Share

2. Buket Salah alamat

last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-27 16:39:15

Tiara diam membeku di tempatnya berdiri. Ia tidak berani membalas tatapan Daniel yang begitu dingin. Suasana ruangan yang sebelumnya tidak pernah secanggung ini, membuat Tiara ingin segera meninggalkan ruangan itu.

“Apakah aku membayarmu hanya untuk duduk diam menatap buket-buket itu?”sindir Daniel. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia katakan, tapi melihat wajah datar Tiara yang sama sekali tidak terlihat bahagia karena buket-buket kirimannya, membuat Daniel  mengatakan sebaliknya.

Tiara menunduk, melihat ujung pantofelnya yang tingginya hanya tiga sentimeter.

“Sepatu kamu rusak?”

“Tidak, Pak.”

“Mereka lebih menarik daripada aku?”

Tiara mau tidak mau mengangkat wajahnya dan mulai menatap wajah sang atasan yang tampak menahan kesal entah pada siapa. Tiara tidak tertarik untuk tahu.

“Kamu sudah membaca tulisan di buket itu?”

Ingin rasanya Tiara menggeleng, tapi sayangnya ia justru menganggukkan kepalanya.

“Lalu?”

Tiara memandang Daniel dengan perasaan sebal. ‘Dia seharusnya tahu jika itu salah!’ gumam Tiara dalam hati.

“Lalu?” Daniel mengulangi pertanyaannya. Berusaha sabar, menekan rasa ingin tahu yang sangat besar.

Tiara kembali diam. Ia tidak mengatakan apapun.

Daniel tersenyum smirk. Ada sesuatu yang melintas di benaknya yang mendadak membuatnya merasa di atas angin. “Kamu tahu, diam tidak selamanya emas. Diam sering diartikan sebagai persetujuan atas suatu usul atau permintaan, karena biasanya, yang bersangkutan malu untuk mengutarakan pendapatnya atau memberi jawaban atas suatu permintaan.”

Deg. Tiara disadarkan sesuatu, dan itu tidak boleh terjadi. Ia harus menolak dan sampai kapan pun tidak akan mengabulkan permintaan itu.

“So?” Senyum Daniel semakin lebar melihat sikap spontan Tiara yang langsung mengangkat kepalanya. Rasa puas  jelas terlihat di wajah pria dengan tinggi seratus delapan puluh senti itu. Sangat jelas, hingga membuat Tiara ketakutan sendiri.

“Maaf, Pak. Saya tidak bisa. Ada hati yang harus saya jaga,” jawab Tiara penuh kebohongan. Menjaga hati siapa? Kekasih saja ia tidak punya, boro-boro calon suami.

“Benarkah?” Daniel menyangsikan jawaban Tiara. Ia sangat tahu kehidupan Tiara selama menjadi asisten pribadinya. Gadis itu tidak punya kekasih. Malam minggu yang biasanya digunakan untuk berkencan, sering kali dilewatkan Tiara dengan membaca buku atau sekedar menonton film di rumahnya, jika tidak menemaninya rapat atau bertemu klien.

Tiara mengangguk mantab, meski itu semua hanya khayalan ciptaannya saja. Ia sudah bertekad untuk bersandiwara demi menggagalkan rencana sang atasan untuk meminangnya menjadi istri pengganti sang mantan istri.

Raut wajah Daniel langsung berubah. Kekecewaan kini menggelayuti wajahnya. Bukan jawaban itu yang membuatnya kecewa tapi karena Tiara sudah berani berbohong padanya. Ya. Untuk pertama kalinya, Tiara berbohong padanya.

“Kamu sudah berani berbohong padaku, rupanya.”

Tiara diam sesaat, lalu menggeleng. “Saya mengatakan yang sebenarnya, Pak.”

“Jangan pernah mengatakan hal yang tidak-tidak. Aku tahu semua tentangmu, Tiara,” tandas Daniel dengan nada penuh penekanan.

Tiara tersenyum. “Bapak hanya mengetahui kulit saya saja. Saya tidak sebaik yang Bapak kira. Saya adalah gadis jahat, yang penuh tipu muslihat. Jadi, sangat tidak pantas untuk bersanding dengan seorang Daniel White, yang begitu tampan sekaligus cerdas.”

“Kamu salah! Sangat salah! Kamu yang terbaik.” Daniel mengucap kalimat itu dengan tegas dan dengan keyakinan penuh.

Tiara menggelengkan kepalanya, lalu terkekeh menertawakan ucapan Daniel yang sangat ngawur menurutnya.

“Tidak, Pak. Ada wanita yang sangat pantas untuk Pak Daniel dan dia sudah ada di samping Pak Daniel selama ini. Dia, Bu Puspita. Puspita Anggraina. Istri sah Daniel White. Tidak ada yang lebih pantas berada di sisi Bapak, selain beliau.”

Adu mulut itu terus berlangsung, dan baru berhenti ketika suara ketukan terdengar begitu nyaring. “Daniel! Apakah kamu ada di dalam?”

Suara Puspita mengejutkan Tiara tapi tidak dengan Daniel. Pria itu menanggapi dengan dingin. Tidak terlihat sama sekali rasa bahagia menyambut kedatangan sang istri.

Tiara bergegas membuka pintu, lalu mempersilakan Puspita untuk masuk. “Silakan, Bu. Sudah ditunggu Pak Daniel sejak tadi.”

Daniel menggeram. Pernyataan Tiara sama sekali tidak benar. Wanita yang ia selalu nantikan adalah Tiara, bukan lagi Puspita.

“Benarkah?” Senyum Puspita terbit tapi penuh kesangsian. Setelah dua bulan yang lalu dirinya menerima talak dari Daniel, ia tidak pernah lagi bertemu dengan Daniel. Suaminya itu selalu saja menghindar. Selalu saja mengatakan jika dia sudah tidak punya lagi kepentingan dengan dirnya.

“Saya permisi dulu, Bu.” Tiara melangkah cepat.

“Tunggu dulu!” seru Puspita mengagetkan Tiara.

“Ya? Ada yang Ibu perlukan?”

Puspita tersenyum penuh misteri. Ia menghampiri Tiara lalu menatap tajam Tiara. “Ada banyak buket bunga yang begitu cantik di meja kerjamu. Apakah kamu akan segera melepas masa lajangmu? Siapa laki-laki yang beruntung itu?"

Tiara merasakan pertanyaan itu mengandung sindiran.  Bukan pertanyaan yang tulus.

“Oh, itu. Buket-buket itu salah alamat, Bu. Orang yang dimaksud bukan saya. Kebetulan nama penerima sama dengan nama saya,” kilah Tiara.

“Betulkah?” Puspita pesimis. Merasakan aura yang tidak bersahabat di ruangan Daniel, ia tidak sependapat dengan Tiara. Sepertinya, kecurigaannya benar.

Tidak ingin terlibat pembicaraan terlalu dalam, Tiara kembali berpamitan dan sesegera mungkin meninggalkan ruangan atasannya.

Ruangan itu menjadi hening sepeninggal Tiara.

“Apa yang membuatmu berani datang kemari?” tanya Daniel tanpa menatap Puspita. Seluruh rasa cinta, sayang dan kagum pada wanita itu, sudah tidak ada lagi, meski hanya seujung kuku jari kelingking kakinya.

Puspita tidak menjawab. Ia melangkah menuju sofa berwarna krem lalu mendudukkan dirinya tanpa seijin Daniel. Ia menyapu pandangannya ke seluruh bagian ruang yang beberapa tahun lalu sering ia datangi dengan penuh semangat, napsu dan cinta.

Tatapannya lantas terpaku pada meja kerja Daniel. Ia diam sesaat. Hatinya mencelos, mencoba mengobati rasa sedih dan kecewa yang tiba-tiba datang menyergap. Foto pernikahan mereka yang dulu terpampang besar di dinding yang terletak tepat belakang meja Daniel, sudah tidak ada lagi. Frame-frame foto yang ukurannya lebih kecil, yang terletak di atas buket di bawah foto pernikahan pun sudah tidak terlihat lagi.

Benarkah semua itu hanya tinggal kenangan? Benarkah pernikahannya sudah tidak dapat diselamatkan?

“Aku ada pertemuan dengan klien satu jam lagi. Jika tidak ada hal penting yang ingin kamu sampaikan, silakan keluar dari ruangan ini.”

Puspita terkekeh. Ia mengusap ke dua sudut netranya yang sudah penuh dengan gumpalan air mata, dengan tisu yang sejak tadi sudah ada dalam genggamannya.

“Aku tahu. Aku hanya mampir sebentar. Berharap dirimu masih memberi kesempatan untuk kita memulai semua dari awal.” Ucapan Puspita terdengar sungguh-sungguh.

“Itu dulu. Dan kesempatan itu sudah hilang. Kita sama-sama menunggu surat keputusan hakim untuk keabsahan perceraian kita. Kemudian, kita harus kembali ke kehidupan masing-masing. Aku dengan kehidupanku, dan kamu, kamu  dengan kehidupanmu bersama teman-temanmu.”

Entah itu kalimat perpisahan atau sekedar sindiran yang diberkan Daniel kepada Puspita.  Namun yang jelas, Daniel benar-benar sudah tidak ingin bertemu lagi dengan Puspita.

Suara ketukan kembali terdengar. Daniel tersenyum bahagia. Wajah  yang sudah menawan hatinya, menyembul dari daun pintu yang hanya terbuka seperempat bagian.

“Pak. Waktunya berangkat ke Restoran X.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suddenly Marry With The CEO   5. Nasihat David

    Tiara duduk membeku di samping Daniel yang menjalankan kuda besi berwarna hitam mengkilat sambil menahan rasa kesal."Tiara.""Ya, Pak David," jawab Tiara ramah.Daniel seketika melihat ke arah Tiara, melayangkan protesnya dalam diam karena Tiara menjawab panggilan David dengan begitu lembut."Apakah besok malam minggu kamu ada kencan?""Ada!" jawab Daniel secara reflek. Ia tidak akan pernah mengijinkan pria mana pun menghabiskan waktu bersama Tiara. Waktu Tiara hanya untuknya, tidak boleh dibagi dengan yang lain."Cih! Aku bertanya pada Tiara, bukan padamu!" "Memang kenyataannya begitu. Lebih baik aku memberitahumu lebih awal daripada kamu kecewa nantinya.""Bukannya malam minggu adalah waktu untukmu dan Puspita menghabiskan waktu bersama? Mengapa kamu justru pergi bersama Tiara?" David bersikap pura-pura bodoh. Sebenarnya, ia sudah tahu dari dulu jika Daniel sudah tidak lagi menyimpan perasaan pada Puspita. Cinta Daniel pada Puspita, istrinya sudah tidak ada lagi. Perasaan itu sud

  • Suddenly Marry With The CEO   4. Sepupu Tak Diundang

    “Mengingat apa?” Daniel mengulang pertanyaannya.“Ya mengingat saya adalah satu-satunya wanita yang selalu berada di dekat Pak Daniel, yang menghabiskan waktu lebih lama dari siapapun. Bahkan mungkin, saya lebih lama menghabiskan waktu bersama Bapak dibandingkan Bu Puspita sendiri.”Daniel menjentikkan jarinya. “Tepat sekali! Akhirnya kamu paham mengapa saya mengirimkan buket-buket itu kepadamu.”“Tapi, Pak Daniel. Itu tidak benar. Sangat tidak benar. Lagipula, berita tadi – Itu tidak benar’ kan, Pak? Saya hanya-Maksud saya, saya masih tidak percaya dengan kabar yang baru saja saya baca.”“Bukankah kamu sudah membaca sendiri pesan dari pengacaraku barusan?”Tiara mengangguk. “Tapi-Hubungan Pak Daniel dan Ibu sangat romantis. Tidak mungkin-…”“Tidak mungkin apa? Tidak mungkin bercerai maksudmu?” Daniel lantas tertawa, seakan menertawakan kenaifan Tiara.“Tiara. Apa kamu lupa, bahwa dunia ini adalah panggung sandiwara? Dunia ini penuh dengan tipu muslihat. Jangan lupa, semua bisa saj

  • Suddenly Marry With The CEO   3. Sepasang Kekasih

    Mobil Daniel melesat jauh meninggalkan mobil Puspita yang baru keluar dari parkir basement gedung kantornya. Tiara duduk di samping sopir, tidak seperti biasanya.“Aku tahu mengapa kamu melakukan itu, tapi sekarang, aku memerintahmu untuk pindah ke belakang!” Perintah Daniel sangat jelas di dengar supir pribadinya. Pria berusia empat puluh tahun itu segera menepikan mobil itu, menunggu Tiara pindah ke belakang. Namun, Tiara bergeming.“Mbak…”Dengan setengah berbisik, Budi mengingatkan Tiara akan perintah Daniel.Tiara menghembuskan napasnya dengan berat. Dengan berat hati, ia pindah ke belakang, duduk di samping Daniel.“Seharusnya dari awal kamu duduk di situ.”Tiara menghiraukan ucapan Daniel. Ia justru menatap ke luar lewat jendela di sebelah kirinya. Daniel berdeham, dan seketika turun sekat yang membatasi antara supir dan penumpang. Budi sangat paham dengan arti di balik dehaman Daniel.“Jika pembicaraan nanti berjalan begitu alot, maka kamu tahu yang harus kamu lakukan, bukan?”

  • Suddenly Marry With The CEO   2. Buket Salah alamat

    Tiara diam membeku di tempatnya berdiri. Ia tidak berani membalas tatapan Daniel yang begitu dingin. Suasana ruangan yang sebelumnya tidak pernah secanggung ini, membuat Tiara ingin segera meninggalkan ruangan itu.“Apakah aku membayarmu hanya untuk duduk diam menatap buket-buket itu?”sindir Daniel. Sebenarnya bukan itu yang ingin ia katakan, tapi melihat wajah datar Tiara yang sama sekali tidak terlihat bahagia karena buket-buket kirimannya, membuat Daniel mengatakan sebaliknya.Tiara menunduk, melihat ujung pantofelnya yang tingginya hanya tiga sentimeter.“Sepatu kamu rusak?”“Tidak, Pak.”“Mereka lebih menarik daripada aku?”Tiara mau tidak mau mengangkat wajahnya dan mulai menatap wajah sang atasan yang tampak menahan kesal entah pada siapa. Tiara tidak tertarik untuk tahu.“Kamu sudah membaca tulisan di buket itu?”Ingin rasanya Tiara menggeleng, tapi sayangnya ia justru menganggukkan kepalanya.“Lalu?”Tiara memandang Daniel dengan perasaan sebal. ‘Dia seharusnya tahu jika itu

  • Suddenly Marry With The CEO   1. Buket Bunga

    Tiara menatap nanar buket bunga yang ia terima ketiga kalinya hari ini. Buket bunga mawar berwarna merah ikut memenuhi meja kerjanya, setelah sebelumnya datang buket bunga anggrek bulan dan bunga lily. Bukan rasa bahagia yang ia rasakan, melainkan rasa geram dan kesal.Kata-kata yang tertulis di kartu ucapan, meskipun hanya beberapa baris, tapi cukup membuat Tiara merasa malu. “Menikahlah denganku.”Ya. Tiara menjadi wanita idaman lain, atasannya sendiri. Daniel White, CEO Andromeda Grup. Pria berusia tiga puluh tahun itu, berdarah campuran Indonesia-Kanada, jatuh cinta pada asisten pribadinya sendiri. Rasa yang menurut Tiara salah sasaran karena Daniel masih menyandang status sebagai suami dari seorang Puspita Anggraina, seorang desainer terkenal.Tiara tidak tahu, jika Daniel sudah menjatuhkan talak pada Puspita dua bulan yang lalu dan telah mendaftarkan gugatan cerainya ke pengadilan, setelah usahanya untuk mempertahankan rumah tangganya, tidak berhasil.Rasa cinta Daniel mengu

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status