Share

Bab 19

Author: Livyloly
last update Huling Na-update: 2025-06-08 21:46:18

Pagi itu, aroma roti panggang dan kopi hangat memenuhi udara dapur. Althea berdiri di depan kompor, mengenakan kaus longgar dan celana pendek katun. Rambutnya diikat seadanya, beberapa helai terlepas membingkai wajahnya yang masih tampak lelah. Tangannya cekatan menyusun telur dadar ke atas piring, namun senyum tipis tetap menghiasi bibirnya—ada damai yang ia rasakan, walau samar.

Dari balik meja makan, Rigel mengamatinya dalam diam. Tatapannya tertuju pada setiap gerak tubuh Althea, dari lekuk bahunya, rambut yang terurai di tengkuk, hingga gumaman lirih lagu yang ia senandungkan. Sebelum Althea menyadari kehadirannya, Rigel telah melingkarkan lengannya dari belakang, memeluknya erat.

"Rigel?" Althea terkejut, nyaris menjatuhkan spatula dari tangannya. "Apa yang sedang kamu lakukan?"

"Aku hanya ingin memelukmu. Aku merindukanmu," gumam Rigel, suaranya rendah dan lembut.

"Ini berbahaya. Minyaknya bisa mengenai kita," ujar Althea, berusaha melepaskan diri.

"Aku tidak peduli. Rasanya su
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   bab 20

    Mobil melaju tenang di jalanan sore yang mulai teduh. Ezra menyetir dengan satu tangan, sementara tangan lainnya sibuk menunjuk ke arah bangunan atau tempat-tempat yang membuatnya tertawa sendiri.“Dulu aku pernah kerja di tempat itu,” katanya menunjuk sebuah kedai kopi mungil di sudut jalan. “Barista pertamaku bilang latte buatanku rasanya seperti air sabun.”Althea menoleh, heran. “Serius?”Ezra tertawa. “Serius. Tapi lima bulan kemudian aku dapat promosi jadi kepala barista. Lucu, kan?”Sepanjang perjalanan, Ezra terus berbagi cerita—tentang masa kuliahnya yang ceroboh, tentang pertemanan-pertemanan aneh yang ia jalani, hingga mimpinya suatu hari bisa membuka kafe sendiri dengan taman kecil di sampingnya. Cara bicaranya santai, terbuka, dan penuh warna.Althea mendengarkan dengan senyum yang tak sadar mulai menetap di wajahnya. Udara dalam mobil tak lagi canggung, sebaliknya—penuh kenyamanan yang hangat.Ezra memang berbeda, p

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 19

    Pagi itu, aroma roti panggang dan kopi hangat memenuhi udara dapur. Althea berdiri di depan kompor, mengenakan kaus longgar dan celana pendek katun. Rambutnya diikat seadanya, beberapa helai terlepas membingkai wajahnya yang masih tampak lelah. Tangannya cekatan menyusun telur dadar ke atas piring, namun senyum tipis tetap menghiasi bibirnya—ada damai yang ia rasakan, walau samar.Dari balik meja makan, Rigel mengamatinya dalam diam. Tatapannya tertuju pada setiap gerak tubuh Althea, dari lekuk bahunya, rambut yang terurai di tengkuk, hingga gumaman lirih lagu yang ia senandungkan. Sebelum Althea menyadari kehadirannya, Rigel telah melingkarkan lengannya dari belakang, memeluknya erat."Rigel?" Althea terkejut, nyaris menjatuhkan spatula dari tangannya. "Apa yang sedang kamu lakukan?""Aku hanya ingin memelukmu. Aku merindukanmu," gumam Rigel, suaranya rendah dan lembut."Ini berbahaya. Minyaknya bisa mengenai kita," ujar Althea, berusaha melepaskan diri."Aku tidak peduli. Rasanya su

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   bab 18.

    Cahaya pagi menyusup perlahan melalui sela tirai, menyapu lembut wajah Althea yang masih setengah terlelap. Rasa hangat yang memeluk tubuhnya membuatnya enggan membuka mata. Tapi ketika ia sadar akan kehadiran lengan kekar yang melingkari pinggangnya—erat dan protektif—detak jantungnya seketika berubah tak beraturan.Rigel.Ia terbaring di sana, di ranjang yang sama, dalam pelukannya.Ingatan semalam kembali perlahan. Ia mabuk, menangis di taman, lalu… gelap. Tak ada ingatan bagaimana ia sampai di tempat ini. Tapi tubuhnya kini bersih, piyama satin hangat menempel di kulitnya. Tak ada yang tak dikenali, tak ada bekas keterkejutan. Hanya tubuhnya yang lelah dan jiwanya yang masih kusut.Rigel pasti yang merawatnya. Mengganti bajunya. Menjaganya tidur. Memeluknya seperti ini.Althea menoleh pelan, menatap wajah Rigel yang masih tertidur di sisi ranjang. Napasnya dalam dan tenang. Cahaya pagi menyoroti garis rahangnya yang tegas, bulu matanya yang panjang, dan bibirnya yang kini tampak d

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 17. Mantan pacar Rigel

    Dalam tidur yang tak lelap, Althea bermimpi. Ia berjalan seorang diri di tempat yang gelap dan sunyi. Kabut pekat menyelimuti sekelilingnya, menelan suara dan bayangan. Napasnya memburu, langkahnya gemetar. Suara-suara samar mulai terdengar—tawa lembut, panggilan hangat. Ia menoleh dan melihat siluet dua orang yang sangat ia kenal. Mama... Papa...Mereka berdiri tak jauh darinya, tersenyum penuh kehangatan. Althea mengangkat tangannya, hendak meraih mereka. Tapi saat ia melangkah maju, bayangan itu mulai menjauh. Ia berlari, memanggil, namun suara tak keluar dari mulutnya. Kedua orang tuanya berbalik dan... menghilang ditelan kabut.“Jangan tinggalkan aku…,” suaranya akhirnya pecah, lirih dan nyaris tak terdengar.Tiba-tiba, dari kejauhan, ada suara lain. Lebih rendah, berat, dan familiar.“Althea.”Ia menoleh. Di antara kabut, muncul sosok Rigel. Ia berdiri diam, dengan mata tajam namun tak menyimpan kehangatan. Althea mendekat, berlari, berharap ada sesuatu yang bisa ia genggam. Tap

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 16. Apakah Cinta itu Ada?

    Seminggu berlalu. Hubungan Rigel dan Althea tampak baik-baik saja dari luar. Mereka masih berbicara, masih makan malam bersama, bahkan masih saling peduli dalam bentuk kecil—seperti menyeduhkan teh atau menanyakan kabar lewat pesan singkat. Namun, tidak ada satu pun dari mereka yang membahas malam itu. Malam ketika Rigel hampir kehilangan kendali, dan Althea memilih pergi daripada saling melukai lebih jauh. Althea tampak menghindari pembicaraan itu, dan Rigel... ia membiarkannya. Tetapi dalam diamnya, pikirannya semakin gelap. Terlebih ketika ia melihat foto yang diunggah Althea di media sosial: foto bersama seluruh staf restoran. Ezra berdiri tidak jauh dari Althea, senyumnya hangat dan santai, seolah tak ada beban dunia. Rigel merasa sesak. Matanya hanya tertuju pada Ezra. Senyum itu. Kedekatan itu. Dan yang paling menyakitkan, senyum Althea dalam foto itu bukan senyum yang sama yang ia dapatkan akhir-akhir ini. Malam itu, Rigel memutuskan untuk keluar. Ia menghubungi Marco, sa

  • Setahun Diabaikan Kini Jadi Kecanduan   Bab 15. Bisakah Kau mengerti?

    Sudah hampir seminggu sejak Ezra bergabung di restoran Althea, dan suasana di dapur menjadi lebih hidup. Ezra cepat akrab dengan staf, tahu bagaimana membuat orang nyaman tanpa terlihat berusaha. Tapi yang paling terlihat... adalah kedekatannya dengan Althea.Mereka sering terlihat berbicara berdua, tertawa kecil di sela-sela pekerjaan, atau berdiskusi serius tentang menu baru. Tak ada yang berlebihan. Tapi cukup untuk membuat Rigel merasa ada sesuatu yang tumbuh—dan itu cukup untuk membuatnya gelisah.**Sore itu, Rigel kembali menjemput Althea. Ia menunggu di depan restoran, sengaja turun dari mobil dan bersandar di dekat pintu masuk.Althea keluar sambil tertawa pelan pada sesuatu yang dikatakan Ezra. Wajahnya tampak lebih ringan dari biasanya. Rigel mengamati dari jauh—matanya tak lepas dari ekspresi Althea yang terasa asing sekaligus mengganggu.Ezra lebih dulu menyadari keberadaan Rigel yang berdiri di dekat pintu masuk. Ia melirik sejenak, lalu mengangguk sopan.“Rigel,” sapany

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status