Share

Bab 10

Aku hampir saja melemp4r ponsel saking kesalnya. Apalagi saat melihat Ilham yang semakin kesusahan bernapas. Tiba-tiba saja aku teringat perkataan Hanan siang tadi. "Aku akan selalu ada untukmu."

Gegas aku mencari kontaknya yang baru tadi siang aku simpan. Setelah ketemu, aku langsung meneleponnya. Panggilan pertama tak diangkatnya. Padahal jantungku sudah berlompatan saking ketakutan dengan kondisi Ilham. Beruntung saat aku menelponnya lagi, Hanan mengangkatnya.

"Halo, Ra, kenapa?" tanya Hanan di sebrang sana.

"Tolong aku, Han. Sesak napas Ilham kambuh. Obatnya juga habis. Mas Hilman gak ada di rumah," jawabku dengan bibir bergetar saking paniknya.

"Astaghfirullah. Aku langsung ke sana sekarang. Kamu siap-siap dan tunggu di depan," timpal Hanan dengan nada suara yang juga terdengar panik.

Belum sempat aku menjawab, sambungan telepon sudah terputus. Aku langsung meletakkan ponsel sembarang. Lalu mengusap-usap punggung Ilham yang ada dalam pangkuanku.

"Sabar, ya, Sayang. Sebentar
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status