Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya

Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-04-26
Oleh:  Hitam Terlarang On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
13Bab
192Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Kehidupannya yang selama ini dianggap sempurna membuatnya selalu tersenyum dan bahagia. Ditengah kebahagiaan dan kesempurnaan yang dirasakannya hal yang tak terduga terjadi. CERAI! Suaminya yang baik dan pengertian itupun mengatakan hal tak terduga membuat biduk rumah tangga Aluna yang dibina selama bertahun-tahun bersama suaminya Restu, seketika hancur tanpa sisa. Akankah Aluna bisa mempertahankan rumah tangganya yang telah hancur demi kebahagiaan kedua putranya atau akhirnya berpisah dan hidup dengan jalan masing-masing. Ikuti kisahnya dalam "Suamiku Mabuk JANDA Kaya Raya" by; Hitam Terlarang

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 01. Kata CERAI

Bab 01.

*****

"Ma, kita cerai!"

Dengan mudah laki-laki itu mengatakan CERAI didepan mataku tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Aku tidak dapat berkata apa-apa atas pernyataannya itu, seolah langit runtuh menimpa tubuhku hingga hancur berkeping-keping.

Tidak pernah aku menyangka jika mas Romi, suami yang telah menikahiku hampir lima tahunan lebih menceraikan aku tanpa rasa pertimbangan sama sekali.

Air mataku bagai air bah yang menerjang, bercucuran tiada henti. Lidahku kelu, hingga mulutku bungkam memandang nanar dengan rasa tak percaya.

Ku usap air mata yang luruh dengan telapak tanganku kasar. Dengan sekuat tenaga ku besarkan hati ini. Menatapnya tajam, mencari kebenaran dari kata-katanya yang terlontar dengan sangat manis namun didalamnya terdapat racun yang amat mematikan.

Secara tidak langsung, aku telah menelan racun itu dan hampir membuatku terbunuh seketika.

"Yah,,," jawabku singkat, hanya ucapan itu yang meluncur dari bibirku ini. Dengan sedikit anggukan kepala. Kelu, berat, kerongkonganku terasa kering. Aku tidak tahu alasannya kenapa dia mengatakan hal yang sangat menyakiti bagi setiap kaum wanita itu.

Setelah itu laki-laki itu pun pergi dengan meninggalkan sayatan yang dalam di hatiku.

"Aaakkkkkkkkkkk,,,,,!!!!" Aku berteriak menjerit sejadi-jadinya bagai orang kesurupan. Tidak terima dengan kenyataan yang ku hadapi saat ini. Namun, tetap saja tak sepatah katapun bisa ku ucapkan dari bibirku. Yang ada hanya tetesan air mata yang mengucur deras bak hujan yang turun dari langit.

Sampai anak-anak ku pulang. Rasa kesedihan itu masih terasa. Namun, aku coba untuk tersenyum kepada dua buah hatiku yang tersenyum manis untukku saat pulang dari sekolah tidak menampakan rasa lelahnya akan tetapi perasaan bahagia yang terpancar diwajah polos mereka berdua.

"Mama, adek hari ini dapat nilai A+,,," celoteh anak bungsu ku bernama Shinta.

"Aku juga dapat nilai seratus ma, ini bukunya. Mama lihat sendiri" Rama tak kalah antusiasnya dengan hasil nilainya hari ini. Memperlihatkan padaku dengan senyum ceria mereka. Seolah tidak pernah ada beban pada mereka berdua.

Untuk beberapa saat lamanya. Aku tertegun akan keadaanku saat ini. Rasanya aku sulit untuk percaya dengan perkataan mas Romi dengan keputusan gilanya yang mengatakan ingin pisah denganku.

Bagaimana nasib anak anakku? Jiwa mereka pasti terkoyak jika sampai terjadi perpisahan diantara kita berdua. Anak anaklah yang akan jadi korbannya.

Apa mas Romi tidak memikirkan psikis anak anak hanya menuruti keegoisannya sendiri.

Ya Tuhan, apa yang harus ku lakukan untuk masalahku saat ini.

Perang batinku terus berkecamuk hingga detik ini. Perkataan mas Romi sangat mengganguku, bahkan aku tidak bisa berpikir jernih.

"Mama kenapa sedih gitu?" Tanya Shinta seolah baru sadar jika aku tengah bersedih. Mataku pasti merah karena terlalu banyak menangis.

"Iya, mama nangis kenapa? Siapa yang bikin mama sedih dan nangis seperti ini?" Rama bertanya bertubi tubi bagaimana tentang keadaanku karena aku sampai menangis.

Aku tersenyum getir pada mereka. Bagaimanapun anak anakku tidak boleh mengetahui masalah ini, aku takut mereka akan donw jika aku mengatakan hal ini pada mereka.

"Nggak sayang, hmmm. Mama nggak apa-apa kok. Mama baik-baik saja. Mama sedih karena ingat orang tua mama dikampung halaman. Mama kangen pada mereka. Ya, sudah sekarang ganti baju dulu" titahku pada kedua buah hatiku.

Keduanya mengerti, kemudian berlalu masuk kedalam kamarnya masing-masing untuk ganti pakaian, tidak banyak protes.

Sesaat kemudian mereka telah ganti pakaian rapi, dengan senyum ceria.

"Mama, aku lapar,,," rengek Shinta manja.

"Rama juga ma" ucap Rama sambil pegangi perutnya.

"Maaf mama hari ini nggak masak sayang. Tapi, hari ini kita makan siang direstoran, gimana? Kita makan enak,,," ajakku. Mata mereka langsung berbinar mendengar ucapan ku.

"Benar ma, kita makan di restoran?" mata putraku sambil membulat.

"Yey, makan enak, makan enak,,," girang putriku dengan senyum bahagia.

Aku pun tersenyum bahagia pada keduanya. Menyambut kehangatan mereka berdua yang begitu antusias.

Namun, seketika wajah keduanya berubah sendu. Seperti ada yang mereka pikirkan. Pasti sendang ingat tentang papanya. Itulah mereka berdua selalu teringat akan papanya disaat dalam situasi dan kondisi apapun yang membuat hatiku seperti terbelah jadi dua.

"Ma, papa nggak diajak?" ucap Shitan dengan wajah sendu, membuatku hatiku terenyuh dengan ucapannya yang masih memikirkan tentang papanya. Padahal laki-laki telah meluluh lantakan duniaku hingga hancur berkeping-keping tanpa sisa.

"Iya ma, kan enak kalau ada papa, biar makin seru dan rame ma. Ajak ya papa, ayolah ma" rengek Rama dengan wajah memelas.

Ku hembuskan nafas pelan. Perih yang ku rasakan saat ini, aku tekan. Walaupun aku ingin keluapkan perasaanku saat ini, aku tidak boleh egois. Aku tidak ingin anak-anak turut andil dalam masalah kami berdua. Nanti, aku akan selesaikan setelah keadaan mereda dan ego masing-masing sudah tidak panas lagi.

Walaupun, tadinya aku hanya diam, tanpa berani melawan ucapan suamiku yang masih berstatus pasangan syah.

"Hmph,,, papa lagi sibuk sayang, lagi ada metting, pulangnya juga larut. Kalian mau nunggu papa kalian sampai larut dan kalian kelaparan, menunggu papa kalian" ucapku bernada tegas. Baru kali ini aku mengatakan hal ini didepan kedua anakku. Biasanya aku tidak bisa menolak permintaan mereka berdua jika mereka merengek ingin bersama papanya, sekalipun sesibuk apapun mas Romi pasti akan menyempatkan waktunya untuk mereka berdua. Tak peduli tentang keadaaannya bagaimana?, Rama dan Shinta bagi mas Romi nomor satu.

Tapi, situasi kali ini sangatlah berbeda. Yah, sudah berbeda, dan karena keputusan mas Romi yang membuatku tidak habis pikir jika mas Romi sampai mengatakan hal gila yang tak masuk akal itu.

Keduanya terdiam. Entah apa yang ada dipikiran mereka saat ini?. Bahkan keduanya saling pandang satu sama lainnya. Seolah keduanya sedang saling mengisyaratkan satu sama lainnya hingga keduanya saling berkedip dan diam.

"Maafkan mama, sayang" pungkasku dengan keadaan saat ini. Mereka berdua tidak bicara lagi.

"Maafkan Rama, ma"

"Maafkan Shintya juga ma"

Keduanya lalu memelukku hangat, seolah mereka berdua mengerti akan perasaanku yang sedang ku rasakan saat ini.

"Rama tidak ingin melihat mama sedih lagi" bisiknya.

"Iya ma, mama gak boleh sedih lagi" bisik Shinta putriku.

Suasana seolah malah mengharu biru. Hampir saja aku tidak dapat membendung perasaanku saat ini tapi kesedihan yang ku rasakan kali ini, tidak akan ku perlihatkan dulu pada kedua buah hatiku. Biarlah mereka sendiri yang nantinya tahu sendiri kelakuan papa mereka seperti apa.

"Kalian jangan sedih gitu. Ayo senyum. Kalau kalian seperti ini mama gak mau" candaku, tersenyum hangat pada kedua buah hatiku, supaya mereka berdua tersenyum dan semangat.

Keduanya seolah senyum dipaksakan. Karena aku yakin jika mereka sedang memikirkan papanya. Karena bagi mereka mas Romi adalah segala. Untuk saat ini aku tidak ingin mengatakan alasannya kenapa karena tidak mengajak mas Romi. Bahkan selama ini, kita jarang makan bersama direstoran. Jikapun makan di restoran itupun ada saat-saat tertentu saja, seperti merayakan ulang tahun ataupun acara penting lainnya. Namun, kali ini sangatlah berbeda dari biasanya. Bahkan, ini tidak acara resmi melainkan acara makan biasa, tidak ada hal istimewa bahkan hanya sekedar untuk melupakan kesedihan yang ada.

"Kakak, adik,,, ayo senyum. Nanti jika papa nggak sibuk lagi, kita ajak papa makan bersama" pungkasku supaya mereka semangat.

Namun hal itu seolah tidak membuat keduanya merespon. Apa yang harus aku lakukan sekarang supaya membuat mereka tersenyum ceria?. Jika aku telpon papa mereka aku takut nanti mereka kecewa kalau papa mereka saat ini sedang bersama...

Kerongkonganku rasanya kering jika mengingat hal yang menyakitkan itu. Namun, aku bisa berbuat apa. Keputusan ada ditangan mas Romi.

Dengan sedikit tangan gemetar, akhirnya ku pegang gawai, ku setuh layar polsen dan mencari kontak milik mas Romi yang ku beri tanda special untuk nomornya.

Akhirnya panggilan pun masuk. Dengan dada berdebar aku pun menerima sahutan dari seberang.

Terdengar desahan manja ditingkahi dengan suara serak pria yaitu suara mas Romi yang sedang....

Sekuat tenaga ku tahan perasaan hatiku yang seolah tercabik-cabik.

'Tega kamu melakukan semua ini denganku mas. Apa salahku? Apa kekuranganku mas, sehingga kau berbuat seperti itu padaku?' batinku merasa geram dengan apa yang dilakukan mas Romi saat ini sedang berselingkuh dengan seorang wanita dan entah sedang merasa dimana keduanya saat ini. Penghianatan yang dilakukannya bahkan ini seolah dilakukannya dengan sengaja.

"Ma, mama,,, kenapa mama malah menangis?" Tanya Shinta heran. Melihat air mataku tak bisa ku bendung lagi, bercucuran. Hingga tak terasa hp yang ku pegang terjatuh.

"Mama,,, hpnya jatuhnya" seru Rama tak percaya karena hp yang ku pegang terjatuh.

Aku langsung melosoh jatuh dengan derai air mata yang terus bercucuran. Aku tidak dapat lagi menahan perasaanku didepan kedua buah hatiku.

"Kamu tega mas Romi!" Tiba-tiba aku berteriak histeris seperti kesetanan.

"Mama, Shinta takut. Mama kenapa? Mama,,,!" Sontak Shinta menangis sambil menggoyangkan tubuhku.

"Mama,,," seru Rama memelukku pun dengan putriku juga memelukku karena kondisi saat ini terduduk.

Aku terpuruk didalam kubangan yang dalam, dalam masalah rumah tanggaku.

Aku harus kuat. Tiba-tiba semangat itu muncul dalam diriku. Aku tidak boleh lemah didepan anak-anak ku. Mereka tidak boleh ikut larut dalam masalah yang terjadi saat ini.

"Maaf, maafkan mama Shinta, Rama. Maafkan mama,,," ku usap air mataku yang tadi sempat seperti air bah. Kini aku coba buat tersenyum pada mereka. Aku tidak ingin larut dalam kesedihan ini. Hanya beberapa jam berlalu. Dan belum tentu kebenaran itu terjadi. Karena aku belum melihat faktanya.

"Kalau mama lagi sedih, kita gak usah makan direstoran saja ma. Kita makan mie instan saja dirumah" Rama menakup wajahku. Menatapku dengan perasaan bersalah. Itu yang tersirat dari sorot matanya yang bening.

"Iya ma, gak pa pa kok Shinta makan mie instan" putriku tersenyum kecil. Senyum yang tulus.

Ya Allah, perasaanku rasanya tambah pilu melihat keduanya yang tidak ingin melihatku makin larut dalam kesedihan.

"Tidak sayang, mama gak pa pa. Kita tetap makan direstoran. Kalian pasti sudah kelaparan, kan" kini perasaan ku sudah mulai tenang.

"Mama sudah siap. Ayo kita berangkat" ajakku. Dengan senyum ceria seolah tidak ada yang terjadi masalah yang ku rasakan.

Keduanya heran. Terdiam melihat ekspresi ku yang berubah begitu mendadak.

"Kok malah diam, sayang. Hmmm,,, ayo berangkat"

"Horeee,,," keduanya pun bersorak gembira.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
13 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status