Home / Romansa / Satu Malam Bersama Dosen Tampan / Bab 8 Kembali Dipermainkan Takdir

Share

Bab 8 Kembali Dipermainkan Takdir

Author: Merah
last update Last Updated: 2025-12-04 21:58:40

Keesokan harinya, Aira berusaha tampil seperti biasa. Ia berjalan perlahan di antara kerumunan mahasiswa yang sibuk membicarakan tugas dan jadwal kuliah, mencoba meniru langkah mereka agar terlihat wajar dan agar tidak ada yang tahu bahwa pikirannya sedang penuh sesak.

Segalanya berjalan tampak normal—hingga pengumuman dari pihak kampus menggema melalui pengeras suara di aula fakultas.

“Untuk mahasiswa semester tujuh, akan diadakan proyek penelitian bersama dosen selama tiga bulan ke depan. Tujuannya mempermudah proses penyusunan proposal skripsi. Nama kelompok dan dosen pembimbing akan diumumkan minggu depan.”

Bisik-bisik langsung menyebar ke seluruh mahasiswa. Sebagian besar terdengar antusias, ada juga yang gelisah membayangkan dosen yang terlalu tegas.

Namun bagi Aira, hanya satu kalimat yang berputar di kepalanya:

Gimana kalau aku dapet dosen pembimbing Pak Adrian? Tuhan, semoga aja jangan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 8 Kembali Dipermainkan Takdir

    Keesokan harinya, Aira berusaha tampil seperti biasa. Ia berjalan perlahan di antara kerumunan mahasiswa yang sibuk membicarakan tugas dan jadwal kuliah, mencoba meniru langkah mereka agar terlihat wajar dan agar tidak ada yang tahu bahwa pikirannya sedang penuh sesak. Segalanya berjalan tampak normal—hingga pengumuman dari pihak kampus menggema melalui pengeras suara di aula fakultas.“Untuk mahasiswa semester tujuh, akan diadakan proyek penelitian bersama dosen selama tiga bulan ke depan. Tujuannya mempermudah proses penyusunan proposal skripsi. Nama kelompok dan dosen pembimbing akan diumumkan minggu depan.” Bisik-bisik langsung menyebar ke seluruh mahasiswa. Sebagian besar terdengar antusias, ada juga yang gelisah membayangkan dosen yang terlalu tegas. Namun bagi Aira, hanya satu kalimat yang berputar di kepalanya:Gimana kalau aku dapet dosen pembimbing Pak Adrian? Tuhan, semoga aja jangan

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 7 Pertemuan yang Tak Bisa Dihindari

    Senin pagi datang seolah begitu cepat, menyingkirkan sisa-sisa tidur yang bahkan belum sempat menyentuh Aira sejak beberapa hari terakhir ini. “Cuma ambil daftar hadir,” bisiknya, mencoba menenangkan diri. “Bukan sesuatu yang besar.” Namun dada tetap sesak. Ia tahu, bukan urusan daftar hadir yang membuatnya resah, tapi kenyataan bahwa di balik meja kayu besar di ruang dosen itu, ada seseorang yang ingin ia hindari tapi justru terus mendekat di pikirannya. Ia tiba di kampus lebih awal dari biasanya. Lorong masih sepi, tapi pintu ruang dosen sudah terbuka. Aira berhenti di ambang pintu, menelan ludah. Suara ketikan laptop terdengar pelan. Dan di sudut ruangan itu, pria itu sudah di sana—tegap, tenang, dan sama seperti dalam ingatan. Kemeja biru muda yang Adrian kenakan hari ini menggantikan warna putih senin sebelumnya, tapi tetap saja menampilkan kesan yang sama: rapi, berwibawa, dan terlalu memikat bagi seseorang yang berusaha ia lupakan. “Permisi, Pak…” suara Aira keluar s

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 6 Tak Kunjung Mau Diam

    Pagi datang begitu cepat seolah tak memberi kesempatan bagi Aira untuk benar-benar beristirahat. Matanya terbuka bahkan sebelum alarm sempat berbunyi, dan sisa ingatan kemarin masih menggantung di benaknya, membuat dada Aira terasa sesak bahkan sebelum hari dimulai. Aira menatap langit-langit kamar yang remang, membiarkan keheningan menyelimutinya sejenak, berharap sesak di dadanya bisa sedikit reda. Namun semakin lama ia diam, semakin berat rasanya bernapas. Ia mengusap wajah dengan kedua telapak tangan. “Udahlah, Ra… lupain,” gumamnya lirih. Namun nama itu selalu saja muncul di kepalanya—Adrian Wiratama. Nama yang kini bukan hanya melekat di daftar dosen pengajar, tapi juga di pikirannya yang tak pernah tenang sejak pria itu hadir di hidu

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 5 Bayang yang Kembali Datang

    Udara kampus memang terasa lebih hangat dari biasanya. Matahari belum terlalu tinggi, menembus kaca jendela koridor fakultas dengan cahaya lembut. Namun bagi Aira, langkah-langkahnya justru terasa dingin dan berat.Sejak undian itu berakhir, dadanya seolah dipenuhi belati yang menusuki. Ia sudah berusaha menolak, tapi keputusan undian bersifat mutlak. Mau tak mau, hari ini ia harus menunaikan tanggung jawabnya sebagai penanggung jawab mata kuliah yang di ampu oleh Adrian Wiratama.Lorong menuju ruang dosen terasa begitu panjang. Setiap langkah menimbulkan gema yang memantul di dinding, seolah menandai ketegangan yang menumpuk di dadanya. Aira menggenggam buku catatan terlalu erat, sampai ujung jarinya memutih. Ia tahu, cepat atau lambat, ia harus kembali berhadapan dengan pria itu.Ketika sampai di ruang dosen, pintu ruangan sudah terbuka. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantung yang tak juga stabil. Deretan meja kayu tampak tersusun rapi, penuh tumpukan berkas dan

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 4 Takdir yang tak berpihak padanya

    Jam berjalan lambat. Setiap menit di kelas hari ini terasa seperti hukuman bagi Aira.Suara Adrian yang menjelaskan teori dan konsep dasar, entah mengapa terasa terlalu dekat, terlalu familiar. Kadang, Aira bahkan bisa mendengar gema napas berat Adrian di telinganya sendiri, seolah ingatan malam itu menolak pergi.Aira berusaha menulis, tapi ujung penanya hanya mencoret garis tak berarti, sementara pikirannya berlari ke mana-mana. Ia merasa seolah duduk di bawah cahaya yang terlalu terang, dengan seluruh rahasianya tergantung di udara, siap jatuh kapan saja.Ah... lebih sialnya lagi, hari ini Nita izin tidak masuk, jadi tidak ada sosok sahabat yang mampu sedikit menenangkan gelisah hatinya.“Itu saja untuk materi hari ini,” ujar Adrian di penghujung kelas, suaranya tenang dan berat. “Saya ingin kalian menulis esai singkat tentang motivasi kalian menempuh jurusan ini. Kumpulkan minggu depan.”Beberapa mahasiswa berdesis pelan, yang lain mengangguk. Adrian mematikan sambungan proyektor

  • Satu Malam Bersama Dosen Tampan    Bab 3 Pagi yang Mengejutkan

    Aira menghela napas panjang di depan cermin kamarnya. Wajahnya tampak pucat, seolah seluruh darah dalam tubuhnya tersedot keluar bersama rasa sesal yang tak kunjung surut.Matanya sembab, tatapannya kosong, dan kantung hitam menggantung di bawah kelopak—bukti dari malam-malam tanpa tidur yang dihantui campuran ingatan antara pengkhianatan Galang dan malam panjang yang ia habiskan dengan lelaki tak dikenal.Sudah tiga hari berlalu sejak malam itu, tapi setiap kali memejamkan mata, sisa malam itu masih melekat erat di kepalanya. Bayangan tubuh asing, desahan samar, kulit yang bersentuhan dalam kabut alkohol, semuanya seperti fragmen film yang tak mau berhenti diputar. Setiap kali mengingatnya, dadanya terasa sesak, perutnya mual, dan jantungnya berdetak tak karuan.“Lupain, Aira…” gumamnya pada bayangan di cermin. Ia menepuk pipinya pelan. “Itu cuma kesalahan semalam. Cuma sekali dan enggak akan pernah terjadi lagi.”Kata-kata itu seperti mantra yang sudah terlalu sering ia ucapkan. Nam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status