Satu Malam Bersama Adik Suamiku

Satu Malam Bersama Adik Suamiku

last updateLast Updated : 2025-03-31
By:  Rizki AdindaCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
176Chapters
679views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dalam gelapnya malam, sebuah kesalahan tak terduga mempertemukan dua hati yang terikat oleh rasa yang tak boleh ada. Adrian, sang adik ipar, bahkan mampu membuat nyaman Ayla dibanding Bram yang sosoknya semakin hari semakin kasar. Lantas, bagaimana kisah keduanya?

View More

Chapter 1

Bab 1: Malapetaka di Tengah Malam

Langit malam memeluk bumi dengan sunyi yang pekat. Jam dinding di kamar Ayla berdetik pelan, hampir tenggelam oleh keheningan. Pukul sudah lewat tengah malam, dan kasur di sebelahnya tetap dingin.

Ayla menarik selimut lebih erat ke tubuhnya, mencoba menahan dingin yang menusuk, entah dari udara malam atau dari hatinya yang terasa semakin sepi.

Di bawah bias temaram lampu meja yang nyaris padam, wajah Ayla tampak tenang, meski pikirannya jauh dari kata itu. Bram tidak pulang lagi malam ini. Ia tidak perlu repot-repot mencari alasan—lembur, pekerjaan kantor yang menumpuk, atau klien yang tak bisa ditinggalkan.

Semua itu sudah menjadi bagian dari narasi yang biasa ia dengar.

Ayla sudah terbiasa, atau setidaknya ia mencoba membiasakan diri. Tapi tidak malam ini. Ada sesuatu yang berbeda. Sebuah perasaan asing merayap di dadanya, mencengkeram hatinya dengan dingin yang sulit dijelaskan.

Ia merapatkan selimutnya lebih erat lagi, menatap langit-langit kamar yang kosong, berharap kantuk datang dan membawa pergi perasaannya yang tak menentu.

Namun, ketika ia akhirnya terlelap, sesuatu yang tak biasa terjadi.

Kasur itu bergoyang pelan. Ayla setengah sadar, merasakan seseorang naik ke sisi tempat tidurnya. Aroma tubuh yang hangat dan khas langsung tercium, membuatnya sedikit rileks. Bram, pikirnya. Akhirnya suaminya pulang, meski tanpa kabar, seperti biasa. Ia bergeser sedikit ke sisi kasur, memberi ruang.

"Bram?" gumamnya pelan, suaranya serak karena kantuk. Tidak ada jawaban, hanya desahan napas yang terasa dekat sekali di telinganya.

Tubuh itu berbaring di sampingnya, dan tangan yang hangat menyentuh punggungnya pelan. Sentuhan itu lembut, penuh kehati-hatian, berbeda dengan Bram yang biasanya cenderung kasar dan tergesa-gesa. Ayla terdiam, tapi tidak bergerak.

Ia tidak tahu kenapa, tapi ia merasa lebih nyaman daripada yang pernah ia rasakan dalam waktu yang lama.

Mungkin ini hanya khayalannya saja, pikir Ayla. Mungkin Bram akhirnya berubah. Mungkin dia sadar bahwa selama ini ia terlalu jauh darinya. Ia menghela napas lega, merasakan ketenangan yang aneh. Malam itu, untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Ayla merasa tidak sendirian.

Cahaya matahari pagi merangkak masuk melalui celah tirai, menerpa wajah Ayla yang tertidur lelap. Ia menggeliat pelan, menarik selimut ke atas kepala untuk menghindari cahaya yang terlalu terang. Tapi ada sesuatu yang membuat tubuhnya kaku. Sebuah suara napas yang berat, dekat sekali. Terlalu dekat.

Perlahan, ia membuka matanya. Di sampingnya, seseorang masih tertidur dengan wajah damai, rambutnya sedikit berantakan. Mata Ayla melebar seketika, jantungnya berdegup kencang. Itu bukan Bram.

“Adrian?” bisiknya, nyaris tak terdengar. Tubuhnya gemetar, tangannya memegang erat tepi selimut seolah itu bisa melindunginya dari kenyataan yang baru saja ia lihat. Adrian, adik kandung Bram, tidur di sebelahnya.

Ia membeku, pikiran dan tubuhnya seperti tidak terhubung. Napasnya terengah, sementara ia mencoba mencari alasan, jawaban, apa pun yang bisa menjelaskan ini semua.

Adrian bergerak pelan, mengerjap-ngerjap, perlahan bangun dari tidurnya. Mata cokelatnya yang teduh kini dipenuhi kebingungan. Ketika ia menyadari di mana dirinya, wajahnya langsung pucat.

"Ayla?" suara Adrian pecah, nyaris berbisik. "Ini… ini apa? Aku di mana?"

Ayla mundur sedikit, memegangi selimut seperti benteng pelindung. “Itu yang seharusnya aku tanyakan! Apa yang kamu lakukan di sini, Adrian?!”

Adrian menatap sekeliling, matanya memandang kamar yang jelas-jelas bukan miliknya. Ia mengusap wajahnya kasar, mencoba membangunkan dirinya dari mimpi buruk ini. "Aku... Aku nggak tahu. Aku..." suaranya terputus, ia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya.

"Jangan bilang kamu nggak tahu!" Ayla menatapnya tajam, meski tubuhnya masih gemetar. "Kamu masuk ke kamarku! Di tempat tidurku!"

"Aku nggak sengaja!" Adrian berseru, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Ayla. "Aku... Aku mabuk tadi malam. Aku pikir aku masuk ke kamar tamu!"

Hening menyelimuti ruangan. Ayla memandangi Adrian, matanya dipenuhi rasa bingung dan cemas. “Mabuk? Adrian, kamu sadar nggak apa yang kamu lakukan? Kamu tidur di sini, di tempat tidurku!” suaranya bergetar, tapi ia berusaha keras untuk tetap terdengar tegas.

Adrian menunduk, kedua tangannya mengepal di atas lutut. "Aku nggak sadar, Ayla. Aku sumpah. Aku pikir aku masuk ke kamar tamu. Aku nggak pernah niat buat ini. Aku nggak pernah…"

Ayla tidak menjawab. Ia memalingkan wajah, mencoba mengatur napas yang terasa berat. Ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, lebih dari sekadar amarah atau kebingungan. Sentuhan tadi malam kembali terlintas di pikirannya, kehangatan itu, rasa nyaman yang membuatnya merasa tidak sendirian.

Ia menggelengkan kepala keras-keras, berusaha mengusir pikiran itu. Ini salah. Semua ini salah.

“Kamu harus pergi,” katanya akhirnya, suaranya pelan tapi tegas. “Sebelum Bram pulang. Kita nggak boleh ada di situasi seperti ini lagi.”

Adrian menatapnya, matanya yang cokelat itu tampak penuh rasa bersalah. Tapi ia tidak membantah. Ia bangkit perlahan, tubuhnya masih sedikit kaku karena tidur di posisi yang salah. Tanpa sepatah kata pun lagi, ia berjalan keluar dari kamar, meninggalkan Ayla dalam keheningan yang semakin mencekam.

Ayla duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah dinding. Pikirannya berputar, mencoba mengurai kejadian tadi malam. Ia mencoba mengingat, memutar ulang setiap detail, mencari sesuatu yang mungkin ia lewatkan.

Tapi tidak ada apa-apa. Yang tersisa hanya sentuhan hangat di punggungnya, suara napas yang tenang, dan rasa nyaman yang menghantuinya.

Ia merasa perasaan bersalah mulai merayap masuk. Bagaimana mungkin ia merasa nyaman dengan situasi yang seharusnya membuatnya marah? Adrian adalah adik suaminya, seseorang yang seharusnya tidak pernah melintasi batas itu.

Tapi, meski ia berusaha keras untuk menyangkal, kenyataan itu tetap ada. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa dihargai, bahkan jika itu hanya sesaat.

Sebuah suara pintu terbuka dari lantai bawah membuatnya tersentak. Bram. Ayla berdiri tergesa-gesa, mencoba menata dirinya sendiri sebelum suaminya mendapati wajahnya yang penuh kecemasan.

Bram melangkah masuk ke rumah dengan raut wajah lelah. Jas kerjanya tampak berantakan, dasinya longgar, dan rambutnya kusut. Ia menatap Ayla sekilas saat ia turun dari tangga, tapi tidak mengatakan apa-apa. Seperti biasa.

“Kamu nggak tidur lagi?” tanya Bram, suaranya datar, hampir tanpa emosi.

Ayla menelan ludah, mencoba menjawab dengan nada biasa. "Aku baru bangun."

Bram mengangguk kecil, melepaskan jasnya dan melemparnya begitu saja ke sofa. Ia tidak menoleh lagi ke arah Ayla, hanya berjalan ke dapur untuk mengambil segelas air.

Ayla mengikutinya dengan pandangan, matanya mengamati setiap gerakan suaminya, mencoba mencari jejak kehangatan yang dulu pernah ada di antara mereka. Tapi tidak ada apa-apa. Hanya dingin.

Bram meneguk airnya, lalu berbalik, menatap Ayla sekilas. “Aku mungkin pulang malam lagi hari ini. Ada kerjaan tambahan.”

Ayla mengangguk kecil, tidak berkata apa-apa. Ia tahu percuma saja bertanya atau memprotes. Jawabannya akan tetap sama.

Ketika Bram akhirnya pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya, Ayla tetap berdiri di ruang tamu, menatap kosong ke arah pintu.

Pikirannya kembali melayang ke kejadian tadi malam.

"Apa yang harus kulakukan?" batinnya kebingungan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
176 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status