak dan suaminya, serta selalu percaya bahwa suami nya tidak akan berbuat macam - macam di belakangnya, ternyata harus menelan kecewa karena mendapati pesan w******p bernama Maulana di kontak sang suami. Padahal awalnya Renita tidak bermaksud untuk memeriksa ponsel sang suami yang selalu saja dalam mode hening itu, tapi karena sore itu Renita yang baru saja membeli ponsel baru karena ponsel lama nya rusak, dia akhir nya membuka HP sang suami untuk menyalin beberapa nomor kontak milik keluarga dan teman - teman mereka. Tapi ternyata notifikasi pesan atas nama Maulana membuat Renita mengetahui sisi lain dari suami nya yang terlihat kalem, lembut, dan sangat sayang keluarga itu. Renita memegang dadanya yang mendadak terasa nyeri saat membayangkan suami nya berbuat curang di belakang nya. "Astaghfirullah, sampai dimana hubungan mereka? Mas Bagas bahkan sampai berani membelikan lingerie pada muridnya itu. Dan tadi, muridnya memanggil, Mas? Ya allah, ku tidak bisa berprasangka baik lagi pada mas Bagas. Jangan - jangan mereka sudah melakukan... " Krieeet! Pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan Bagas yang baru saja mandi. Aroma sabun dan shampo menguar dari tubuh suami nya. Melihat Renita yang memegang ponselnya dengan raut wajah aneh, membuat ekspresi wajah Bagas menegang. "Kamu ... Barusan melihat ponsel ku?" tanya Bagas dengan suara tercekat. Renita meletakkan ponsel Bagas yang sedang diisi daya diatas kulkas. "Ya, Mas. Aku baru beli HP baru kan? Aku kira tidak perlu meminta ijin mu untuk membuka HP mu dan menyalin kontak dari HP mu ke HP ku, tapi ternyata aku menemukan hal menarik di HP kamu, Mas," jawab Renita berusaha menahan air mata yang mulai ingin berlompatan. Bagas mendelik. Dia lalu berjalan cepat dan menuju ke arah kulkas, lalu melepas kan ponselnya dari kabel isi daya. “Bagas,” panggil Renita pelan namun tegas. Bagas menoleh ke arah istrinya yang menatapnya dingin. Hati lelaki itu was - was saat menunggu lanjutan kalimat sang istri. "Ada apa, Ren? Memangnya apa yang kamu lihat dari HP ku?" tanya Bagas berusaha menyembunyikan rasa panik. “Siapa Lina?” tanya Renita, matanya menatap langsung ke dalam mata Bagas. Mencoba mencari jawaban di sana. Wajah Bagas langsung pucat. Ia terdiam, lidahnya kelu. Dia memegang ponsel nya dengan tangan gemetar. Pesan dari Lina jelas terlihat di layar. 'Astaga, padahal aku sudah mewanti- wanti Lina agar tidak menghubungi lebih dulu saat aku berada di rumah,' batin Bagas gentar. “Kamu tidak akan bisa berbohong kali ini,” suara Renita terdengar rendah, namun penuh dengan amarah yang tertahan. “Apa maksud dari semua ini, Bagas? Kado lingerie? Untuk muridmu?” Bagas mencoba menenangkan diri, tapi sulit baginya untuk mengelak ketika bukti sudah ada di depan mata. “Ren, aku bisa jelaskan... Ini tidak seperti yang kamu pikirkan.” “Tidak seperti yang kupikirkan?” Renita mengangkat alisnya, menahan tawa getir. “Jadi, kamu tidak selingkuh dengan muridmu? Apa ini hanya kebaikan hatimu memberikan kado kepada gadis 18 tahun? Jawab aku!” Bagas tidak bisa berkata-kata. Ia tahu, apa pun yang akan ia katakan hanya akan memperburuk situasi. Renita tahu semuanya. Tidak ada jalan keluar kali ini. “Aku ingin kamu menelepon Lina sekarang,” ujar Renita tegas. “Kita akan bertemu dengannya, di rumahnya. Aku ingin mendengar penjelasan ini dari mulut kalian berdua sudah sejauh apa hubungan kalian!” Bagas tampak semakin tegang. “Renita, tolong, kita bisa bicarakan ini tanpa harus melibatkan dia. Dia yatim piatu! Tidakkah kamu merasa kasihan padanya?” "Yatim piatu lantas tidak membenarkan seseorang untuk berselingkuh, Mas. Apalagi dengan gurunya sendiri! Telepon Lina sekarang dan nyalakan pengeras suara!" "Jangan, Ren. Kasihan dia. Dia sangat kekurangan kasih sayang. Aku minta maaf, aku hanya menganggapnya sebagai..." Renita memotong, “Mas Bagas, kamu yang melibatkan dia sejak awal. Sekarang aku ingin bertemu dengannya. Jika kamu benar-benar merasa bersalah, kamu akan melakukan ini. Sekarang!” Dengan tangan gemetar, Bagas mengambil ponselnya. Ia membuka daftar kontak dan mencari nama Maulana. Hatinya dipenuhi rasa bersalah dan ketakutan, tapi tak ada jalan lain. Dia menekan gambar telepon di layarnya dan nada sambung langsung terdengar. Tak perlu menunggu waktu lama, suara riang terdengar dari seberang. "Halo, Mas Bagas! Kangen ya!" "Ha.. Halo, Lin, aku... " Renita meraih ponsel milik Bagas dengan tak sabar. "Halo, Lina? Saya Renita, istri dari guru kamu..." Next?"Kamu tahu nggak apa persamaan antara cintaku padamu dengan isi kartu ATM ini?" tanya Arjuna dengan senyum dikulum. Renita menggeleng. "Emang apa persamaannya?!" tanya Renita bingung. "Persamaan antara isi kartu ATM ini dengan perasaanku padamu adalah sama - sama unlimited, jadi jangan ragu - ragu kalau kamu ingin beli apapun, Yang," ujar Arjuna sambil meraih tangan Renita dan memberikan black cardnya. Renita melongo. Diraihnya tangan Arjuna dan dikembalikan lagi kartu itu pada si empunya kartu. "Lho kenapa dibalikin, Yang? Kamu nggak butuh duit?" tanya Arjuna heran. Renita tertawa. "Haha, siapa sih di dunia ini yang nggak butuh duit? Tapi nanti saja deh, kalau kita sudah menikah, baru aku mau menerima nafkah dari mu. Kalau sekarang, jangan dulu. Kan kamu juga sudah membantuku untuk mendapatkan pekerjaan," ujar Renita tersenyum. Arjuna pun manggut-manggut. "Ya sudah kalau keinginanmu seperti itu. Hm, ngomong - ngomong soal menikah, aku ingin menikah langsung setelah aku lulus k
Semakin orang gila itu mendekat ke arah Renita, Renita pun terkejut saat melihat siapa sebenarnya perempuan gila yang disoraki oleh anak-anak, karena perempuan gila itu adalah Lina! Renita menahan nafas saat Lina semakin mendekat ke arahnya. Sesaat dia ragu jika perempuan gila yang sedang disoraki oleh anak - anak kecil itu adalah Lina, tapi semakin sosok itu mendekat ke arah Renita, dia pun semakin yakin bahwa perempuan ODGJ itu adalah perempuan yang sama yang telah merebut suaminya. "Lina? Apa yang terjadi padamu? Kenapa kulit dan pikiran kamu rusak?" desis Renita saat Lina tepat berada di hadapannya. Tanpa diduga Lina berhenti di hadapan Renita sejenak, lalu mereka bertatapan. Dan mendadak Lina tertawa terbahak. "Hahaha! Ada set an! Haaa haaa haa!” seru Lina sambil menunjuk ke wajah Renita. Renita terperanjat dan sama sekali tidak menyangka jika Lina akan menyapanya dengan cara seperti itu. "Arghh! Setan! Setan!" seru Lina sambil merentangkan kedua tangannya dan berusaha menja
"Bagaimana kalau kamu juga bekerja di kantorku? Bu Renita kan juga sarjana komputer? Hitung-hitung membantu aku di perusahaan. Nanti aku tanyakan pada HRD, apa ada posisi kosong yang bisa diisi oleh bu Renita," ujar Arjuna mantap. "Ah tidak perlu. Aku tidak mau kalau mendapatkan pekerjaan dengan cara nepotisme," kata Renita. "Ini bukan nepotisme, ini hanya memberikan posisi pada orang yang membutuhkan. Begini, Bu, misalkan ada posisi di perusahaan yang sedang kosong, apakah lebih baik diberikan pada orang yang tidak kita kenal sama sekali atau kita berikan pekerjaan pada orang yang sudah kita kenal dengan baik dan terpercaya?" tanya Arjuna.Renita hanya manggut - manggut. "Ya, kamu benar. Ya sudah, kalau begitu besok aku akan melamar kerja ke perusahaan papa kamu," ujar Renita. "Sekarang kamu tidur ya, sudah malam,” sambung Renita lagi. "Iya, Bu. Tapi sebelum tidur, sebenarnya saya itu STNK sama gurunya," ujar Arjuna. Kening Renita mengerut. "Hah, apa itu STNK?" "STNK itu Selalu
Renita sedang mencari lowongan pekerjaan melalui media sosial nya saat sebuah pesan whatsapp masuk di ponselnya.Renita tersenyum saat membaca pesan whatsApp itu karena pesan itu dikirim oleh Arjuna.[Aku punya tebakan nih, Yang! Apa perbedaan antara akhir pekan dan cintaku padamu?]Renita dengan cepat membalas pesan Arjuna.[Tidak tahu. Memangnya apa bedanya, Jun?][Kalau akhir pekan itu weekend kalau cintaku padamu will never end]Balasan pesan dari Arjuna membuat Renita tersenyum. [Kamu bisa saja, Juna. Kamu belajar dari mana?][Belajar dari hati dong, Yang! Oh ya, kamu lahir tanggal satu ya?]Renita menjawab, [Enggak, emang kenapa?][Aku kira kamu lahir tanggal 1, karena kamulah satu-satunya tujuan hidupku.]Balasan chat dari Arjuna membuat Renita tertawa lepas.[Aku lahir tanggal 7 bulan depan.]Arjuna membalas dengan senyum terkembang. [Wah pantas saja kamu lahir tanggal 7, karena kamu adalah tujuan dari doa-doaku selama ini 🥰]Bunga - bunga di hati Renita seakan bermekaran.
Renita mengangguk, dia kemudian menggendong Damar dan berjalan menuju ke arah mobil Arjuna. Suasana hening saat mobil melaju. Damar yang semula merengek karena ingin bermain hujan, terdiam setelah Arjuna memberikan roti coklat yang memang sudah disiapkannya untuk calon anak sambungnya itu. "Kenapa kamu diam saja, Bu Ren?" tanya Arjuna melirik ke arah Renita yang sedang menatap kaca jendela yang basah oleh air hujan. "Apa ada hal berat yang sedang bu Nita pikirkan?" lanjut Arjuna lagi. Renita menghela napas panjang. "Aku masih merasa sangat bersalah pada Mas Bagas. Apa aku harus mengatakan pada orang tua Bagas bahwa anak bungsu mereka meninggal karena menyelamatkan aku?" tanya Renita. Arjuna menggeleng. "Menurut saya hal itu tidak perlu. Bukan kamu yang bersalah. Kamu kan tidak minta ditabrak, kamu juga tidak minta untuk diselamatkan oleh Bagas kan, Bu? Jadi tidak usah mengatakan hal yang akan membuat orang tua pak Bagas justru menaruh dendam pada bu Renita," ujar Arjuna panjang leb
Disusul dua batu yang mendarat dengan mulus di kaca belakang. Adi yang ketakutan, membeku di kursi belakang kemudi. Beberapa orang turun dari motor dan menyerbu mobil Adi. "Turun kamu! Atau mati!" teriak mereka murka. Adi menatap pada kerumunan orang yang berkeliling di depan mobilnya. "Ayo keluar dari mobil mu dan mempertanggungjawabkan perbuatanmu atau aku kami akan memberi pelajaran, biar kamu modyar sekalian!" teriak orang-orang yang berkerumun di depan mobil Adi.Adi sangat ketakutan. Tetapi dia tetap tidak mau keluar dari mobil karena khawatir akan diamuk massa. "Woi, budek ya?! Kalau kamu tidak mau keluar, kami akan menghancurkan mobilmu secara paksa dan menghajarmu!" teriak sebagian orang yang berkerumun di depan mobil Adi.Adi terdiam di belakang kemudi sehingga membuat jengkel orang - orang yang berkerumun di hadapannya. Dua orang lelaki yang membawa batu besar menghantamkan batunya ke kaca bagian depan mobil sehingga pecah berhamburan, tepat pada saat itu, Adi ditarik o
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments