Share

6. Bulan Madu?

last update Last Updated: 2023-11-22 16:24:49

"Apakah kamu tahu? Katanya ini pernikahan yang terburu-buru karena gosip-gosip tentang mempelai wanitanya," bisik salah satu tamu pada tamu yang lain.

"Serius? Aku pikir ini hanya desas-desus biasa saja," sahut tamu yang lain, dengan memalingkan wajah untuk melihat ke arah panggung pelaminan karena tertarik dengan perbincangan mengenai mempelai wanitanya.

"Tapi, sepertinya mereka berdua terlihat cukup bahagia di atas panggung, bukan? Terlepas dari semua itu." Tamu yang baru saja bergabung dalam percakapan, memberikan tanggapan.

Meskipun terdapat desas-desus dan gosip-gosip seputar pernikahan mendadak Lidya dan Ardiansyah, para tamu tetap menikmati pesta resepsi dengan suasana yang meriah dan menyenangkan.

Waktu itu, setelah kesepakatan bersama Lidya dengan Ardiansyah tercapai, atmosfer antara Lidya dan Ardiansyah menjadi tegang. Keduanya merasakan beban besar dari kesepakatan yang mereka buat, meskipun ini hanyalah sandiwara.

Tapi pesta pernikahan juga langsung dirancang, dan semuanya diserahkan pada kakek Hendra yang punya banyak "tangan" hingga tak perlu waktu lama untuk sebuah pesta pernikahan yang meriah dan mewah ini bisa terwujud.

"Haha, ya memang. Aku rasa semuanya diatur untuk membuat drama yang luar biasa!" bisik yang lain, tapi dengan tekanan.

"Tapi, lihatlah suasana di sini. Acaranya begitu meriah, semuanya tampak menikmati pesta ini, yang tentunya ditunggu-tunggu semua orang."

"Betul sekali. Terlepas dari semua spekulasi, pesta ini memang mengesankan. Semua terlihat begitu menyenangkan!"

Para tamu saling bertukar pandangan setuju, meskipun mereka membicarakan desas-desus seputar pernikahan mendadak Lidya dengan Ardiansyah. Namun nyatanya, para tamu juga menikmati suasana pesta resepsi yang begitu meriah.

Tapi mereka tetap saja membicarakan tentang gosip yang beredar tentang Lidya yang semakin santer terdengar. Bahkan, dari pihak produser yang digosipkan pacaran dengan Lidya, tidak juga memberikan klarifikasi.

Sepertinya, gosip ini justru menaikkan pamor produser tersebut. Namun sayangnya, produser tersebut tidak memperhitungkan dampak negatif yang dialami Lidya.

"Jangan banyak mencampuri urusan pribadi, deh! Urus tuh, urusan kalian sendiri!" sindir seseorang yang sedang membicarakan gosip tentang Lidya.

"Iya, ih! Segitunya menggoreng berita ini." Yang lain, ikut menanggapi.

"Paling juga berita busuk dari orang lain yang iri pada Lidya!" ejek yang lain.

Sejumlah tamu berusaha membela, mengklaim bahwa semua itu hanya fitnah yang tidak berdasar. Mereka menyerukan untuk tidak langsung percaya pada setiap gosip yang beredar, dan mendukung Lidya yang sekarang telah menikah dengan Ardiansyah.

Namun, di sisi lain, sebagai tamu juga menyuarakan kekecewaan mereka. Mereka mencibir Lidya, menyatakan bahwa artis seharusnya bertanggung jawab atas tindakannya dan tak layak dihormati jika gosip-gosip itu benar.

Apalagi dengan menikah dengan seorang CEO muda, yang tentunya memiliki banyak penggemar berat dengan harapan dipilih Ardiansyah sebagai pendamping.

"Ck! Gini amat pengen terkenal!" hujat tamu yang tidak suka.

"Iya, nih! Palingan buat naikin rating. Atau jangan-jangan ... emang sudah tidak laku?" sahut tamu lainnya.

Komentar-komentar yang negatif terdengar cepat diantara para tamu, membuat ragam opini yang tidak konsisten terkait bisik-bisik yang tengah mencoreng nama Lidya.

Sebuah polarisasi terlihat jelas di antara para tamu yang percaya pada integritas Lidya dan mereka yang langsung terpengaruh oleh gosip yang beredar, ditambah dengan pertanyaan para reporter yang memberikan pertanyaan kepada kedua mempelai.

***

Setelah acara resepsi selesai, suara musik perlahan mereda. Lidya dan Ardiansyah dikelilingi oleh tamu-tamu yang mengucapkan selamat dan berterima kasih atas undangannya.

Seiring dengan langkah mereka yang beriringan, Lidya dan Ardiansyah berjalan menuju pintu keluar. Sorotan kamera dan kilatan lampu flash media mengiringi langkah mereka, menciptakan suasana yang hening namun penuh perhatian.

"Selamat ya, Tuan Ardiansyah!"

"Selamat untuk kalian berdua, semoga langgeng!"

"Terima kasih atas kedatangan dan doanya, semoga kalian semuanya juga berbahagia."

Beberapa tamu terakhir menyampaikan ucapan selamat tinggal sambil memberikan senyuman kepada pasangan itu. Di luar, mobil pengantin sudah menunggu untuk membawa mereka ke rumah.

Lidya mencoba tersenyum meskipun hatinya penuh dengan kebimbangan dan kekhawatiran. Ardiansyah, dengan sikapnya yang tenang, memberikan pandangan singkat ke arah Lidya sebelum mereka memasuki mobil.

Mobil itu bergerak perlahan meninggalkan tempat acara. Suasana hening tercipta di dalam mobil, mereka berdua tenggelam dalam pikiran masing-masing, merenungkan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah acara pernikahan yang rumit dan penuh drama itu selesai.

"Ehm, acara tadi... sungguh..." Lidya bergumam dengan suara ragu.

"Ya, sungguh melelahkan. Terlalu banyak orang, terlalu banyak kehebohan." Ardiansyah justru memotong dengan cepat.

Momen perpisahan setelah acara resepsi membuat perasaan cemas dan bingung untuk Lidya, yang kini harus menghadapi situasi yang semakin rumit setelah pernikahannya dengan Ardiansyah.

Lidya merasa cemas, karena ia akan menjadi istri dari seorang Ardiansyah. Seorang Pria yang pernah menjadi teman kecilnya, meskipun usia mereka terpaut lima tahun lebih tua darinya.

 "Ehm, benar. Dan, ehm, terima kasih atas... kerjasamanya hari ini." Lidya, mengucapkan terima kasihnya dengan buku gugup.

"Sama-sama." Ardiansyah menjawab dengan mengangguk singkat.

Mereka berdua kembali terdiam, dan suasana canggung terasa sangat berat bagi Lidya. Tapi ternyata itu tidak terjadi pada Ardiansyah yang terlihat biasa saja.

Atau, bisa jadi Ardiansyah juga merasakan hal yang sama. Tapi karena pria itu terbiasa menghadapi situasi yang sulit sekalipun, jadi tidak begitu tampak.

Lidya melirik ke arah "suaminya" berpikir untuk memulai pembicaraan. Ia mencoba untuk memecahkan keheningan yang membuatnya merasa tidak nyaman.

"Apa... apa yang kita lakukan setelah ini?" tanyanya gugup.

"Well, menurut tradisi, kita harus pergi berbulan madu, bukan?" jawab Ardiansyah dengan balik bertanya, tapi senyuman miring terkesan memberikan ejekan.

"B-bulan madu? Apa... apa yang kau maksud?" tanya Lidya dengan melotot karena terkejut.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    126. Ending

    Kebersamaan keluarga Lidya dan Ardiansyah semakin terjalin erat dengan kehadiran anak kedua mereka yang bernama Ardila. Rafael sangat senang memiliki adik perempuan, dia selalu merasa senang bermain-main dan ikut serta merawat adiknya. Seiring berjalannya waktu, Ardila tumbuh menjadi anak yang cantik dan aktif.Sementara itu, Lidya semakin sibuk di rumah karena harus menjalankan tugas sebagai ibu rumah tangga dan juga merawat kedua anaknya. Namun, Ardiansyah selalu membantu Lidya dalam mengurus anak-anak dan juga memenuhi kebutuhan mereka. Mereka saling mengasihi dan merasa bahagia karena bisa bersama-sama selalu.Untuk pekerjaan, Lidya sudah lama tidak ikut campur dan menyerahkan sepenuhnya pada suaminya. Ia fokus di rumah sejak kehamilan anak keduanya, karena tidak ingin terjadi sesuatu pada saat ia hamil - trauma saat hamil pertama yang penuh drama.Saat ini, perusahaan Kusuma Group semakin maju, Ardiansyah semakin banyak waktu yang harus dihabiskan untuk bekerja. Namun, dia tetap

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    125. Kabar Baik

    "Emh ... aku juga tidak tahu, tapi aku merasa ada sesuatu yang salah, Ard. Apakah mungkin, kamu memiliki rahasia yang tidak kau beritahukan padaku?" ucap Lidya mencoba menerka-nerka."Rahasia? Ah, tidak ada. Aku tidak akan membuatmu cemas, Lidya. Aku berjanji padamu, bahwa aku tidak memiliki rahasia yang disembunyikan darimu. Mungkin seseorang hanya ingin mencoba memanipulasi kita, atau bahkan kamu telah dibuat bingung oleh segala sesuatu yang terjadi akhir-akhir ini." Ardiansyah mencoba menenangkan istrinya dengan lembut, ia merasa memang tidak memiliki rahasia apapun yang disembunyikan."Hm, syukurlah."Lidya merasa lebih tenang dengan jawaban suaminya dan ia merasa aman bersama Ardiansyah."Terima kasih, sayang. Kamu selalu mengerti aku dan membuatku merasa tenang," sambung Lidya dengan mengelus pipi suaminya - lalu mencium bibir Ardiansyah singkat."Aku selalu akan berada di sampingmu, sayang. Apapun itu!" ucap Ardiansyah memeluk istri tercintanya.Kini mereka menikmati makan mala

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    124. Pria Misterius

    "Terima kasih sudah menemaniku untuk makan siang hari ini, Sarah. Kamu benar-benar selalu memikirkan hal yang terbaik untukku." Lidya tersenyum dan merasa bersyukur, sambil melihat jam di sebelah kanannya."Sama-sama, Bu Lidya.""Waktu menunjukkan pukul 5 sore. Oh, kita harus segera menyelesaikan pekerjaan, Sarah. Kita tidak bisa melakukannya sampai malam, karena aku tidak mau lembur hingga malam hari."Lidya membuka laptopnya dan mulai membuat strategi-strategi baru untuk pemasaran produknya, sementara Sarah duduk di sampingnya dan mulai mengambil catatan yang penting.Mereka bekerja bersama-sama sampai menyelesaikan tugas yang mereka berdua kerjakan, dan benar-benar selesai pada pukul 7 malam. Lidya dan Sarah merasa lelah tetapi berhasil merampungkan pekerjaan tersebut."Bu Lidya, pekerjaan sudah selesai. Saya akan menunggu Ibu sampai pulang atau saya pulang duluan?" tanya Sarah memastikan."Baiklah, terima kasih, Sarah. Lebih baik kamu menunggu aku pulang, ya? Aku tinggal sedikit l

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    123. Membaik

    Kini kehidupan Lidya lebih tenang setelah mendapatkan kabar tentang kematian Beno, meskipun ia juga prihatin atas nasib pria tersebut.Beno merupakan salah satu fans berat Lidya - semasa ia menjadi artis pada saat itu. Sementara Beno yang memaksakan kehendaknya dengan cara menyalahgunakan kekayaan dan kekuasaan orang tuanya untuk mendapatkan Lidya dengan berbagai cara. Meskipun Beno sudah mengetahui jika Lidya telah menikah dengan Ardiansyah sekalipun.Namun, Lidya tidak pernah merespons atau memberikan harapan palsu pada Beno. Lidya hanya menganggap Beno sebagai fans dan tidak pernah memberikan perlakuan khusus. Namun, meskipun begitu, Beno tetap bersikukuh dengan pendekatan yang salah tersebut - bahkan dengan cara menculik untuk memaksakan kehendaknya."Hahhhh ..."Lidya membuang nafas panjang setelah kejadian yang memprihatinkan, yang dialami Beno. Sebenarnya Lidya juga merasa terkejut dan sedih atas berita yang didengarnya itu. Ia merenungkan tentang pentingnya hidup dengan cara y

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    122. Nasib Beno

    Gerri hanya bisa melihat bagaimana Beno yang semakin terjerumus dalam kehidupan penjara yang rusak dan kejam, karena merasa sudah berkuasa. Ia merasa sedih melihat seorang manusia kehilangan pengendalian dirinya dan menghancurkan hidupnya sendiri dengan mengkonsumsi barang-barang haram tersebut, padahal di dalam penjara adalah tempat untuk merenungkan segala kesalahan yang pernah dilakukan sebelum masuk ke sel tahanan ini."Hai, Beno. Apa yang kau pikirkan? Apa kau tidak merasa kasihan pada dirimu sendiri?" ujar Gerri tanpa ekspresi wajahnya, saat ada kesempatan untuk berbicara dengan Beno.Tapi tanggapan Beno justru tidak mengenakkan. Pria arogan itu tersenyum sinis, lalu menggertaknya. "Apa yang kau tahu? Kau bukan siapa-siapa di sini. Biarkan aku menjalani hidupku sendiri, pecundang!"Gerri menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Beno. "Tapi kau sendiri tahu kalau kehidupanmu semakin rusak dan sia-sia. Apa yang kau cari selain kesenangan sesaat?" tanyanya dengan maksud menyadarkan

  • Sandiwara Pernikahan Sang CEO    121. Yang Kaya yang Berkuasa

    Lidya dan Rafael menjelaskan jika mereka sedang membahas persiapan untuk hari pertama sekolah Rafael yang akan datang. Ardiansyah mendengarkan dengan seksama dan memberikan beberapa saran tambahan untuk putranya."Rafael, kau harus berani dan percaya diri di sekolah. Jangan takut untuk mengambil inisiatif dan berbicara dengan teman-temanmu," ucap Ardiansyah dengan senyum lembut.Rafael mengangguk patuh, menunjukkan bahwa ia akan mengingat semua saran yang diberikan oleh orang tuanya. Lidya dan Ardiansyah melanjutkan membicarakan hal-hal lain tentang keluarga mereka dan Ardiansyah memutuskan untuk membuka sebuah topik yang sudah lama ia pendam."Lid, selama ini aku merasa tidak enak hati karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku. Aku merasa seperti aku tidak bisa memberikan cukup waktu dan perhatian yang cukup untukmu dan Rafael," ucap Ardiansyah dengan wajah yang terlihat jelas jika sedang bersedih.Lidya tersentak dan menatap suaminya, "Apa maksudmu, Ard?""Aku merasa terhutang bud

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status