Kehidupan Selena harus terusik akan kehadiran Billy yang tiba-tiba sebagai mantan teman yang merupakan musuh bebuyutan saat satu kelas dulu. Selena terpaksa harus menjalani hubungan kontrak dengan Billy, hidup di bawah tali kekang pria itu sungguh membuatnya tersiksa. "Billy, aku ingin pernikahan kita berakhir sampai disini saja" ucap Selena. "Kau tidak berhak mengaturku, kapanpun itu akan berakhir akulah yang akan memutuskan." pria itu menyeringai. Semakin jauh menyelam ke kehidupan Billy, semakin Selena dikejutkan dengan banyak hal yang membuatnya terperangah. Kelangsungan hidup teman culun semasa kuliahnya itu ternyata tidak sesederhana seperti yang dia pikirkan. Billy bukan-lah murid pendiam yang dikenalnya dulu, "Dia adalah monster."
Lihat lebih banyak"Billy, kumohon jangan lakukan itu. Aku, aku bersedia melakukan apapun.... " Selena menurunkan harga dirinya dengan berlutut agar pria itu tidak mengekspos foto-fotonya di sosial media.
Pria tampan itu menyesap sebatang cerutu yang diapit di ujung jarinya, tatapannya dingin dan tajam menghadap jendela kaca yang membentang di sepanjang sisi ruangan sedangkan salah satu tangannya masuk ke saku celananya."Bagaimana, ya. Sepertinya kau lebih cocok menjadi model majalah dewasa." Billy menyeringai."Sepertinya wajah wanita ini tidak asing," Billy mengerutkan keningnya mengingat-ingat wajah wanita yang terlihat familiar, kemudian ekspresinya kembali berubah setelah beberapa detik diam mengamati rentetan gambar di ponsel Selena. Lantas pria berjas silver branded itu mengalihkan layar ponsel pada Selena. "Dia ibumu?" satu alis Billy terangkat."Kau!" secepat kilat jemari lentik itu ingin meraih benda pipih yang menyimpan fotonya bersama sang ibu, "Kembalikan ponselku!""Oh, apa ini? Seorang Selena ternyata adalah anak dari seorang pelakor, bagaimana kalau berita tentang model yang baru saja akan meniti karir ini memiliki sedikit latar belakang yang sedikit.... wow, di mata publik, hm?" dengan lebih cepat Billy menarik tangannya dari rampasan Selena, kembali menyapukan jemarinya di atas layar. Billy ingat wanita di dalam foto ini merupakan ajang pembicaraan di sosial media akhir-akhir ini.Selena cukup frustasi karena menurutnya selama ini sang ibu adalah wanita yang hangat, berita yang beredar mengatakan kalau wanita yang menyayanginya sejak kecil itu memiliki skandal dengan seorang pria, fakta mengejutkannya lagi dibalik hubungan itu telah lahir seorang anak haram.Air mata Selena hampir meleleh, dia menahannya sekuat tenaga agar tidak segera tumpah. Akibat rumor yang beredar Selena harus kehilangan wanita yang selalu didambanya untuk selamanya, dia tidak peduli tentang berita itu, dengan tidak punya hati orang-orang menuliskan kata-kata yang kejam di kolom komentar. Setidaknya para komentator itu tidak berhak mengatakan sesuatu yang belum mereka ketahui secara pasti."Oh, apa ini?!" sekilas Billy melihat melalui ekor matanya, "Dulu bahkan aku tidak pernah ingat wajah seorang Selena sangat kasihan seperti ini. Ayolah, kemana perginya tawa sombongmu itu.""Maaf, aku mengaku salah. Tapi aku mohon jangan lakukan, kau boleh memintaku melakukan apapun." Selena menjatuhkan diri tepat di sisi sepatu mahal milik pria yang masih menjulang di depannya."Mulutku rasanya tidak tahan lagi untuk tidak mengatakan bahwa dirimu tidak cocok melakukan permohonan itu nona Selena." Billy mengangkat sebelah alisnya, sudut bibirnya terangkat puas.Tiba-tiba saja kenop pintu bergerak, menandakan seseorang akan masuk. Dan....Seorang wanita paruh baya pelan-pelan menelengkan kepalanya sampai sepasang mata yang mulai keriput muncul dari balik pintu."Nenek?! Kenapa wanita itu bisa ma-" gumam Billy menyadari kehadiran neneknya, hampir saja dia mengumpat. Ah, dasar Leonardo, asisten tidak becus. Bagaimana dia lupa hanya untuk menutup pintu sebelum ke luar."Apa aku mengganggu?" wanita paruh baya itu berjalan mendekat diselingi senyum ramah yang membuat matanya menyipit.Tentu saja menganggu, walau nenek Riana datang diwaktu yang tepat sekalipun nyatanya Billy tetap tidak tenang."Aku membawa ini, sebaiknya kalian makan siang." ucap nenek Riana lagi meletakkan kotak berisi makanan di atas meja.Billy terperangah, sejak kapan wanita karir itu punya waktu hanya untuk mengantar kotak makanan? Tunggu, sepertinya Billy melupakan akan sesuatu, ini bukan hanya tentang jamuan makan siang yang diantarkan spesial oleh petinggi keluarga Amore kan?Oh tidak! seharusnya semalam adalah hari kencan butanya bersama seorang anak dari teman sosialita neneknya. Dan, hari ini adalah hari dimana Riana menginginkan hubungan itu segera mengalami kemajuan."Nenek, tunggu dulu–""Aku tidak ingin mendengar penolakan lagi," Riana menoleh, melirik tajam ke arah Billy, "Ingat, aku tidak ingin kejadian beberapa tahun lalu terulang kembali. Kaulah satu-satunya orang yang bisa meneruskan tugas itu. Jangan membicarakan alasan apapun lagi!Tugas? Tugas memberikan banyak penerus untuk keluarga ini? Memangnya dirinya ayam betina?"Aku tidak ingin kau terus berbuat onar seenaknya saja, bermain wanita dan berbuat kekacauan dimana-mana. Berhentilah membuat nenek tua ini lelah, kau bahkan–“ tiba-tiba bibir Riana yang masih belum mau berhenti mengoceh terpaksa mengatup saat tatapannya bersiborok dengan Selena."Kalau kau tidak segera mengambil keputusan maka jangan salahkan nenekmu selangkah lebih maju." di tengah emosinya terpaksa nenek Riana berjalan mendekati pintu dan meninggalkan suara berdebam di sana."Apakah aku sudah boleh pergi sekarang?" sejak tadi ternyata Selena masih terpaku"Kau masih di sini rupanya?" karena terlalu kalut memikirkan masalahnya Billy jadi melupakan Selena yang menatapnya was-was."Sepertinya di lain waktu kita akan bertemu lagi nona Selena Ginn" Billy membuka akses pintu mengisyaratkan agar Selena segera keluar dari apartemennya."Kenapa kau masih diam disitu? Kalau kau tidak bergerak juga aku akan berubah pikiran untuk membebaskanmu." ucap Billy lagi membuyarkan kegugupan Selena.Segera secepat kilat Selena berlalu dari sana, bahkan dia harus repot-repot membuka heelsnya agar lebih memudahkan berlari.Selena merutuki dirinya sendiri, bagaimana bisa ponselnya ketinggalan di sebuah tempat hiburan waktu itu, dan sialnya lagi kenapa bisa sampai pria itu yang menemukannya.Lalu orang itu, kenapa Selena samasekali tidak mengenalinya, auranya berbeda. Dia bukan lagi pengecut yang akan diam saja saat akan diganggu.Berdasarkan dari apa yang didengarnya tadi, orang itu adalah pembuat onar? Suka main wanita? Tunggu. Ini tidak masuk akal. Seharusnya seorang Billy Amore tidak begitu.Apakah orang itu adalah orang lain yang wajahnya mirip?Berbagai spekulasi muncul di kepala Selena. Tapi kenapa....? Apa orang itu telah berubah, merubah penampilan dan keseluruhan jati dirinya dari seorang pecundang menjadi seorang yang beraura dominan? Mustahil.Selena menelan keragu-raguannya sendiri, menelan setiap pertanyaan yang semakin banyak timbul di dalam kepalanya.Beberapa jam yang lalu...."Ada apa nona?""Ah, tidak. Tidak ada apa-apa tuan." jawab Selena gugup saat kedapatan tengah memperhatikan pemandangan di depan matanya. Terlihat familiar."Dimana ponsel saya yang Anda katakan itu, apa-""Ini?" Billy mengeluarkan dari saku jasnya benda pipih bermotif. Kekanakan sekali. Billy berdecak dalam hatinya."Tunggu– Apa benar ini milik Anda?" kata Billy menarik kembali ponsel milik Selena."A-apa?" Selena tidak yakin lelaki itu akan meminta imbalan padanya, penampilannya saja jauh diatas rata-rata. Tidak mungkin dia akan meminta sesuatu kan?"Bagaimana kalau aku memastikannya lagi?" nada bicara Billy seakan langsung menusuk di gendang telinga Selena.Dengan terpaksa Selena mengangguk mengiyakan ucapan pria itu, hanya saja bagian depan layarnya.... sedikit agak berubah. Tidak ada lagi retakan disana. Terlihat seperti barang baru."Baiklah, aku harus membayar berapa untuk menebusnya?" tanya Selena tak suka mendapati pria di seberang meja mengutak-atik ponselnya sesuka hati."Aku pikir kau masih mengingatku nona Selena, aku sedikit kecewa padamu." ucap Billy dengan senyum tipisnya."Apa kau...." saat menyebutkan nama itu sebenarnya Selena sedikit takut, takut kalau sampai dia salah orang, karena casual pria di depannya ini jauh dari kata biasa."Ya, Billy. Baguslah kalau kau masih mengingatnya," tukas Billy tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponsel.Meski ragu Selena berusaha tetap percaya, ponsel bermotif kartun itu harus segera kembali padanay. Situasi ini benar-benar membuatnya tidak nyaman.Reuni macam apa ini?!"Nona, apa kau baik-baik saja?"Panggilan supir taxi dari arah depan menyadarkan Selena, wajah tampan sekaligus menyeramkan itu masih terngiang di kepalanya."Bagaimana kalau aku mengekspos foto-foto milikmu ini, media pasti akan sangat senang memberitakan tentang seorang model baru yang ternyata ibunya adalah seorang.... "Pelakor.Sial! Selena masih mengingatnya jelas saat pria itu begitu menatapnya rendah."Apakah Anda masih akan berpergian ke tempat lain, nona?" sekali lagi supir taxi itu melayangkan pertanyaan karena sekarang kendaraan yang membawa mereka telah benar-benar berhenti, sampai di tempat tujuan."Tidak, pak." Selena bergegas ke luar "Ini adalah pemberhentian terakhirku." ucapnya lagi setelah menutup pintu taxi dan kendaraan itupun berlalu begitu saja hingga menghilang di ujung jalan."Ayo" ucap Mike setengah berbisik mendekatkan wajah ke pendengaran Selena sembari merenggangkan sikunya. Sontak Selena menjauhkan wajah kaget, dia melihat sekeliling dimana semua orang yang masuk berpasangan. Terpaksa Selena menyelipkan tangan Mike, bangunan bintang lima itu dipenuhi orang. Baik di halaman maupun di tempat pusat acara. Pesta yang tidak biasa, bahkan ini adalah pesta paling glamour yang pernah Selena temui. Aroma alkohol menyeruak di udara, para wanita berpakaian seksi serta memakai penutup wajah seperti Selena berkerumun di sana. "Tuan Muda." seseorang berjalan mendekati Mike dengan membungkuk hormat. "Mike aku-" Selena menarik ujung jas Mike. "Sebentar Selene." Mike lebih memilih mendekati orang itu, "Kau tunggu di sini, ingat jangan kemanapun, aku sedang ada sedikit urusan.""Tapi Mike, aku ingin ke toilet." ucap Selena sedikit berteriak namun, pria itu sudah terlanjur pergi mengikuti orang tadi. Selena mendecih kesal, dia celingukan mencari keberadaan kamar k
Hari ini adalah hari istimewa bagi keluarga Brown, orang yang memegang pimpinan tertinggi di keluarga itu mengadakan ulang tahun. Sejak semalam Selena tidak melihat keberadaan Billy di rumah mewah itu, begitu pun dengan sosok wanita manja yang selalu berdampingan manja dengannya. "Bibi Lisa, apa kau tahu kemana perginya orang itu?" tanya Selena pada bibi Lisa. "Oh, tuan?" bibi Lisa langsung paham siapa orang yang dimaksud Selena, "Tuan sedang ada perjalanan ke luar kota, ada apa? Apakah Anda kangen nyonya?" bibi Lisa tertawa kecil. Selena mendecih kesal, sudah berulang kali dia mengingatkan panggilan itu tapi bibi Lisa tidak pernah mengubahnya, terlebih lagi wanita paruh baya itu mengatakan kalau dirinya menaruh rindu pada orang itu. Hal yang tidak akan mungkin pernah muncul dipikiran Selena. "Tidak, tiba-tiba saja suasana menjadi lebih sepi, bahkan kekasihnya saja tidak muncul beberapa hari." Selena mengedikkan bahunya acuh. "Kalau nona Gisella mungkin sedang sibuk dengan pesta
"Tidak, aku masih harus membalas perbuatan pria brengs*k itu." Selena menggeleng samar, pria itu sudah menghancurkan hidupnya dia tidak ingin diam begitu saja setelah semua yang terjadi. Mike tetap mengulas senyum meski mendapat penolakan, tidak mengapa. Ini bukan kesempatan terakhir baginya. "Tapi, bolehkah aku meminta tolong sesuatu padamu.""Katakan saja," ucap Mike tanpa ragu. "Hari ini mungkin adalah hari terakhir perjalanan bulan madu kami. Jadi, bisakah kau membawaku kembali pulang ke rumah keluarga Amore?" Selena merasa sungkan meminta bantuan pada Mike setelah tadi dia sempat menolak pria itu. "Hei, kenapa wajahmu seperti itu. Aku tidak keberatan sama sekali, katakan saja apapun itu." ungkap Mike beranjak dan mengulurkan tangannya pada Selena. "Ayo kita pergi dari sini.""Terimakasih Mike."*"Wah, lihat siapa ini?" wanita yang beberapa hari lalu menjadi dalang penculikan itu bertepuk tangan ringan menyambut kedatangan seorang yang tidak disukainya. "Kau kembali?" tanya B
Pria berjas putih itu kembali hadir di ruangan Selena saat pagi menjelang, sinar yang menyorot masuk melalui celah gorden jendela kaca terasa menyilaukan mata. "Pagi, nona." sapa pria itu ramah sembari menyibak kain jendela agar sinat matahari pagi masuk seutuhnya, sinar hangat yang juga bagus untuk kesehatan. Selena tidak menjawab, dia hanya memperhatikan gerak pria yang tidak diketahui namanya itu sejak tadi sibuk menyiapkan resep obat untuknya. Suara pintu terketuk pelan sedikit mengalihkan perhatiannya, "Masuk," ucap dokter berwajah tampan itu. "Dokter, saya mengantar sarapan untuk pasien.""Silahkan." ucap sang dokter sibuk dengan kegiatannya sendiri. Seorang gadis muda yang berpakaian mirip dengan warna jas dokter tersebut mengambil tempat tepat di sebelah Selena. "Nona bukalah mulut Anda, walaupun makan sedikit ini sangat membantu pemulihan Anda lebih cepat." ucap suster muda sangat ramah. Namun, meski setelah 15 menit mencoba, rayuannya sama sekali tidak mempan. Selena m
Selena menyusun barang bawaan milik tuan dan nona muda kaya itu setelah mendapat perintah. Tanpa sepengetahuan Selena seseorang membekap bagian pernapasannya dengan kain yang diberi obat bius, perlahan pandangannya meremang seiring kesadaran yang perlahan pudar. "Gisella, aku ingin ke toilet. Turunlah sebentar." Billy meminta agar Gisella turun dari pangkuannya. Gisella mengerucutkan bibirnya, "Jangan lama-lama, honey." terlihat tidak rela dari wajahnya. "Ya." Billy menjawab singkat dan meninggalkan bagian taman di resort mewah milik keluarga Gisella. Wanita itu sibuk dengan ponselnya setelah kepergian Billy, dia melihat isi chat dari seseorang yang menjadi kaki tangannya. Senyum puas menyembul begitu saja dari bibirnya membaca pesan teks yang masuk. "Pergi saja dari dunia ini, wanita sampah." gumamnya mengukir senyum. "Apa yang membuatmu bahagia." Billy menyadari tingkah aneh Gisella setelah dari toilet, tidak seperti biasanya. Dia tahu wanita itu pasti sedang menyembunyikan se
Pagi ini Selena disibukkan dengan beberapa koper di tangannya, wanita yang bukan bagian dari rumah ini juga ikut menyibukkannya, dia sengaja membawa barang-barangnya ke tempat ini.Tidak ada pilihan lain, Selena terpaksa menuruti permainan mereka. "Apa kau bisa lebih cepat! Dasar lamban!" cibir Gisella dengan warna merah terang menghiasi bibirnya. Wanita berkulit putih pucat itu melipat tangannya ke dada, seperti biasa dia menatap tidak suka pada Selena. Semenjak kepulangan Gisella dari luar negeri, pria menyebalkan yang duduk bersebelahan dengan wanita yang tidak kalah menyebalkannya itu lebih banyak diam, dia menuruti segala keinginan dan apapun perintah yang keluar dari mulut manja dari seorang gadis kaya. Selena kesal, kali ini dia harus duduk di bangku penumpang paling belakang. Harus menyaksikan keromantisan sepasang kekasih di depannya, tadinya dia ingin mengambil tempat di depan, di sebelah Robin yang menyetir tetapi Gisella melarangnya. Sepanjang perjalanan, Selena memalin
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen