Share

Skandal Panas sang Pewaris Dingin
Skandal Panas sang Pewaris Dingin
Author: Mirielle

Pengaruh Obat

Author: Mirielle
last update Last Updated: 2024-05-31 22:44:25

“Emmy, mau minum?”

Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.

Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”

Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.

Lebih baik, ia bersantai di rumah.

Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.

Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.

Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?

“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”

Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy.

"Ambil saja, Emmy!"

"Benar! Wine di sini terbaik."

"Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."

Gadis itu terdiam.

Seluruh mata tertuju padanya.

Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.

'Minum satu gelas saja seharusnya tidak membuatku mabuk, bukan?' batinnya mencoba menenangkan diri

Sayangnya, Emmy tak menyadari jika sesaat kemudian pria tadi tersenyum penuh kemenangan menatap seseorang di sebrang meja.

Kala Emmy berinisiatif untuk kembali pulang, kepalanya bahkan sudah merasa pusing.

Tubuhnya seakan melayang.

Bahkan, saat dia mencoba melangkah, lantai seakan jauh dari jejak kakinya.

Sensasi aneh dirasakannya kala merasa tubuhnya memanas.

Deg!

'Aku dijebak?' paniknya menyadari bahwa dirinya bisa saja sudah dibius tanpa sadar.

Sayangnya, dia tak punya tenaga untuk kabur.

Dua orang pria temannya tadi memegang tangannya dan membawanya ke sebuah kamar hotel.

Beralasan pada yang lain jika Emmy akan diantar pulang. Gadis itu berusaha meronta atau berucap sesuatu, tapi sepertinya

Bugh!

Emmy merasakan tubuhnya terkapar di atas ranjang.

"Ke--kenapa?" Terbata-bata gadis itu bertanya.

Dia merasa ini semua tidak adil.

Namun siapa sangka, pertanyaan Emmy malah membuat  salah satu dari mereka tertawa. "Kenapa? Gak ada alasan khusus sih. Kami telah menerima bayaran yang cukup banyak dari seorang pengusaha yang memesan gadis virgin."

"Dan kaulah jawabannya."

"Benar. Gadis polos dan lulus S2 di usia muda sepertimu pasti virgin"

Jantung Emmy mencelos mendengarnya.

Dia ingin melawan, tapi dia tak kuasa.

Tangan dan kakinya seolah dibebat beban ratusan kilogram, yang membuatnya mustahil untuk bangkit.

“Pelanggan akan datang sepuluh menit lagi. Baik-baik, ya, Emmy.” 

Brak!

Keduanya lalu pergi begitu saja setelah menutup pintu--meninggalkan Emmy seorang diri tak berdaya di atas ranjang.

Entah berapa lama dia terdiam seperti itu.

Hanya saja, samar-samar Emmy mendengar suara pintu hotel terbuka.

Seorang pria dengan wajah memerah masuk mendekati Emmy. “Hei, bolehkah aku melakukannya padamu?”

Emmy terbelalak melihat pria yang ada di atasnya saat ini!

Keenan Achilles.

Pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya?!

Mengapa Keenan di sini?

Emmy ingin menggeleng. Sayangnya, ia tak bisa.

“Maafkan aku.” Tiba-tiba saja, Keenan menatapnya liar dan melepas pakaiannya hingga tak bersisa.

Dia menunduk menatap Emmy yang kini mulai menangis.

Rasanya, Emmy ingin berteriak menyadarkan Keenan jika dia adalah adik tiri Isa, gadis yang dijodohkan padanya.

Namun, mulut Emmy seolah terkunci. 

Keenan mencium bibirnya, melumatnya hingga Emmy yakin bibirnya memerah dan bengkak.

"Ahhh...."  Pria itu dengan liar menjelajahi tubuh Emmy dengan bibirnya. Leher, dagu, telinga, dada dan bahkan perut Emmy yang rata tak luput dari cumbuannya. Emmy memejamkan matanya, tangisannya semakin pecah.

Rasanya menyakitkan menyadari dia tak bisa melindungi dirinya sendiri dan hanya diam bagai orang bodoh menyaksikan seorang yang dia kenal sedang menikmati tubuhnya, tubuh yang dijaganya selama dua puluh tahun.

Tapi, Keenan terus saja bergerak di atas tubuh Emmy,  mengulum setiap jengkal tubuh Emmy dengan bibirnya.

Bagi Keenan dan indra-indranya yang sedang sangat sensitif, dia tak cukup hanya mencumbu Emmy. Dia butuh lebih.

Bibir mereka kembali bertemu dan Keenan menghujani cumbuannya bak singa kelaparan. Satu kakinya menghimpit tubuh Emmy, mencegahnya untuk melawan yang tanpa disadarinya jika sebenarnya Emmy pun tak sanggup menolak.

Tubuh tinggi dan berisi Keenan menjulang di atas tubuh Emmy, menindihnya lagi dan lagi hingga Keenan menyadari satu hal. Pria itu berhenti sebentar, menatap Emmy dengan erangan yang ditahan.

“Kamu perawan?”

Air matalah yang menjawab pertanyaan itu. Keenan ingin melepas diri, tak kuasa melihat air mata Emmy.

Sayangnya, efek obat membuatnya kesulitan diri.

Dorongan hasrat membuat Keenan tak bisa berhenti setengah jalan seperti ini.

“Maafkan aku,” seru Keenan lagi, lalu kembali menghentak tubuhnya ke dalam tubuh Emmy, menguasainya hingga tubuh Keenan mulai mengejang. Dia mengerang saat puncak kenikmatan menghantamnya dan kemudian otot-ototnya mulai terasa lebih ringan.

Keenan melepaskan dirinya dari tubuh Emmy, berbaring dengan nafas terengah sambil menatap langit-langit hotel di atasnya.

Dia berpikir semuanya sudah selesai, namun keinginan itu perlahan kembali melilit tubuhnya.

Keenan kembali menyerang Emmy.

Tak cukup dua kali, malam itu Keenan menyalurkan keinginan batinnya berkali-kali hingga keduanya merasa sangat lelah dan terlelap.

Padahal, di atas nakas, kamera yang diam-diam dipasang teman Emmy terus merekam semuanya.

Menyimpan setiap sentuhan dan desahan liar Keenan atas Emmy, calon adik iparnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: ENDING

    Pintu kamar terbuka, seolah Emmy sudah menunggu kedatangan Keenan ketika pria itu pulang dari kantor. Emmy menyembulkan kepalanya dari celah pintu yang dibukanya sedikit. Keenan mengernyit, dia bersandar di dinding.“Suamimu tak boleh masuk?” tanyanya.“Bukan.” Emmy menggeleng. “Tunggu sebentar. Lima menit. Ah, mungkin sepuluh menit.”“Apa yang kamu lakukan di dalam sana?”“Sabar sedikit.” Emmy kembali menutup pintu. “Jangan masuk sebelum aku mengizinkannya,” serunya lagi.Emmy menyusun satu per satu balon hias yang ditempel di dinding. Tak lupa tulisan ‘happy birthday’ dia gantung, lalu dia mengecek kembali kue ulang tahun Keenan. Setelah memastikan semuanya sudah beres, Emmy berjalan menuju kamar mandi.Digenggamnya alat tes kehamilan yang menunjukkan garis merah muda sebanyak dua garis, menunjukkan jika dia sedang hamil. Ini akan menjadi kejutan yang tidak akan pernah dilupakan Keenan, Emmy sangat yakin sekali.Dia memasukkannya ke dalam kotak dan menutupnya. Aksen pita merah muda

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: IV

    Hari yang cerah di awal Januari. Dalam balutan gaun putih tulang yang menutupi tubuhnya hingga ke kaki, Emmy berjalan didampingi oleh ayah Josiah, Stevano Miller. Dia tampak anggun dengan tiara yang dipasangkan ke rambutnya. Dia seperti puteri dari negeri dongeng.Para tamu tampak bersorak, berdiri menyaksikan kesakralan pernikahan antara Emmy dan Keenan. Lily bertugas menjadi pendamping wanita, Edmund menjadi pembawa kerajang bunga didampingi Liz dan Ivy. Ketiga wanita itu mengenakan gaun kuning lembut sementara Edmund tampil gagah dengan jas mungilnya.Aroma harum dari bunga-bunga azalea putih, rosemary dan juga marygold menguar dari bunga-bunga yang ditaburkan mereka. Di altar, Keenan menunggu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka akan menemukan hari ini dalam hidupnya.Pria itu sempat berpikir kalau semuanya sudah berakhir. Ketika dia kehilangan Emmy dalam hidupnya, Keenan merasa kalau takdir memang begitu adanya. Siapa yang tahu kalau ternyata masi

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: III

    “Jadi, kamu adalah pemilik Sid and Co? Itukah alasan kenapa dulu kamu memintaku untuk bekerja di sana?”Leo mengusap telapak tangannya yang mulai berkeringat. Dia berbohong pada Ivy soal identitasnya, mungkin kekasihnya itu akan marah besar padanya. Leo mencoba memikirkan bagaimana caranya keluar dari masalah ini. Dia tidak mau Ivy akan meminta perpisahan. Sungguh, dia tidak mau.“Vy, aku hanya...”“Stop!” Ivy berbalik, menatap Leo dan menemukan pria itu kelihatan gelisah. Ivy nyaris tertawa dalam hati. Tapi ini kesempatan yang bagus untuk menguji seberapa besar Leo menginginkannya. “Kamu berbohong padaku. Sungguh! Kamu keterlaluan.”“Ivy, aku tidak ingin menyembunyikan identitasku.”“Lalu apa yang kamu lakukan ini?”“Aku hanya...”Ivy mendelik, menunggu dengan sabar sampai Leo menyelesaikan kalimatnya. Tapi ternyata setelah menunggu selama beberapa detik, pria itu malah bungkam dan tidak bicara. Perlahan Ivy mulai kesal. Padahal Leo tinggal mengatakan alasannya apa, tapi dia malah me

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: II

    Ketika Leo menjemput Ivy di kantornya, hari sudah menjelang malam. Pria itu menyandarkan pinggulnya di depan sedan Maybacth yang baru dibelinya dua hari yang lalu. Tak ada yang salah dengan SUV yang membawanya selama beberapa tahun ini.Tapi Leo tahu, mobil dengan body bongsor seperti itu kurang disukai oleh wanita. Walau Ivy tak pernah protes dengan SUV-nya, tapi Leo ingin Ivy nyaman di dalam kendaraannya sendiri saat dia bersama Ivy.Leo melirik ke dalam gedung bertingkat sambil menghela nafas panjang. Ivy tidak mau bekerja di perusahaannya sendiri walau Leo menawarkannya. Padahal, Leo tidak memberitahu kalau Sid and Co adalah miliknya, tapi Ivy tetap tidak mau bekerja di sana.Sebenarnya, Leo bukan datang dari keluarga yang kurang beruntung. Dia memiliki keluarga kaya raya, hanya saja kondisi anggota keluarganya memaksa dia keluar dari rumah pada usia empat belas tahun. Dia menjelajah seorang diri, menjadi objek bully bagi teman-teman sekolahnya hingga Keenan menemukannya.Tapi tah

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   EKSTRA BAB: I

    Axel menurunkan atap Stingray dan bersandar di bagasi, menunggu Lily turun dari apartemennya. Kerena Keenan sudah kembali, maka Axel kini memiliki waktu libur untuk dirinya sendiri. Pagi ini, dia akan menebus waktunya yang dihabiskan lebih banyak di perusahaan alih-alih bersama Lily.Lily turun dengan mengenakan dress selutut dan sepatu sneakers berwarna putih. Gadis itu lincah, bergerak ringan dan tersenyum menyapa Axel. Dia adalah hadiah yang tak terharga, begitu Axel menyebut Lily. Karena kehadiran Lily, dia tak perlu khawatir soal kehidupannya karena Lily selalu memiliki banyak cara untuk menghiburnya.“Apakah aku terlalu cantik? Kenapa kamu menatapku seperti itu?” goda Lily.Axel mengangguk membenarkan. “Kamu memang cantik. Sudah siap?”Lily mengangguk. Dia setengah berlari mengitari mobil dan masuk. Axel tertawa kecil. Dia terlalu mandiri. Bahkan para gadis akan mengantri untuk dibukakan pintu secara khusus bak tuan puteri. Tapi dia? Dia bahkan tidak menungguku melakukannya.Mer

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Maaf

    “Aku tidak tahu kalau kamu hamil saat aku pergi. Maafkan aku.”Liz menangis tersedu-sedu, tapi dia tahu itu bukan kesalahan Josiah. Liz menggeleng kuat. “Ini juga salahku. Maaf karena aku egois dan menyembunyikan semua ini darimu.”Josiah melepas pelukannya. Dihapusnya air mata yang masih terus jatuh di pipi Liz dan menunduk untuk mencium bibir Liz dengan penuh kerinduan. Edmund yang sedari tadi diam saja kini bertindak saat melihat Josiah mencium ibunya. Dia menarik tangan Liz, menghadang dengan sikap protektif.“Hanya aku yang boleh mencium Mom,” katanya dengan suaranya yang melengking.Josiah dan Liz tertawa kecil. Liz menatap Josiah, lalu mengangguk pada pria itu. Josiah bersimpuh dihadapan Edmund, dan pria kecil itu menelengkan kepala menatap Josiah. “Paman mirip sekali denganku,” gumamnya. “Apakah kamu Dad?”Air mata Josiah jatuh, namun dia tertawa menyadari kalau puteranya begitu cerdas. Dia mengusap kepala Edmund sambil berpikir, bahkan telapak tanganku masih lebih lebar dari

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Kesempatan Kedua

    Emmy buru-buru melepas pelukan Keenan dari tubuhnya. Dia berdiri, menahan diri untuk langsung menganggukkan kepalanya. Dia memilih bersikap biasa saja walau dia nyaris melompat waktu Keenan mengajaknya menikah lagi.“Kita sudah bercerai, Tuan,” sahut Emmy santai.“Aku tahu.” Keenan meraih jemari Emmy lagi. “Berikan aku kesempatan kedua.”“Pun kalau aku memberimu kesempatan kedua, keluargaku mungkin tidak akan menerimamu.”“Aku akan berusaha merebut kembali kepercayaan mereka. Dengan cara apa pun, aku akan melakukannya.”“Bahkan kalau mereka memberi syarat kalau kita harus tinggal di sini?”Keenan melihat sekitarnya. Memangnya apa yang salah tinggal di desa? Ini cukup nyaman, bahkan Keenan semakin terbiasa hidup tanpa kemewahan. Dia tidak menggunakan pendingin ruangan, tidak bepergian ke klub, tidak berbelanja barang-barang mewah, tidak menggunakan mobil. Itu bagus dan dia nyaman.“Tinggal di desa tidak buruk, tahu?” sahut Keenan.Emmy merasakan wajahnya mulai merona merah. Jantungnya

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Menikahlah Denganku

    “Sepertinya kamu makin betah di sini.”Tiba-tiba Keenan dikejutkan oleh bisikan Josiah ketika pria itu muncul membawakan topi milik Emmy. Keenan nyaris berteriak karena kaget. untung saja dia bisa mengontrol emosinya dan tidak bersuara sedikitpun.“Aku akan tinggal di mana pun Emmy berada,” gerutunya pada Josiah. “Dan kamu jangan pernah mengacaukan rencanaku.”“Kamu mengancamku? Kamu tidak ingat aku siapa?”“Kamu kakak Emmy. Kamu sudah mengatakannya lebih dari seribu kali.”“Bagus kalau kamu tahu,” ejek Josiah. “Sebentar, aku akan memberikan topi ini pada Emmy lalu kita bisa mengobrol.”“Siapa yang mau mengobrol bersamamu?”“Ck!” Josiah berdecak, lalu berdiri mendekati Emmy.“Em, kamu lupa membawa topi.” Josiah menghampiri Emmy dan memasang topi itu langsung di kepala Emmy. “Aku akan menunggumu di tempat biasa.”Emmy mengangguk. “Thanks,” katanya.Josiah mengusap rambut Emmy dan tindakan itu membuat Keenan mengerucutkan bibirnya. Matanya menatap tajam Josiah saat pria itu menghampirin

  • Skandal Panas sang Pewaris Dingin   Lima Tahun Kemudian

    Begitu Liz dipindahkan ke ruang perawatan biasa, Lily dan Axel langsung menjenguknya. Liz tersenyum, memamerkan wajah pucat pasinya pada keduanya. Namun Lily mendengus kesal. Dia melipat kedua tangannya di dada, tapi tidak mau mendekat ke ranjang Liz.Liz tahu mereka berdua pasti sudah mengetahui kehamilannya. Dan dia juga tahu kenapa Lily memberinya reaksi seperti itu. Lily marah karena dia menyembunyikan kabar sebesar itu dari mereka, Liz pantas mendapatkan reaksi dingin seperti itu.“Kamu baik-baik saja?” tanya Axel, memilih mendekat ke ranjang rawat Liz.Dia mengangguk, lalu berusaha duduk. Axel membatu menumpuk bantal di belakang punggung Liz untuk membuatnya nyaman saat bersandar. Liz menatap Lily yang berdiri di dekat jendela. Dia melihat jauh ke luar, ke antara pepohonan rindang yang berjejer di sekeliling rumah sakit.“Maafkan aku,” kata Liz, setelah dalam ruangan itu hanya ada keheningan selama beberapa menit. “Aku tidak berniat menutupi semua ini dari kalian.”“Tapi nyatany

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status