Adista benar-benar tak menyangka. Pengorbanannya demi mendapatkan anak malah dibalas menyakitkan oleh suami dan mertuanya. Padahal merekalah yang menginginkannya agar segera hamil. Sikap Damar--suami Dista juga mulai berubah, saat melihat Dista tak lagi cantik dan menarik, karena tak punya cukup waktu untuk merawat diri lagi. Penderitaan Dista bertambah saat mengetahui Damar diam-diam punya wanita lain di belakangnya. Dapatkah Dista mempertahankan rumah tangganya yang baru seumur jagung itu?
View MoreKATE POV
“PAKKK” a loud sound of slap will hear in the echoing silence in our house . I gave a couple of slaps for my long time boyfriend/fiance Michael as I suprised my family from my return to the country after more than 2 years of serving in Dubai as a Showroom Supervisor for the largest supplier of baking items and ingredients for bake shops across the Middle East. "FVCK Michael!” I pounded my fists on his chest in anger, throwing my suitcase at him “Why Charlotte? of all the women you could have gotten pregnant, why my sister?" I sobbed scolding Michael “You too are shameless" I screamed in anger, and I could feel the relentless tears streaming down my cheeks; in the intensity of my rage, I mercilessly hit Michael with the paper bag of gifts I had intended for him. "Bullsh*t ! 5 years Michael, you waisted 5 years of our relationship" I yelled at him with a blade eye look. Now I understand, that's the reason why everyone around me was silent and no one spoke when I suddenly appeared in our house. Instead of showing their happines towards me of coming home, what I've seen on their face is that all of the were shocked on my appearance. My eyes sharpened when I looked at where my sister was standing."And You, Charlotte (every word I uttered for her was full of emotion) Why did you flirt with Michael?! you don’t feel ashamed on what you did?, (my shoulder fell down and blame her with sad emotions) there are so many men in the world, My God Charlotte. (I sobbed contineously) after all the sacrifices I make just to give you a good life?! You didn't think about what would I feel. “ My heart was burning in that moments. I stared intently at my sister for her to explain to me , she just bowed her head and didn't say a word. She couldn't even look at me in my eyes. My tears kept falling no matter how I tried to hold back. I am waiting for someone to speak from my family whatever explanation , I will try to understand. "IM SORRY KATE! ( my sister said. she sobbed on Michael's shoulder) I didn't mean what happened" was the only response she gave to me. She is still bent over and continues to cry. "You didn't mean it?! My God Charlotte, did your undies fall on purpose and suddenly Michael's d*ck went inside you and fuck*d you over and over again?!" I asked her impatiently. My anger burst from her stup*d alibi. "Stop it Kate!, Shut your mouth, you are so rude. Is that what you learned when you went abroad?. There is nothing we can do. It happened already, Michael must be responsible for the pregnancy of your sister!" Mom told me. She yelled at me angrily as if it was my fault why this happened to my sister. "Mom, you already know?! When did you find out about this?" I turned to look at my Mom. Although stuttering, my brother also spoke, "Kate, I wanted to tell you as soon as I discover about it, but Dad is stopping me, I don't know but they are all afraid that if you find out what happened to Charlotte and this bast*rd you will stop sending us the remittnace.Specially that Charlotte is graduating this coming August" George said it infront of everybody. Maybe he fell pity on me. "That asshol*" George shouted angrily. He fiercely came to Michael's direction so he can give him a punch when our Dad suddenly pull away. "And also YOU George, cut that drama. you better shut your mouth, you want me to blow it up?" Dad continued to threaten George. "D*mn it!" ( I was scratching my head unable to process why my parents allowed Charlotte anf Michael to continue with their foolishness!) I couldn't comprehend it, considering Michael and Charlotee have been together for five months. (unbelievable. WHat kind of family do I have?) and you all just let it like this like it was nothing? Mom, Dad. What?! You didn’t even think of telling me about this because you were scared I would stop supporting you? (My heart is aching, I feel like everyone has ganged up on me.) You could have at least thought that I would eventually find out about all of this sh*t and how this would affect me. If you had told me earlier, I could have prepared myself for this confrontation,” I said angrily to them. “Stop it, Kate! Your words are too sharp. Why don’t you ask your brilliant fiancé why he messed around with both of you and your sisters?” (Dad pointed furiously at Michael) “So stop blaming your sister. Just because you support us does not mean you can talk to us that way! You’re so arrogant!” Dad angrily said to me, as George tried to hold him back when he tried to hit me. “Dad, I just wish you had shown some concern for me. Huhuhu! You should have told me what happened, I’m your dayghhter too. And it’s my sister who got pregnant by my fiancé. You should have thought about that. You even let Michael stay here. You should have kicked him out when you found out! That explains why our neighbors kept staring at me when I got out of the taxi.” (I shook my head as tears continued to fall) I said furiously to my parents. “That’s great, because you warn a good amount of money and you’re so arrogant now, aren’t you? You’re flaunting your money to us! Don’t you think Charlotte is the one most hurt here? Keep your money with you! Do you think we can’t survive without you? Just because you’ve worked abroad, you’re acting all high and mighty?! Don’t worry, we’ll return everything you’ve sent to us, even what you paid for your sister’s and Michael’s education! Since Michael will soon board the ship as a captain, go ahead and calculate every penny you’ve given us. You ungrateful child!” my mother angrily said. “It’s your sister who is pregnant and will suffer, not you. Now, how will Charlotte be able to continue her schooling with her growing belly without even being married?” Mom told me. I could hardly breathe from crying; I couldn’t understand my parents. I just turned away from them, deaf to all the hurtful words they were throwing at me. With just my shoulder bag and hand-carry luggage, I walked straight out of the house. No matter how much George tried to stop me, I felt numb, unable to feel or hear anything. Without looking back, I got into a passing taxi. “Driver, to the airport please!” I sobbed to the driver.Hari beranjak malam, tapi sama sekali belum ada kabar apapun dari Mas Rasyid. Entah kenapa hatiku terus tak tenang walau kini sudah berada di ruangan tempat aku tinggal dengan Mita selama ini.Aku terhenyak, lamunanku buyar saat dari televisi tabung kecil yang memang disediakan oleh bos kami di kamar ini, menampilkan sebuah berita penganiyaan seorang ART oleh majikannya.Yang membuat aku terkejut pasalnya alamat yang disebutkan adalah alamat rumah Mas Damar. Walau wajah sang pelaku tak terlihat karena ditutupi, tapi aku bisa dengan mudah mengenali jika itu adalah Mas Damar.Belum tuntas aku menonton berita tersebut, pintu ruangan kami terdengar digedor dari luar. Aku langsung bangkit untuk membukanya, karena Mita sedang berada di kamar mandi.Aku terkejut saat melihat Mas Rasyid yang berada di sana bersama seorang temannya yang kutebak adalah polisi juga."Ras, mari ikut kami ke kantor," ajak Mas Rasyid yang menjawab semua keraguanku sedari tadi."Jadi benar kalau yang dianiaya itu ad
POV RastiSudah berhari-hari aku terkurung di kamar bekas Mas Danis. Akses untuk keluar sama sekali tak ada, karena pintu terkunci dari luar. Hanya waktu makan dan waktu-waktu tertentu saja pintu akan terbuka, baik itu dibuka oleh Mas Damar atau Mbok Darti yang baru kutahu adalah ART di rumah ini.Kurasa Mas Damar kini sudah tak waras. Awal berjumpa dengannya dan dia meminta rujuk denganku aku tak begitu kaget. Karena aku tahu tentang video viral Bella yang ternyata seorang pelakor itu.Walau Mas Damar membujukku bahkan berjanji akan menerimaku apa adanya, aku tak akan luluh begitu saja. Karena aku paham betul bagaimana sifat Mas Damar sejak dulu.Mas Damar meminta rujuk denganku semata-mata bukan karena ia cinta, tapi aku tahu ia melakukan itu hanya demi harga dirinya. Sejak dulu ia kan selalu menjaga image di depan orang, dan selalu ingin dipuji-puji. Jadi pasti ia kini tengah malu karena gagal berumah tangga sebanyak tiga kali. Mungkin itu sebabnya ia jadi tak waras hingga menguru
Kembali ke POV Damar ya.Dengan berat hati aku akhirnya berangkat juga ke rumah Dista untuk ikut meramaikan hari jadi anak semata wayangku itu.Kalau bukan karena Rafis, tentu aku tak akan datang. Entahlah bagaimana reaksi Dista nanti saat mengetahui bahwa aku tak lagi bersama dengan Bella.Selang beberapa saat, aku pun sampai di depan sebuah rumah megah. Masih bertahan di dalam mobil, berulang kali aku mengecek, apa benar ini alamat rumah Dista yang benar? Tapi pertanyaanku terjawab saat melihat Hilman ada di antara kerumunan tamu yang mulai datang. Ternyata memang benar ini adalah rumah Dista dan Hilman. Betapa beruntungnya mantan istriku itu, lepas dariku malah mendapat seorang sultan.Setelah menepikan mobil di luar pagar aku pun masuk ke halaman rumah tersebut yang sudah disulap dengan berbagai macam dekorasi ulang tahun khas anak-anak."Hilman ...." Aku menyapa Hilman yang masih sibuk dengan tamu-tamunya yang lain. Lalu menyalaminya sekedar basa-basi."Eh udah datang, Mar?" Bal
POV RasyidAku termangu menatap wajah mulus bak pualam itu. Matanya rapat terpejam terlihat damai setelah beberapa hari mengalami hal-hal yang aneh.Aku tersentak saat tiba-tiba bahuku ditepuk oleh seseorang dari belakang."Jaga pandangan, belum mahram."Aku tersenyum kikuk saat mengetahui Ustadz Faisal lah yang menepuk bahuku.Segera kututup pintu kamar Rasti yang tadi sempat kubuka sedikit untuk melihatnya."Apa ia sudah tak apa, Tadz?" Tanyaku khawatir."Insya Allah ia sudah tak apa. Kami akan berusaha merutinkan ruqyah agar pengaruh pelet dari tubuhnya cepat hilang."Hatiku sedikit tenang mendengar ucapan Ustadz Faisal.Masih teringat jelas dalam benakku kejadian beberapa hari yang lalu.Mita teman kerja sekaligus teman sekamar Rasti menelpon ke nomorku malam-malam. Ia memang tahu bagaimana selama ini aku berusaha berjuang mendapatkan hati Rasti dan berniat mempersuntingnya. Namun entah kenapa Rasti seolah selalu menjaga jarak jika aku membahas soal perasaanku padanya.Mita mengab
"Maaf, aku gak bisa!" Sahut Rasti acuh tanpa memikirkan perasaanku."Dan aku minta secepatnya kamu urus perceraian kita. Karena aku sudah punya pengganti kamu. Jadi jangan berharap banyak!" Lanjut Rasti lagi mengejutkanku."Kamu sudah punya pengganti aku? Secepat itu?" Balasku tak percaya. Bisa jadi itu hanya kebohongan yang dibuat Rasti agar aku menjauh darinya.Belum sempat aku menjawab, bersamaan dengan itu terdengar seseorang dari pintu masuk memanggil nama Rasti begitu akrab."Tumben cepat datangnya, Mas?" Tanya Rasti sembari tersenyum manis pada lelaki yang kini sudah berada di belakangku."Iya. Mas sudah selesai tugas, jadi langsung kemari."Aku terhenyak demi mendengar suara lelaki tersebut. Kenapa suaranya begitu familiar? Refleks aku menoleh ke belakang untuk melihat siapa lelaki yang kini tengah berbincang hangat dengan Rasti."Rasyid?" Mataku membulat sempurna saat melihat Rasyid teman sekolahku dulu lah yang sedang berbincang dengan Rasti."Damar?" Ia pun sama terkejutny
Aku menutup panggilan dari Mbok Darti setelah berjanji akan segera pulang. Kebetulan sebentar lagi jam pulang kantor akan tiba.Bukannya sedih mendengar kabar dari Mbok Darti tersebut, aku malah bersorak-sorai dalam hati. Ternyata tanpa aku perlu repot-repot, Bella sudah terkena karmanya sendiri.Dengan bersiul riang aku keluar dari kantor hendak pulang ke rumah. Namun di depan sana terlihat Hardi berjalan tergesa ke arahku."Kenapa lu? Kok macam habis ketemu setan gitu?" Tanyaku pada Hardi setelah jarak kami dekat."Liat nih, Mar! Liat!" Tanpa menyahut pertanyaanku Hardi langsung menunjukkan ponselnya.Di sana terpampang sebuah video live yang terlihat ramai penonton. Mataku membelalak saat sadar tempat yang ada di dalam video tersebut adalah rumahku.Terlihat seorang wanita paruh baya mengamuk pada seorang wanita yang seperti Bella. Bukan, itu memang Bella!Namun syukurnya polisi yang ada di sana langsung melerai sebelum wanita itu semakin brutal.Saat melihat komen-komennya, rata-r
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments