Share

Sangkar Kupu-kupu
Sangkar Kupu-kupu
Penulis: Dyah Joshie Wiranti

bab1,part1: penari

Bunyi suara tabuh gamelan yang berkumandang dari ruang ballroom hotel,dan lemah gemulainya tubuh penari serta lentiknya jari jemari yang di gerakkan, menambah keindahan tersendiri bagi para tamu yang hadir menikmati pertunjukkan seni tari Jawa yang di bawakan.

Para tamu tampak terkesima dengan keindahan dan kemolekan gemulainya sang penari. Mereka berdecak kagum, dan banyak sekali yang bertanya siapakah yang menari dengan indah seperti itu.

“ wah bagus banget ya itu narinya…” ujar salah satu tamu yang tampak sedang mengagumi gerakan tarian.

“ iya…gemulai sekali yaaa..” sambung salah satu tamu yang lain.

Suara gamelan pun berhenti, tanda tarian sudah berakhir. Gemuruh tepuk tangan para penonton yang tampak puas akan penampilan tarian yang ku bawakan.

Aku Btari, sejak kecil aku suka sekali dengan menari, mulai dari tari tradisional hingga tari ballet pun juga sudah ku kuasai.

Pada penampilan kali ini, aku tak sendiri dalam mempertunjukkan tarian rama shinta. Aku berasama adikku Jenar berhasil memukau para tamu yang hadir dalam acara yang di selenggarakan oleh perusahaan bapakku.

Dalam acara launching produk baru, perusahaan bapak mengundang beberapa koleganya, dan juga para wartawan untuk meliput semua kegiatan yang di selenggarakan.

usai tampil, kami segra ke belakang panggung untuk berganti pakaian. Aku dan Jenar bergegas berganti pakaian, karena bapakk sudah menunggu kami untuk di perkenalkan kepada beberapa teman koleganya.

“ dek…baju mba kamu taro mana?” tanyaku

“ tadi Jenar taro di kursi dekat meja rias kok mba.” Jawab Jenar

Akupun mencari dress batik panjang yang ku padankan dengan kebaya kutu baru.

“mba, sanggulnya di copot ngga?”

“ nanti aja deh dek, di rumah aja sanggulnya kalau mau di copot. Kalau sekarang ribe deh, kan itu lama tau bukanya.”

“ iya sih..untung pake nya sanggul modern, bukan sanggul ibu ibu gitu.”

“ nah..makanya udah mendingan ganti baju aja.”

“ iya mbaa…”

Sekitar 20 menit berlalu, kami pun selesai berganti pakaian. Terlihat karyawan bapak yang sudah di titipkan pesan oleh bapak agar selalu mengawal kami,Pak Luki namanya.

“ nona…bapak sudah menunggu.” Ujar pak Luki kepada kami

“ iya om…ini kami sudah selesai, memangnya bapak dan ibu dimana?” Tanya ku

“ di ruang VIP non b’tari.”

“ mmmm bisa tolong tunjukkan ruangannya dimana?” ucpaku kembali

“ iya mari nona…”

“ eh sebentar, tapi bapak lagi ngobrol sama koleganya nggak?”

“ kurang tau juga saya non…”

Kami berdua pun pergi berjalan mengikuti langkah kaki, om Luki menuju ruang VIP. Dan sesampainya di ruang VIP, kami melihat ada banyak sekali kolega bapak yang berdatangan.

“ lhaaa ini dia penarinya, anak anakk saya.” Ucap Bapak kepada semua koleganya.

“oalaaahhh yang tadi menari dengan luwes itu, putriya bapak toh.” Ungkap salah satu Kolega bapak yang bernama Reggy

“ hahaha iya…bagaimana? Keren kan anak anak saya kalau menari?” ucap Bapak dengan bahagia sekali mengakui keahlian kami berdua.

“ iya pandai sekali ya putri putri bapak menarinya.” Jawab om Reggy.

“ ya begitulah, karena mereka sejak dari kecil sudah saya kursuskan menari tarian tradisional dan tari ballet.”

“ owh ya? Wah pantas saja gesture nya sangat lentur sekali ya. Putrinya ada dua pak?”

“hahaha iya…ini putri saya yang pertama, namanya B’tari dan yang bungsu ini namanya Jenar. Ayo salim sama koleganya bapak” ucap bapak yang menyuruh kami untuk salim kepada om Reggy

“ malam om…” sapa kami berdua sambil mencium tangan om Reggy

“ iya malam juga anak anak…” jawab om Reggy

“ pak, ibu kemana?” Tanya ku

“ tadi kemana ya? Kayaknya lagi di sudut sebelah sana deh, sedang ambil makanan, kamu belom makan ya? Yaudah sana cari ibu dulu.” Ucap Bapak kepada kami

“ iya aku belom makan” balas Jenar, adik bungsuku

“ yasudah sana, cari ibu saja.”

Kami yang memang belum makan malam, karena memang jam pentasnya berdektan dengan jam makan malam, membuat cacing yang ada di perut sudah mengadakan konser amal.

Kami mendapati ibu yang sedang berbincang bincang juga dengan beberapa teman sosialitanya.

“ bu…” sahutku

“ eh sini, ayo maem dulu..” balas ibu

“ mmm menunya ada apa aja?” Tanya Jenar dengan nada manja

“ sebelah sana ada creamy soup, terus di sebelah sana ada sate padang juga. Udah sana tinggal pilih, ibu lupa apa aja tadi.”

“ ambilin…” pinta adikku yang manja.

“yaudah sana toh, sama mba b’tari, ibu kan lagi ngobrol ini sama temen ibu.”

“ udah yuk dek sama mba aja,ngambil makanannya.” Sahutku

“ huff…, yaudah deh ayo mba.”

Memang adikku yang ini, sangat manja sekali, mungkin juga karena dia adalah anak bungsu, sehingga apapun yang ia minta selalu dituruti dan di penuhi oleh bapak.

Berbeda denganku, untuk hal tertentu, aku harus meraih sendiri, untuk hal yang ku suka, seperti kebebasan. Ya bagiku, kebebasan sangatlah mahal. Terkadang aku sangat iri kepada teman teman ku, karena mereka memiliki kebebasan yang gampang di raih.

Tapi aku yakin, mungkin dengan seiring berjalannya waktu, kedua orang tuaku dapat memahami nya.

Kembali ke suasana malam ini dengan hiruk pikuknya suara music yang kencang dan juga riuhnya suara orang orang yang memadati ballroom ini.

Aku dan Jenar sedang sibuk mengisi perut yang daritadi sudah melakukan demonstrasi minta diisi.

“mba …ice creamnya enak deh…” ucap Adikku yang sedang melahap Ice cream hingga 2 gelas.

“ kok kamu makannya banyak banget sih dek, nanti batuk lho.”

“ kan enak tau mba…”

“ ya jangan banyak banyak dek, nanti mba juga yang kena sama bapak ibu, di kiranya mba ngga ingetin kamu.”

“ iya iya…”

Pukul 10 malam, tampaknya acara semakin seru saja, semakin banyak anak anak muda berumur 25 tahun ke atas mulai berdatangan.

Aku dan Jenar yang merasa heran,berusaha mencari jawaban dengan bertanya kepada bapak atau ibu.

“ mba kok makin banyak aja ya yang dateng.”

“ iya mba juga nggak tau, Tanya bapak aja yuk.”

“ iya yukk di sini banyak banget yang merokok, udah gitu ngeliatin kita melulu, Jenar jadi takut.”

“ iya udah jangan takut, kan ada mba di sini.” Ucapku seraya menenangkan adikku yang merasa tak nyaman dengan suasana di Ballroom.

Kami berdua pergi ke arah VIP tempat dimana Bapak sedang asik bercengkrama bersama para koleganya.

“bapak…pulang yuk, aku udah ngantuk nih.” Ujar Jenar

“ iya sebentar lagi ya, bapak mau Tanya nomor kontak dulu.”

Jawab bapak.

Sambl menunggu bapak, aku mengambil menu dessert yang di sajikan yakni pudding keju dengan fla coklat.

“ apaan tuh mba?” Tanya Jenar

“ pudding, kenapa?”

“ enak nggak rasanya?”

“ enak dong…mau coba?”

“ iya boleh…”

“ nah udah yuk pulang, ibu kemana?”

“ nggak tau, mungkin masih di deket ballroom sana.” Jawabku

“ kalau di telfon mesti nggak di jawab.” Ucap Bapak sambil mencoba menghubungi ibu dengan ponselnya

“ya gimana mau di angkat sih pak, kan pastinya ibu nggak kedengeran, orang suara musiknya kenceng banget gitu, udah gitu makin lama, makin banyak yang dateng gitu sih pak, kan udah malem.” Ucap Jenar

“ iya, soalnya kalau acara yang ini khusus untuk para karyawan anak mudanya.” Jawab bapakku

“ maksudnya acara yang kayak gimana?”

“ yang ada DJ nya gitu dek.” Ucap bapak kembali

“ oh gitu….”

“ emang kamu tau dek DJ itu apa?” tanyaku

“ nggak….hehhehee” jawab Jenar polos

“ yaudah pak, kita smabil ke arah luar aja, kita cari ibu.” Usulku

“ yaudah ayo.”

Kami berdua pun keluar untuk pulang,sambil tengok kanak kiri, takut kalau selisipan dengan ibu yang juga sedang mencari kami. Dan benar saja, saat kami akan melangkah keluar menuju ballroom, ibu juga akan masuk menuju ruang VIP.

“ lha ini ibu.” Ucapku

Ibu terkejut saat aku berteriak seperti itu

“ Gusti Allah….Btarii,duh kamu nih lho bikin ibu stroke aja.” Ucap ibu

“ heheheh maaf bu…”

“ yok pulang, anak anak udah pada ngantuk.” Ajak Bapak

“ iya ayo, aku juga tadi baru mau ngajak pulang.”

Kami pun pulang kerumah sudah sangat malam dari tempat acara.

Di dalam mobil, adikku Jenar sudah tertidur dengan pulasnya. Sementara aku yang masih belum mengantuk hanya duduk terdiam memandangi terangnya lampu jalanan kota.

Sambil menyetir, Bapak berbincang bincang dengan Ibu, menceritakan mengenai beberapa kolega bapak yang mengajaknya untuk bergabung usahanya, dan ada juga yang mengajaknya untuk bermain tenis ataupun golf.

Lama kelamaan,aku merasa mataku sudah berat, tak kuasa menahan rasa kantuk ini, dan akupun tertidur. Bagiku terasa begitu cepat sampai di rumah. Baru saja aku tertidur, bapak sudah membangunkan ku untuk pergi ke kamar tidur.

Dengan mata yang masih sangat berat, aku mencoba untuk berjalan pelan pelan menuju kamar tidur. Ingin rasanya cepat tidur, tapi ada beberapa hal yang harus aku lakukan, yakni copot sanggul dan menghapus make up.

“uh harusnya tadi aku lakukan saat di mobil, jadi gampang, tinggal cuci muka,gosok gigi terus ganti baju tidur deh.” Gumamku kesal pada diri sendiri.

Ku bangunkan adikku yang sudah tertidur pulas, untuk segera menghapus make up, mencopot sanggul dan kemudian cuci muka.

“ dek bangun…itu di hapus dulu make upnya..”

“ uhhh ngantuk nih mba…”

“ ya terus gimana?”

“ udah bangun dulu sebentar, hapus make up, cuci muka terus tidur lagi.”

“ iya mbaaa.” Ucap Jenar masih dalam keadaan tertidur

“ dek…ayo toh, itu nanti malah jadi jerawatan kalau kamu nggak cuci mukanya.”

“ iya nih aku bangun…” sahut Jenar

“ harusnya kita tadi pas lagi di mobil udah mulai nyicil beresin konde sama hapus make upnya nih dek.Jadi pas udah sampe di rumah kita tinggal cuci muka terus tidur deh.” Ucapku sambil menghapus riasan make up

“ iya ya mba, harusnya tadi jangan tidur dulu.”

Beres membersihkan make up, copotin sanggul, cuci muka sampai benar benar tidak ada sisa make up lagi di muka, dan sekarang saatnya berganti pakaian untuk tidur.

Esok harinya, seperti biasa, dengan waktu yang berjalan di rumah ini terasa begitu lamban. Semua orang memiliki kegiatan masing masing yang di mulai dari pukul 12 siang ke atas.

Apalagi ini adalah hari ini hari minggu, hari santai untuk setiap orang. Aku terbangun saat matahari sudah masuk ke kamarku. Dengan rasa malas, aku berniat untuk kembali menarik selimut dan memejamkan mata.

Tiba tiba teringat, kalau aku ada ulangan sejarah dan ulangan mathematika di hari senin, belum lagi ada pekerjaan rumah akuntansi yang bikin jelimet.

“ waduh besok hari senin ya… maigaaattt besok ada dua ulangan sama satu pe-er.” Gumamku

“ aduh yang mana dulu nih ya di kerjain…mmmm akuntansi dulu aja kali yaa yang dikerjain, secara ini bener bener membutuhkan energy untuk berfikir.”

Bangun tidur yang sangat epic bagiku, karena harusnya sesuai dengan lagu bangun tidur. Bangun tidur ku terus mandi, habis mandi ku tolong ibu, membersihkan tempat tidurku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status