Share

25 | Tessa

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2025-04-29 17:42:35

Tessa mangangguk, tangannya bergerak lebih cepat sambil menatap Damien dengan Hasrat yang menggebu-gebu.

Perhatian sang CEO tertuju pada bibir Tessa, dia kembali teringat betapa nikmatnya bibir Tessa. Damien menginginkan sensasi itu lagi, ingin merasakan kelembutan bibir wanita itu di bibirnya.

Damien mendesis pelan, dia menarik tubuh Tessa lalu menuntun wajah Tessa mendekat ke wajahnya, mendaratkan ciuman panas ke bibir Tessa yang sejak tadi seakan menggodanya.

Bibir mereka saling bertaut dalam lumatan penuh gairah, lidah mereka berduel sembari tangan mereka saling menggerayangi tubuh satu sama lain. Tessa mendesah menikmati ciuman mereka, melengkungkan punggungnya saat jari-jari Damien menyentuh celah di antara kedua pahanya.

“Ouch… Pak,” desah Tessa terengah-engah, saat Damien memasukkan dua jari ke dalam liang kewanitaannya, memutar jari-jari itu untuk mencapai titik sensitifnya. Pinggulnya mulai bergerak mengikuti gerakan jari Damien, dengan nafas yang semakin memburu.

"Pak...Ukh
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Skandal Panas Presdir Tampan   104 | Membingungkan

    “What? Ja… jadi ayah Livia?”Damien sangat terkejut mendengar permintaan putranya, untuk menjadi ayah Livia. Wajah Damien memancarkan ekspresi tak percaya, dan matanya membesar seiring bibirnya yang sedikit terbuka. Ia berusaha mencerna kata-kata putranya yang tak terduga itu.Ia menatap wajah kecil Luca yang tampak penuh permohonan. Anak itu mengangguk mantap, matanya menatap Damien dengan penuh harap.“Iya, ayah… kata Livia ayahnya sudah tidak ada, ayah juga bisa jadi ayah Livia, kan?” jawab Luca, suaranya lembut namun tegas. Tangan kecilnya meraih tangan ayahnya, menandakan jika ia sangat serius dengan permintaannya.Damien terdiam sejenak, berusaha mencari jawaban yang tepat. “Luca… ini tidak semudah itu, aku—” suara Damien hampir tersangkut di tenggorokan. Namun, ia terdiam begitu matanya bertemu dengan sepasang mata biru lain yang menatapnya—Livia.Gadis kecil itu menatap Damien dengan tatapan penuh rasa ingin tahu dan harapan yang tak terucap. Mata biru yang mirip dengan Luca i

  • Skandal Panas Presdir Tampan   103 | Warisan Luca

    Begitu Luca berjalan menjauh, Damien mengubah sikapnya, menatap serius ke arah Dokter Morretti. "Jadi, Dokter, sebenarnya apa penyakit Livia?”Dokter Morretti menarik napas dalam, tampak berpikir sejenak sebelum menjawab. Ia kemudian menghembuskan napasnya perlahan, ekspresinya berubah sedikit muram.“Livia… dia di diagnosa dengan neuroblastoma, sebuah jenis kanker yang biasanya menyerang anak-anak. Ini bukan penyakit yang mudah, Tuan Damien. Penyembuhannya membutuhkan waktu yang panjang dan perawatan yang intensif.” Ia berhenti sejenak, suaranya terdengar lebih berat saat menambahkan, “Dan ayahnya juga meninggal karena penyakit yang sama.”Dokter Morretti menarik napas dalam sebelum mulai menjelaskan penyakit yang diderita Livia. Suaranya terdengar penuh empati saat ia mulai bercerita,“Livia mengalami neuroblastoma. Untungnya, penyakit ini terdeteksi sejak dini, jadi kemungkinan untuk sembuh cukup besar. Tapi setelah ayahnya meninggal, ibu Livia harus bekerja serabutan. Dia tidak bi

  • Skandal Panas Presdir Tampan   102 | Permintaan Luca

    Gadis kecil itu tampak terkejut sejenak, sebelum akhirnya tersenyum kecil dan menyambut tangan Luca. “Namaku Livia.”Dengan semangat yang terpancar dari raut wajahnya, Luca berlari cepat menghampiri Damien dan Dokter Morretti. Dona dan Tessa, yang sedang duduk di bangku taman, terliaht bingung saat Luca melintas begitu saja di depan mereka, tanpa sempat menyapa. Penasaran dengan apa yang terjadi, mereka pun bangkit, melangkah menyusul Luca.Sesampainya di dekat Dokter Morretti, Luca langsung meraih tangan dokter itu. Sentuhan tangan kecil Luca yang tiba-tiba membuat Dokter Morretti sedikit terkejut, tetapi ia segera menunduk, melihat wajah serius Luca yang penuh harapan."Luca, ada apa?" tanyanya lembut, sambil mencoba menebak apa yang ingin disampaikan oleh anak laki-laki itu.Dengan mata yang berbinar penuh tekad, Luca menjawab dengan suara kecilnya yang bergetar, “Dokter... tolong Livia. Sembuhkan dia seperti Dokter menyembuhkan aku.”Dokter Morretti tampak terkejut dan sedikit bin

  • Skandal Panas Presdir Tampan   101 | Gadis Kecil

    Di taman rumah sakit yang sejuk dan dipenuhi cahaya matahari, terdengar suara tawa riang Luca yang berlari-lari kecil di antara pepohonan. Senyum bahagia terpancar dari wajahnya saat ia mengejar kupu-kupu yang terbang rendah.Dona dan Tessa berjalan tak jauh di belakang, mengikuti setiap langkah Luca sambil terus mengawasi. Mereka berdua saling berbicara dengan akrab, sesekali tertawa kecil, mengenang insiden lucu yang melibatkan Chiara beberapa waktu lalu.Di bangku taman yang agak terpisah, Damien duduk bersama Dokter Morretti, wajahnya yang biasanya serius kini tampak penuh rasa lega.“Kondisi Luca sudah sangat baik,” ucap Dokter Morretti dengan nada puas. "Dan menurutku, ia bisa pulang besok."Kabar itu disambut dengan senyum lebar di wajah Damien. Matanya berkaca-kaca penuh kebahagiaan saat menatap Luca yang sedang berlarian tak jauh dari sana. Seolah tidak ada lagi rasa khawatir yang membayangi hatinya, mendengar putra semata wayangnya telah pulih.Saat sedang asyik berlari, per

  • Skandal Panas Presdir Tampan   100 | Pasangan Yang Ramah

    Chiara tersenyum tipis, lalu berkata dengan sopan, “Boleh aku pamit sebentar untuk memasukkan koperku ke dalam flat, Bibi?”Carol mengangguk penuh pengertian, senyum lembutnya tak luntur. “Tentu saja, Nak. Bibi tunggu di sini.”Dengan langkah cepat, Chiara kembali ke flatnya, memasukkan koper yang ia bawa ke dalam kamar dan memastikan pintu terkunci. Kemudian, ia bergegas kembali, menghampiri Carol yang berdiri sabar di depan pintu.“Sudah beres?” tanya Carol saat Chiara kembali menghampirinya.“Iya, Bibi,” jawab Chiara singkat.Carol lalu mempersilakan Chiara masuk ke dalam flatnya. Begitu melangkahkan kaki ke dalam, Chiara terkejut melihat flat yang ternyata memiliki ukuran yang sama dengan flat miliknya, namun sangat berbeda dari segi suasana. Flat Carol dipenuhi perabotan dari brand furniture ternama yang tertata rapi dan indah, menciptakan suasana hangat sekaligus elegan.“Wow, indah sekali ruangan Bibi,” gumam Chiara kagum, matanya tak lepas memandangi interior ruangan yang begi

  • Skandal Panas Presdir Tampan   99 | Tetangga Baru

    Di flatnya yang sederhana, Chiara berdiri di depan lemari, menarik napas dalam-dalam sebelum mulai membuka pintu lemari dan menarik beberapa potong pakaian. Tangannya bergerak cekatan, namun pikirannya mengembara ke momen di rumah sakit tadi —momen memalukan yang membuatnya terus-menerus tersipu.Dengan pipi yang sesekali memanas, ia melipat pakaian satu per satu dan meletakkannya dengan rapi ke dalam koper. Di sebelahnya, tumpukan pakaian milik Luca juga sudah siap untuk disusun.Ruangan flatnya tidak terlalu besar, hanya terdiri dari kamar tidur mungil yang berbatasan langsung dengan ruang tamu kecil. Flat itu terletak tak jauh dari kafe kecil yang dibukanya, tempat yang begitu ia sayangi."Argg! Bagaimana aku harus bersikap saat bertemu mereka lagi!” pekiknya, setengah frustrasi, sembari melempar tubuhnya ke atas tempat tidur. Ia membenamkan wajahnya ke bantal, berharap bisa menghapus bayangan-bayangan canggung yang terus muncul di pikirannya. Udara di kamarnya terasa lebih hangat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status