Begitu bayangan misterius itu hilang, Arya langsung tersentak, dan bangun dari tempat tidurnya.
Keringat dingin membanjiri sekujur tubuh anak muda itu, dan semua itu karena kejadian yang baru saja dia alami. "Hanya sebuah mimpi!" ucap Arya, dan kembali untuk tidur. Namun, saat ia rebahkan tubuhnya di tempat tidur, dia merasakan ada sesuatu yang mengganjal di punggungnya, dan itu membuat Arya membalikkan alas yang menutupi tempat tidur itu. Mata Arya terbelalak, karena itu adalah sebuah buku kecil yang cukup tebal, dan Arya pun mengambil buku kecil itu. "Kitab ilmu kanuragan?" desis Arya tak percaya. Arya kembali ingat akan mimpi yang baru saja dia alami, dan kitab di tangannya seolah-olah menujukkan kalau itu bukan sekedar mimpi saja. "Apakah ini sungguh nyata?" gumam Arya. Arya membuka lembaran kitab itu, dan ia melihat jurus-jurus yang merupakan jurus tingkat tinggi di lembaran-lembaran kitab itu. "Apakah mungkin kalau yang aku alami bukan sebuah mimpi?" gumam Arya. Arya masih berpikir, dan setelah itu memilih untuk simpan kitab itu, seolah-olah mengganggap yang terjadi padanya memang hanya sebuah mimpi saja. "Tidak mungkin aku seseorang yang dipilih, pasti semua itu hanya mimpi. Siapalah diriku ini? Hanya orang yang tak memiliki bakat!" ucap Arya dan memilih untuk melanjutkan tidurnya. *** Beberapa hari telah berlalu sejak mimpi itu datang, dan Arya sudah mulai melupakan tentang mimpi itu. "Arya!" panggil Guru Sanjaya. "Ada apa guru?" "Guru akan kembali melakukan misi yang baru, dan kau harus tinggal di perguruan ini!" Wajah Arya langsung berubah, dan menunjukkan rasa takut, dia sungguh takut akan mendapatkan gangguan dari para murid perguruan itu. "Apakah guru tidak bisa membawa, Arya?" tanya anak kecil itu sambil pegangi jubah Sanjaya. "Ini tidak akan lama, Arya! Guru yakin, kau akan baik-baik saja!" kata Guru Sanjaya. Arya hanya bisa menarik napas yang dalam, dan ia merasa kalau kepergian Sanjaya, akan kembali membuat dia jadi sasaran dari murid-murid yang tak suka padanya. "Selama guru dalam misi, ada baiknya kau berlatih, latih apa saja yang kau sukai, dan satu lagi, jangan keluar dari sini!" "Baik, guru!" kata Arya. Meskipun merasa berat hati, Arya terpaksa melepaskan gurunya yang akan melakukan misi di luar Perguruan itu, misi yang diberikan oleh ketua perguruan itu. "Aku akan antarkan guru!" kata Arya. Sanjaya tersenyum, dan dengan kasih sayangnya, dia memegang tangan mungil Arya, dan mereka berdua berjalan hingga ke gerbang perguruan itu. "Hati-hati guru, ingat untuk segera kembali!" kata Arya. "Sudah pasti! Perguruan ini adalah rumah guru, dan guru tidak akan lupakan hal itu!" kata Sanjaya. Sanjaya lambaikan tangannya, sebelum naik ke pelana kuda, dan langsung tinggalkan perguruan itu. Arya balik badan, dan melirik ke segala arah, takut kalau-kalau murid dan yang selalu menyiksanya akan datang ke arahnya. Setelah merasa aman, Arya langsung berlari cepat, menuju pondok Sanjaya, dan saat sampai, anak kecil itu langsung melepaskan napas yang lega. "Kemana lagi tempat yang aman untukku? Di desa aku selalu disiksa, di sini pun aku disiksa! Sampai kapan aku akan disiksa?" ucap anak kecil itu. Baru saja Arya duduk di lantai pondok itu, satu teriakan sudah terdengar dari luar. "Arya! Keluar kau!" Tubuh Arya merinding, karena dia cukup mengenal suara itu, suara dari murid yang sering menyiksa dirinya. "Aku tidak ingin disiksa lagi!" ucap Arya. Arya ambil kitab yang dia simpan, dan masukkan ke balik punggungnya, dan setelah itu menuju ke pintu belakang. Huppppp! Arya melompat dari pintu belakang, dan setelah itu kabur ke dalam hutan yang ada di belakang pondok Sanjaya itu. "Dia kabur dari belakang, kejar dia!" teriak salah satu murid yang melihat Arya kabur. Arya semakin ketakutan, dan langsung berlari secepat mungkin, hingga ia benar-benar masuk ke dalam hutan itu. Tiga murid yang mengejar Arya langsung tertinggal, dan mereka bingung akan hal itu. Dan saat itu juga mereka kehilangan jejak Arya. "Kenapa dia bisa secepat itu?" "Entahlah, mungkin dia sudah tahu tentang hutan ini, hingga kita kehilangan jejaknya!" "Sungguh sialan, kita tiba bisa lampiaskan amarah padanya, namun aku yakin, lain kali pasti bisa!" "Iya! Mari kita pergi!" Tiga murid yang mengejar Arya itu memilih untuk pergi, karena mereka benar-benar telah kehilangan jejak Arya. Sementara itu, Arya sudah cukup jauh masuk ke dalam hutan, dan baru berhenti saat ia sampai di bawah sebuah pohon yang sangat besar. Napas anak kecil itu ngos-ngosan karena berlari cepat, namun ia merasa senang karena selamat dari kejaran tiga murid yang usil itu. "Aku selamat!" ucap Arya dan sandarkan tubuhnya di pohon yang cukup besar itu. Napas Arya masih belum teratur, dan semua itu karena rasa lelah baru berlari kencang meninggalkan tiga murid yang selalu menyiksa dirinya. Sambil sandarkan tubuhnya, Arya melihat ke sekelilingnya, dan merasa kalau dia telah berada di tengah-tengah hutan itu. "Ini adalah hutan terlarang, apakah tidak salah aku masuk ke hutan ini?" kata Arya. Arya tahu semua itu dari Guru Sanjaya, dan gurunya itu melarang Arya untuk masuk ke hutan yang kata Guru Sanjaya adalah hutan yang sangat berbahaya. Karena hal itu pula, tubuh Arya merinding ketakutan, bahkan Arya merasa kalau saat ini dia sedang diawasi puluhan pasang mata dari segala arah. "Aku hanya anak kecil, jangan makan aku!" teriak Arya. Suara Arya sangat keras, dan itu mengherankan bagi anak kecil itu. "Eh, sejak kapan aku memiliki suara sekeras ini?" kata Arya. Arya juga ingat kalau saat dia berlari, kecepatannya jauh lebih cepat dari pada yang biasanya, dan semua itu sungguh sesuatu yang membuat Arya bingung. "Apakah semua ini memiliki hubungan dengan mimpi yang aku alami?" kata Arya. Semua yang Arya alami itu sungguh menjadi suatu hal yang membuat dia bingung, namun ia belum bisa mendapatkan jawaban dari semua hal itu. Selain itu, Arya juga masih bingung, bingung apakah dia harus tetap berada di hutan itu atau kembali ke pondok Sanjaya. "Dari pada dapatkan siksaan, sebaiknya aku membaca-baca kitab ini!" kata Arya sambil ambil kitab yang ada di punggungnya. Arya membuka kitab itu, dan semua yang berada di kitab itu sungguh membuat Arya geleng-geleng kepala. "Ini sungguh sebuah kitab yang sempurna, bahkan ini akan membuat diriku bisa belajar dari nol!" ucap Arya. Kitab itu memang kitab yang melatih seseorang dari nol hingga menjadi seorang pendekar yang kuat, dan semua itu memang diperuntukkan untuk Arya. "Aku akan berlatih dengan bimbingan kitab ini!" ucap anak kecil itu.Ggrrrrrrr!! Belasan serigala berjalan dengan pelan-pelan ke arah tuan muda Yun Ji. Para kumpulan serigala itu menujukkan betapa tajamnya taring mereka jika mencabik daging dari tuan muda Yun Ji. Belum lagi kuku tajam para serigala yang akan mengoyak kulit tubuh tuan muda Yun Ji. Dan itu jelas membuat putra angkat dari ketua Chu Cai semakin ketakutan. Keringat dingin menetes dan mulai membasahi pakaian tuan muda Yun Ji. Dan itu semakin membuat dia ketakutan. "Tidak! Aku tidak ingin mati! Aku masih ingin hidup," kata tuan muda Yun Ji pada dirinya sendiri. Semakin dekat serigala itu, semakin besar rasa takut yang menyergap pada tuan muda Yun Ji. "Aku ingin hidup Arya!" teriak tuan muda Yun Ji dengan begitu kerasnya. Tapi, tidak ada satu orang pun yang datang membantu dirinya. Dan itu semakin menambah rasa takut pada dirinya. Aauuuuuuuu! Longlongan serigala semakin menambah senyapnya puncak bukit itu. Dan itu jelas semakin menambah rasa takut tuan muda Yun Ji. "Bantu aku! Aku ak
Huppppppp! Dengan gerakan yang sangat cepat, Arya meninggalkan markas sekte naga hitam, di pundaknya kini ada tubuh tuan muda Yun Ji yang kaku tidak dapat bergerak. "Kau akan bawa kau kemana? Apa kau tidak takut jadi buronan dari sekte naga hitam?" teriak tuan muda Yun Ji pada Arya. "Bukankah aku sudah jadi buronan?" tanya Arya tenang. "Kini kau akan jadi prioritas utama dari sekte naga hitam. Jika kau tidak mati, maka sekte naga hitam tidak akan pernah tenang," kata tuan muda Yun Ji. "Diamlah! Saat ini kau tidak perlu bicara. Kau hanya perlu diam," kata Arya. "Kau yang diam! Segera turunkan aku, keparat!" maki tuan muda Yun Ji. "Kenapa ada lelaki yang cerewet seperti dirimu?" ejek Arya. "Kurang ajar! Mari kita bertarung sampai salah satu dari kita tewas," kata tuan muda Yun Ji. "Aku tidak ingin membunuhmu, aku ingin mencari informasi darimu," ucap Arya. "Aku ..." Tukkkkkk! "Akh diam saja! Kau tidak dibutuhkan bicara untuk saat ini," kata Arya kembali ulang perkataannya.
Tuan muda Yun Ji melihat jika Arya adalah yang cukup tangguh. Dan itu membuatnya masuk ke dalam sekte naga hitam. Tapi, perginya tuan muda Yun Ji, tidak luput dari perhatian Arya. Dan itu membuat Arya memutuskan untuk tinggalkan pertarungan dan mengejar tuan muda Yun Ji. Huppppp! Arya melompati tubuh wakil Get dan wakil Cat dengan mudahnya. Setelah itu Arya melesat ke arah tuan muda Yun Ji yang sudah masuk ke dalam salah satu ruang sekte naga hitam. "Hei keparat! Jangan kau lari!" teriak wakil Get yang tidak terima satu pun pukulannya tidak ada yang mengenai Arya. Wakil Cat juga sama geramnya dengan wakil Get. Dia sudah bertarung dengan banyak petarung. Tapi baru kali ini dia tidak dapat menyentuh lawannya. "Kita kejar dia! Sepertinya dia mengincar tuan muda," kata wakil Get. "Kau benar!" Huppppp!!Dua wakil sekte naga hitam itu mengejar Arya yang sudah lebih dahulu memasuki ruangan sekte naga hitam. Begitu Arya sampai di ruangan sekte naga hitam. Dia mencari tuan muda Yun Ji
Tujuh gadis dengan pakaian putih berjalan menuju kota Huth. Ketujuh gadis itu datang dari hutan yang tidak jauh dari kota Huth. Meskipun mereka hanya bertujuh, tapi tidak ada sedikitpun suara yang terdengar dari mulut mereka. Mereka semua diam dan tidak ada yang bicara. Seolah mereka tidak bisa bicara. Dan itu terus terjadi sampai mereka memasuki kota Huth. Saat sampai pun di kota Huth. Ketujuh perempuan itu tetap tidak ada yang bicara. Mereka terus berjalan meskipun jalanan mulai ramai karena harus sudah mendekati siang. Ketujuh perempuan itu hentikan langkah kaki mereka saat mereka sampai di depan gerbang sekte naga hitam. "Apa yang kalian inginkan? Apa kalian ingin menjual tubuh kalian?" tanya penjaga gerbang pada gadis-gadis itu. Gadis yang paling depan memberikan senyum yang manis, menanggapi perkataan penjaga gerbang itu. Dan dia mendekati penjaga gerbang itu. "Aku tidak memiliki banyak uang koin emas untuk membayar tubuh mulusmu," kata penjaga gerbang itu. Gadis itu ti
Aaaaaaaaaaaaaaaaa! Jledaaarrrrrrr! Energi yang masuk ke dalam tubuh Arya, akhirnya tidak mampu bertahan di dalam tubuh Arya, dan ledakan keras terjadi. Pancaran energi yang meledak dari tubuh Arya, mengeluarkan gelombang kekuatan yang menghempaskan resi Roit dan gadis-gadis yang ada di sekitarnya. "Kekuatan ini?" ucap resi Roit tidak percaya dengan yang dirasakan oleh tubuhnya. Tubuh Arya masih terus memancarkan energi yang kuat. Dan terus menerus keluar hingga membuat ruangan bawah tanah itu bergoyang karena kuatnya pancaran tenaga dalam yang Arya keluarkan tanpa sadar. "Kendalikan kekuatan itu anak muda! Kalau tidak, ruangan ini akan runtuh!" kata resi Roit berteriak keras pada Arya. Arya malah terangkat ke udara. Dan pancaran energi yang keluar juga semakin tidak terkendali. "ANAK MUDA! JANGAN HANYA MENERIMA, SEGERA KENDALIKAN!" teriak resi Roit dengan suara keras yang menggetarkan ruangan itu. Haaaaaaaaaaa!! Arya berteriak keras, dan berusaha melakukan apa yang diperinta
"Selamat datang di markas kelompok bulan putih, anak muda!" kata orang tua yang sudah sangat berumur. Arya memberikan hormat, dan itu membuat orang tua itu tersenyum. "Mari ikuti aku, anak muda," ajak orang tua itu. Ucapkan itu, lelaki tua itu berjalan menjauh dan Arya segera ikuti langkah lelaki tua itu. Di belakang Arya, perempuan yang bicara acuh pada Arya mengikuti. Dan bersamanya tujuh gadis yang dihutan juga ikut dengan lelaki tua itu. Arya dibawa memasuki sebuah ruangan yang tidak terlalu luas, tapi ruangan itu sangat sejuk, padahal mereka berada dibawah tanah. Arya berkali-kali melihat ke atas, dan Arya heran tidak melihat satupun akar pohon yang terlihat, padahal mereka berada di bawah ratusan pohon yang besar. "Silahkan duduk anak muda," kata lelaki pada Arya. Tapi Arya tetap berdiri. Arya tidak mau duduk karena lelaki itu juga masih berdiri. "Hahahaha! "Kau ternyata manusia yang memiliki adab." Lelaki itu duduk dan bersila di lantai. Setelah itu Arya ikuti lelaki it
Hanya satu gerakan saja, Arya sudah tinggalkan kediaman pejabat Dur. Arya mendapatkan petunjuk jika ada kelompok yang tidak suka pada sekte naga hitam. kelompok bulan putih."Arah selatan ya!" gumam Arya.Malam itu juga, Arya memutuskan menuju arah selatan kota Huth. Mencari di sekitar pinggir hutan kota itu.Huppppp!!Dengan langkah ringan Arya meninggalkan kota Huth, dan arah selatan adalah tujuan Arya."Disinilah?" ucap Arya.Arya saat ini berada di atas sebatang pohon. Mencari keberadaan dari kelompok bulan putih yang kata pejabat Dur sangat sulit untuk ditemukan.Arya tidak hanya memperkuat indera pendengaran, tapi Arya juga berusaha mendeteksi keberadaan energi yang mungkin ada di sekitar hutan itu."Banyak energi disini, tapi ini adalah energi dari penghuni hutan ini, para siluman yang bermukim di hutan ini," gumam Arya.Di pandangan mata Arya juga terlintas bayangan-bayanagn yang mencoba untuk ganggu dirinya, tapi karena Arya tidak gubris para kumpulan siluman itu memutuskan m
Arya melompat tinggi, dan mendarat di atap sebuah rumah yang megah. Tapi kemegahan rumah itu selalu dinaungi rasa takut. Rasa takut pemilik rumah itu pada penguasa kota sesungguhnya dari kota Huth, siapa lagi kalau bukan sekte naga hitam. Rumah yang saat ini Arya datangi adalah rumah dari pejabat Dur. Pejabat kota Huth yang sesungguhnya adalah utusan langsung dari Raja Burma. Ataupun tangan langsung dari penguasa negeri Burma di kota Huth. Arya mendarat di halaman rumah pejabat Dur. Dan dengan langkah pelan-pelan, Arya berjalan mendekati pintu masuk rumah penguasa kota yang tak dianggap itu. "Sia ... Tukkkkkk! Arya melihat, merasakan dan mendengar sebuah gerakan. Sebelum orang itu berteriak keras, Arya lebih dahulu bergerak dan memberikan satu totokan yang membuat orang itu kaku tidak dapat bergerak. "Sebaiknya kau duduk tenang disini, aku tidak akan membunuhmu," kata Arya dan mengaman orang itu di sudut rumah pejabat Dur. Orang itu adalah pengawal rumah dari pejabat Dur. Dia
Arya berjalan santai ke arah kota Huth. Kota yang jadi markas utama dari sekte naga hitam. Sekte yang jadi musuh Arya saat ini. Arya sudah berjalan satu hari, tapi belum juga melihat keberadaan kota Huth. kota yang jadi tujuan dari Arya. Saat ini Arya memakai topeng naga perak untuk menutupi identitas dari wajahnya, dan itu memang berhasil untuk saat ini. Negeri Burma yang penuh dengan manusia yang banyak, tidak hanya Arya yang menggunakan topeng penutup wajah. Tapi Arya melihat banyak yang memakai topeng. Dan satu lagi, di negeri itu seseorang diperbolehkan untuk memakai topeng, dan itu tidak akan disalahkan oleh kerajaan. "Peraturan negeri ini sedikit membantu pergerakan ku," ucap Arya. Arya meneruskan perjalanan, dan mulai merasakan aroma udara yang berbeda. "Sepertinya aku sudah dekat dengan kota Huth!" ucap Arya. Arya mempercepat langkah kakinya, dan kali ini jalan yang Arya lalui adalah jalan yang mendaki. Saat Arya sudah berada di puncak, Arya menatap ke bawah. Dan Ary