Share

Suami Preman Ternyata Sultan
Suami Preman Ternyata Sultan
Author: Emma Shu

01. Dari Sekretaris Jadi OB

"Berdiri!"

Perintah tegas itu dipatuhi Qizha.

Lima belas menit lalu, Qizha dipanggil HRD setelah lulus interview, lalu diminta menghadap pimpinan. Meski baru beberapa hari menjabat sebagai pimpinan tertinggi, namun ketegasannya tidak diragukan.

"Berputar!" titah pria dengan nama lengkap Shaka El Qasam. Suaranya menggetarkan jantung, sangat berwibawa.

Perintah semacam apa itu? Namun, Qizha tetap menuruti. Tubuh langsing berbalut kemeja putih itu berputar.

"Melompat!"

"Hah?" Qizha kaget. Atasannya ini waras atau tidak? Sejak tadi memberikan perintah konyol. "Ke kenapa harus melompat?"

"Kalau kau tidak mau, silakan keluar! Aku tidak membutuhkan bawahan pembangkang." Pria itu menunjuk pintu.

"Oh, baik. Saya akan melompat."

Demi jabatan sekretaris, Qizha telah bersusah- payah menyingkirkan ratusan saingan, tak mungkin ia menolak perintah yang bisa saja membuatnya ditendang dari jabatan.

Plak plak plak...

Suara high heels milik Qizha menghantam keras lantai hingga menimbulkan suara berisik. Jilbab yang menutup sampai dada cukup melindungi, setidaknya menutupi bandulan yang berguncang di depan supaya tidak kelihatan.

Meski sebagian wajah Qasam terhalang oleh masker yang menutup hidung sampai leher, namun Qizha dapat melihat dengan jelas bahwa bibir di balik masker bergambar tengkorak itu tengah tersenyum.

Jelas tampak dari sudut mata pria itu yang sedikit menyipit dan membentuk tiga garis horizontal tajam.

Apakah pria itu tengah menertawakan Qizha? Sungguh menyebalkan!

Entah kenapa pria itu menutup sebagian wajahnya.

"Sudah! Cukup!" titah Qasam.

Qizha berhenti melompat setelah napasnya ngos- ngosan. Ini lebih melelahkan dari pada lomba lari. Pasalnya ia mengenakan high heels yang membuat kaki jadi pegal saat melompat.

Demi menghindari perjodohan yang ditetapkan ibu tiri, Qizha pergi dari rumah. Ia dibantu oleh ayahnya supaya bisa masuk kerja di perusahaan itu, dan ternyata berhasil.

"Dari mana asalmu?" tanya Qasam.

"Data saya sudah ada di HRD. Lengkap."

"Kau suruh aku membaca data di meja HRD? Kalau kau tidak suka dengan pertanyaanku, silakan pulang! Aku tidak butuh sekretaris angkuh!"

"Maaf. Saya dari Melati Putih."

Pria itu menelepon seseorang. Dia tempelkan ponselnya ke telinga.

"Gafar, kemarilah!" tegas pria yang di mejanya tertulis 'presdir' itu.

Gafar adalah HRD. Dan Qizha tadi sudah bertemu dengan Gafar saat interview.

Pria tegap bernama Gafar memasuki ruangan dan membungkukkan separuh badan sesaat setelah bersitatap dengan Qasam.

"Apa kau sudah melakukan interview dan sederet persyaratan pada calon sekretarisku?" tanya Qasam pada Gafar.

"Tentu saja, Pak. Semua sudah dilakukan dengan tepat," jawab Gafar.

"Diantara orang- orang yang melamar kerja, apakah wanita ini memiliki nilai tertinggi?"

"Benar, Pak,” jawab Gafar.

"Bodoh! Yang begini kau katakan berkualitas? Dia sama sekali tidak menarik. Bawa keluar wanita ini. Aku tidak mau menerimanya menjadi sekretarisku."

"Tt tapi... Data diri wanita ini sudah masuk Plantation Management System."

"Keluarkan dari jabatan sekretaris! Letakkan dia di bagian karyawan biasa. Tiga hari training sebagai OB."

‘Enak saja aku harus menerima wanita ini sebagai sekretaris. Dia yang sudah membuat wajahku menjadi lebam begini. Hingga aku terpaksa harus menutup wajah pakai masker. Aku kerjain saja dia.’ Pikir Qasam.

Hati Qizha tertusuk mendengar perkataan Qasam. Dan tiba- tiba ia menangis. Air matanya bergulir cepat. Dihina seperti tadi, rasanya menusuk sampai ke ulu hati.

Qizha memberanikan diri mengangkat wajah, menatap mata Qasam yang kini melintas dekat dengannya. Mata itu berwarna biru, sorotnya tajam dan menusuk. Ada lebam di area mata, kain masker tak cukup mampu menutup sampai ke area sana.

Qasam berlalu pergi dengan langkah tegas.

Tunggu dulu, lebam di area mata Qasam membuat ingatan Qizha langsung melayang pada kejadian beberapa jam lalu, saat di perjalanan menuju kantor, ia yang mengendarai motor tiba- tiba menyerempet seorang lelaki yang sedang berjalan di pinggir jalan, menyebabkan pria itu tersungkur dan mencium trotoar.

Namun, karena terburu- buru dan meyakini bahwa si pria tidak terluka parah, Qizha melanjutkan perjalanannya sambil berteriak minta maaf tanpa harus menolong pria itu.

Mengenai wajah si korban, Qizha tidak ingat. Hanya sekilas menoleh sehingga tidak tahu wujudnya seperti apa.

Qizha baru sadar bahwa atasannya itu adalah orang yang sama yang telah diserempet olehnya. Fix, alasan pria itu memakai masker wajah adalah untuk menutupi lebam di wajahnya.

Apakah mungkin luka itu cukup serius hingga membuat Qasam malu menunjukkan muka di depan karyawannya?

Qizha menggigit bibir, pantas saja Qasam memperlakukan Qizha dengan buruk, sebab Qizha sudah membuat kesalahan fatal.

"Maaf Qizha, kau tidak bisa menduduki jabatan sekretaris." Gafar tampak menyesal mengucapkan hal itu. "Tapi kau masih bisa bertugas sebagai karyawan biasa di pabrik. Dan tiga hari menjadi OB."

Tidak masuk akal. Qizha yang lulusan sarjana ditempatkan sebagai OB.

Tapi tak apa, ini hanya training selama tiga hari. Meski muka Qizha akan malu saat menjalani training sebagai OB, namun ia yakin akan sanggup melaluinya. Demi bertahan hidup.

"Tapi hanya tiga hari saja sebagai OB kan, Pak?" tanya Qizha ragu sambil mengusap air mata di pipi.

"Tunjukkan kinerja yang bagus, maka kau akan lolos menduduki posisi karyawan biasa."

Mulai saat itu, Qizha terpaksa memakai seragam biru sebagai office girl. Ia diminta membuatkan minum untuk para staf kantor.

Tiba- tiba ia ingat pesan ayahnya, "Qizha, kau harus bisa bekerja di perusahaan itu. Ayah dulu juga bekerja di sana sebagai pegawai rendahan. Di sana ada gadis yang bernama Qansha. Gadis itu mengalami gangguan di ginjal karena kecelakaan, dan penyebabnya adalah ayah. Tidak ada yang tahu kecelakaan itu kecuali ayah sendiri. Dan ayah merasa sangat menyesal. Gadis itu harus sembuh. Jika kau berhasil masuk di perusahaan itu, maka kau berikan serbuk ini ke makanan atau minumannya. Ini adalah ramuan mahal dari Cina. Dan mampu mengembalikan kesempurnaan ginjal. Pegang baik- baik rahasia ini. kita akan sembuhkan gadis itu secara diam-diam."

Qizha beranggapan bahwa niat ayahnya baik, tanpa ia ketahui ada nat terselubung di balik semua itu. Kepolosannya benar- benar telah dimanfaatkan.

Ia membawa beberapa minuman dengan nampan. Lalu menyerahkan satu per satu gelas pada staf. Dan menyuguhkan minuman yang sudah dicampur dengan serbuk obat kepada gadis cantik yang dia pastikan bernama Qansha, wajah gadis itu persis seperti yang ada di foto kiriman ayahnya.

Selesai dengan tugasnya, Qizha kembali ke ruang dapur.

Dering ponsel mengejutkannya. Ayahnya menelepon.

"Ayah!" Qizha menjawab telepon.

"Kau berhasil menduduki jabatan apa di sana?" Bily penasaran.

"OB," jawab Qizha lirih.

"Waduh. Tapi itu malah mempermudahkan tugasmu memberikan serbuk itu kepada gadis yang ayah sebutkan. Semoga dia akan cepat pulih setelah meminumnya. Apa kau sudah berikan?"

"Udah, ayah. Dan udah diminum sama staf itu tadi."

"Kalau begitu cepat pulanglah!"

"Loh, kenapa?"

"Ayah sakit keras. Ini ayah tidak bisa bernapas."

Mendadak saja Qizha mendengar suara Bily seperti asma.

Qizha langsung melepas seragam OB dan menghambur pergi. Mendengar ayahnya sakit, ia langsung minta ijin pada kepala OB untuk pulang.

***

Comments (6)
goodnovel comment avatar
Winda Imutz
Suka ceritanya
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
wah..wah.. ternyata qasam mau membalas dendam kepada qizha karena telah menyebabkan wajahnya menjadi lebam begitu
goodnovel comment avatar
Renita gunawan
kok q curiga bily mau meracuni qansa ya......
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status