Home / Romansa / TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN / Bab 5. Pernyataan Cinta

Share

Bab 5. Pernyataan Cinta

last update Huling Na-update: 2025-09-16 00:49:44

Kiara duduk di atas ranjang, memandang Giselle dengan sangat serius dan penuh rasa penasaran.

Ia sudah tidak sabar ingin mengetahui cerita tentang kebersamaan sahabatnya dengan Axel tadi.

“Gimana tadi? Ayo dong cerita sama aku, tentang kebersamaanmu sama om-om itu. Terus kalian pergi kemana aja? Apa dia mau tanggung jawab tentang kejadian malam itu atau tidak?” Sederek pertanyaan telah keluar dari bibir Kiara.

“Huh, kebiasaan banget sih, coba kalau tanya itu satu-satu!” kesal Giselle, yang diberondong dengan sejumlah pertanyaan oleh Kiara.

“Oke, kalian tadi pergi kemana?” tanya Kiara dengan gaya kemayu.

“Cuma makan di restoran dan nggak kemana-mana," jawab Giselle, sambil senyum-senyum.

“Terus dia ngomong apa? Apa dia mau tanggung jawab atas apa yang dilakukannya?” tanya Kiara, yang begitu kepo-nya.

“Aku belum sempat ngebahas soal itu, otak ku tiba-tiba ngeblank, saat dia mengatakan cinta dan dia bilang suka sama aku, sejak pertama kali lihat aku di klub malam kemarin," jawab Giselle menjelaskan.

Mata Kiara membulat sempurna, sedangkan mulutnya menganga lebar, setelah mendengar penjelasan sahabatnya.

Ia tidak menyangka kalau pria yang membuat sahabatnya gelisah sepanjang waktu ternyata memiliki perasaan lebih.

“Tutup mulutmu, nanti ada lalat masuk!” ucap Giselle, sambil menutup mulut Kiara.

Hal itu membuat Kiara tersadar dan langsung menyingkirkan tangan Giselle dari mulutnya.

“Sorry, aku kaget banget, tapi apa ini artinya dia masih single sehingga tertarik sama kamu?” tanya Kiara, yang memicingkan matanya penuh rasa penasaran.

“Kayaknya kalau gak duren ya bujang lapuk. Habis aku tanya jawabannya ngambang nggak jelas gitu, tapi kalau seandainya dia punya istri atau pacar gak mungkin kan dia bilang suka dan ingin dekat sama aku?” Giselle masih berusaha berpikir positif tentang Axel.

Kiara mengangguk pelan. “Masuk akal sih, tapi kamu udah jawab perasaan dia belum?”

“Belum.”

“Bagus, pastikan dulu kalau dia belum menjadi milik siapa-siapa.”

Sebagai sahabat Kiara merasa takut kalau sahabatnya itu hanya dipermainkan oleh pria yang baru dikenalnya.

“Ya, tapi bagaimana sama dia yang sudah obok-obok aku?”

“Ah, iya juga.”

Keduanya saling terdiam memikirkan semua itu, tapi Giselle yang memang pada dasarnya pecinta pria dewasa tak ambil pusing dengan status Axel.

***

Axel baru saja selesai meeting bersama David dan sekarang ini mereka sedang berjalan menuju ruang kerja.

Namun sesampainya di ruang kerjanya, Axel melihat ada Alina duduk di sofa panjang dan sebuah paperbag di atas meja.

Alina tersenyum, saat melihat Axel dan David muncul dari luar, tapi ia tidak bergeming dari duduknya.

“Sayang, kenapa datang kesini nggak hubungi aku dulu?” tanya Axel, yang sudah ada didekat Alina dan duduk disampingnya.

“Aku cuma mau nganterin makan siang aja kok, nggak ganggu kerjaan kamu.” jawab Alina, yang mengambil paperbag di atas meja.

“Seharusnya kamu gak usah repot-repot nganter makanan, aku sebentar lagi ada meeting di luar.”

“Aku sama sekali nggak repot, sekarang makan siang lah dulu sebelum berangkat meeting.”

“Oke, sayang.”

Alina mengeluarkan semua makanan yang ada di paperbag dan menata rapi di atas meja.

“David, ayo ikut makan. 10 menit lagi kita meeting di luar!” ajak Axel, yang memandang asisten pribadinya.

David yang berdiri tidak jauh dari mereka merasa bingung dengan apa yang dikatakan Axel, karena setahunya, tidak ada meeting lagi setelah ini. Namun ia tidak ingin menanyakan pada atasannya tentang hal tersebut.

‘Pasti Tuan mau ketemu sama Nona Giselle, mangkanya alasan seperti itu biar Nyonya cepet pulang,’ batin David, yang sudah dapat memprediksi kelakuan Axel.

“Kenapa diam? Cepat duduk dan nggak usah banyak pikir!” titah axel, yang melihat David tidak bergerak dari tempatnya.

David pun akhirnya menganggukkan kepalanya. Ia duduk di sofa tunggal dan ikut makan bersama mereka.

Selesai makan, Axel berpamitan meeting pada Alina. “Sayang, maaf. Aku nggak bisa nganter kamu pulang.”

“Ya, nggak apa-apa, Mas. Semoga meeting kamu sukses.” Alina mengusap-usap bahu suaminya berusaha memberikan semangat.

“Aamiin.”

Axel mengecup kening Alina, kemudian melangkah keluar diikuti oleh David dari belakang.

Kini mereka sudah ada di jalan dan David hanya menjalankan mobilnya tanpa arah dan tujuan.

“Tuan, kita tidak ada meeting lagi, jadi Anda mau kemana, sampai Anda harus berbohong pada Nyonya?” tanya Axel, sambil mengemudikan mobilnya.

“Kita ke sekolah Giselle, semoga aja dia belum pulang.”

“Sudah kuduga,” gumam David, yang masih bisa didengar oleh Axel.

“Nggak usah menduga-duga, aku harus lebih giat mendekatinya.”

“Memangnya kenapa? Apa pertemuan kemarin tidak berhasil?” ledek David.

“Berhasil, tapi dia belum mau menjadi kekasihku dan kalau dia nggak bisa jadi kekasihku mana mungkin aku bisa memiliki keturunan bersamanya.”

David tersenyum dan melirik Axel sebentar. “Sepertinya pesona Anda sudah mulai luntur dan kayaknya Anda harus berusaha lebih keras buat mendapatkan apa yang Anda inginkan.”

“Nggak usah meledekku seperti itu, aku pastikan dia jatuh dalam pelukanku!" ketus Axel.

“Oke, kita lihat saja nanti," sahut David, santai.

Axel menarik nafasnya dan membuangnya kasar, merasa kesal pada David, yang terus saja meledeknya.

Tidak terasa David menghentikan mobilnya tepat di depan pintu gerbang sekolah. Axel memandang semua murid SMA itu keluar dari pintu gerbang sekolah, tapi tidak ada Giselle diantara Mereka.

“Mana dia? Kenapa belum keluar? Apa mungkin dia sudah pulang duluan?” gumam Axel, yang terus saja menatap pintu gerbang sekolah.

“Sabar, Tuan. Mungkin dia masih berada di kelas," sahut David, yang masih mendengar gumaman Axel.

“Semoga aja gitu.”

Sepuluh menit kemudian, barulah Giselle muncul bersama Kiara sambil bercanda . Axel tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan segera keluar dari mobilnya, menghampiri mereka berdua.

“Hai, udah mau pulang ya?” tanya Axel, yang telah menyapa mereka berdua.

“Iya,” jawab Giselle dan Kiara secara bersamaan.

“Gis, kita jalan-jalan sebentar yuk,” ajak Axel, yang sudah menggandeng tangan Giselle.

“Kemana?”

“Terserah kamu, pokoknya aku pengen jalan sama kamu.”

“Oke.”

Axel tersenyum tipis, saat Giselle tidak menolak ajakannya dan ia akan memanfaatkan ini buat meluluhkan hatinya.

“Ki, aku pergi dulu ya," pamit Giselle.

Kiara mengangguk pelan, kemudian berbisik di telinga Giselle. “Hati-hati, cari tau apakah dia sudah punya gebetan atau belum.”

“Hemmm ….”

Kini keduanya sudah masuk dalam mobil dan David telah menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

“Kamu mau kemana?” tanya Axel, sambil membelai rambut Giselle.

“Makan dulu bisa tidak?”

“Emmm … gimana kalau kita ke apartemen aja? Aku mau masakin makanan kesukaanmu?”

“Om bisa masak?” tanya Giselle, yang telah memandang Axel dengan mata berbinar.

“Bisa dong.”

“Oke deh, masak di apartemen Om aja. Aku mau cicipi masakan Om, tapi awas ya kalau gak enak!” ancam Giselle, sambil tersenyum lebar.

Axel tersenyum sambil mengacak rambut Giselle. “Dijamin kamu pasti ketagihan!”

Giselle memasang wajah tak yakin dengan apa yang dikatakan Axel dan ia perlu membuktikannya.

Axel mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada seseorang supaya menyiapkan bahan masakan yang lengkap dan dalam waktu singkat.

David yang dari tadi menyetir mobilnya sesekali memandang mereka dari kaca spion yang ada di atasnya. Ia tersenyum melihat Axel berusaha keras supaya Giselle merasa dicintai.

Tidak butuh waktu lama mereka sudah sampai di apartemen dan orang suruhannya juga sudah menyiapkan semua yang diinginkan Axel.

“David, kamu kembalilah ke kantor!" titah Axel.

“Baik, Tuan.”

Setelah kepergian David, Axel pun mulai membuka jasnya dan menggulung lengan kemejanya. Ia melangkah menuju dapur diikuti Giselle dibelakangnya.

“Baby, duduklah di kursi meja makan, sambil lihatin aku masak.” Axel menyeret kursi meja makan agar Giselle segera duduk.

Giselle hanya terdiam memandang Axel, hanya karena dirinya dipanggil baby.

“Beb, kenapa menatapku seperti itu?” tanya Axel, yang telah menyipitkan matanya.

“Kenapa memanggilku baby?”

Axel melangkah pelan lebih mendekat pada Giselle, kemudian melingkarkan kedua tangannya di pinggang.

“Itu karena aku mencintaimu dan aku ingin kamu menjadi pacarku," bisik Axel ditelinga Giselle.

Kini kedua mata mereka saling bertemu, membuat jantung Giselle berdegup kencang dan tidak dapat lagi dikondisikan.

Cup!

Tanpa aba-aba, Axel mengecup bibir Giselle membuat matanya membulat sempurna, sedangkan pipinya sudah merah bak kepiting rebus, karena menahan malu.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 23 Menyusun Sandiwara

    Sepulang sekolah, Giselle langsung pergi ke apartemen milik Axel dan tidak memintanya untuk menjemputnya. Disanalah ia baru memintanya agar segera datang menemuinya.Sambil menunggu Axel datang, Giselle terus saja kepikiran tentang perkataan Kiara. Awalnya ia tidak mau mengambil pusing tentang hal itu, tapi lama-lama menganggu pikirannya dan akhirnya memutuskan buat menanyakan siapa wanita yang dilihat Kiara di mall kemarin.Lima belas menit kemudian, pintu apartemen telah terbuka, tampaklah Axel masuk dengan bibir yang menyunggingkan senyum manisnya memandang Giselle yang sedang duduk di sofa.“Baby, kamu kenapa tumben banget nggak mau di jemput dan pengen aku datang kesini?” tanya Axel, yang telah membelai lembut kepala Giselle.“Maaf, aku telah menganggu pekerjaanmu, tapi ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padamu dan ini penting supaya aku tidak kepikiran.”Axel mengerutkan keningnya menatap Giselle, sambil d

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 22. Takut Kehilangan

    Di dalam kelas, sambil menunggu guru masuk dalam ruangan, mereka semua ngobrol bersama teman-temannya masing-masing, termasuk Giselle dan Kiara.Mereka berdua ngobrol dengan santai, sampai akhirnya Kiara mengingat sesuatu yang dilihatnya kemarin sore saat berada di mall.Sesaat ia ragu untuk mengatakan semua itu, tapi sebagai sahabat ia tidak bisa diam saja.“Oh, iya. Kamu kan udah pacaran sama Om Axel nih, apa kamu pernah dikenalkan sama keluarganya atau kakaknya gitu?” tanya Kiara, yang menyipitkan matanya penuh selidik.Giselle merasa aneh karena tiba-tiba saja sahabatnya itu menanyakan hal tersebut padanya. “Memangnya kenapa?”“Nggak ada apa-apa, cuma penasaran aja,” jawab Kiara yang tersenyum tipis.“Aku memang belum pernah diperkenalkan sama orang tuanya, tapi dia pernah bilang anak tunggal.” Kiara mengangguk pelan dan kembali merasa ragu untuk memberitahu kalau kemarin sore diri

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 21. Akal Bulus Axel

    Kali ini Axel tidak menyetir mobilnya sendiri, sehingga ia bisa leluasa memeluk Giselle yang tengah menyandarkan kepalanya di bahunya.“Baby, maaf kalau hari ini kita hanya bisa makan siang dan tidak bisa menghabiskan waktu bersama seperti biasanya, soalnya Papa aku memintaku segera pulang. Katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan,” ucap Axel, yang membelai lembut kepala Giselle.“Tidak apa-apa, Sayang. Aku juga pengen istirahat, rasanya badanku capek semua setelah pulang dari bandung kemarin,” jawab Giselle, yang semakin mengeratkan pelukannya.“Oke, kita makan siang dulu setelah itu kamu pulang dan istirahat.”“Ya.”Kali ini Axel berbohong dengan Giselle, karena akan cepat pulang supaya bisa mematahkan kecurigaan dan dugaan Alina tentang  perselingkuhannya.Dengan demikian Alina berhenti mencurigainya dan hubungannya dengan Giselle tetap aman. Bukan karena ia takut kehilangan A

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 20. Mulai Mengetahui

    Setelah kepergian David, Alina kembali ke kamarnya. Meskipun ia merasa sakit hati atas kabar perselingkuhan suaminya, tapi ia masih menyiapkan baju ganti buat suaminya seperti biasanya.Sepuluh menit kemudian, Axel keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.“Mas, kamu malam ini mau makan apa?” tanya Alina, duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamarnya.“Aku ikut apa yang kamu inginkan,” jawab Axel, sambil memakai bajunya.Alina mengangguk dan tidak berbicara apapun lagi, ia masih berpikir bagaimana caranya mengetahui wanita simpanan suaminya itu.‘Oke, daripada pusing-pusing mendingan aku ikuti saja kemanapun dia pergi. Setelah aku tau siapa dia, awas aja. Bakal aku labrak tuh anak ingusan yang berani-beraninya menggoda suamiku!’ batin Alina dengan tekad yang kuat, sedangkan kedua tangannya mengepal.Selesai ganti baju, Axel menghampiri Alina dan duduk disampi

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 19. Cepat Atau Lambat Aku Pasti Mengetahui

    Memikirkan apa yang dikatakan teman-teman arisannya, membuat Alina merasa kecewa. Suami yang dibanggakan dan dicintai kini dibicarakan oleh banyak orang, karena hubungannya dengan seorang gadis remaja.“Apa aku cari informasi dari David aja ya, tentang semua kebenaran ini? Eh, tapi kalaupun dia tau pasti tidak akan membocorkannya padaku dan aku yakin itu,” gumam Alina bimbang.Sebelumnya ia tidak pernah membayangkan kalau suaminya akan mengkhianati cintanya dan mencari wanita lain. Namun kini ia mendapatkan kabar kalau suaminya memiliki wanita idaman lain.Sebagai wanita ia paham kalau dirinya bukanlah wanita yang sempurna, karena belum bisa memberikan keturunan, tapi ia juga tidak mau diselingkuhi seperti ini. “Aku harus cari tau siapa wanita simpanannya. Setelah itu, baru aku akan pikirkan langkah selanjutnya,” gumam Alina dengan mengepalkan tangannya menahan amarahnya.Ia turun dari ranjang dan mencari sesuatu

  • TERJEBAK CINTA DALAM KEBOHONGAN    Bab 18. Mendengar Kabar Axel Selingkuh

    Di dalam mobil, Raka sibuk membaca koran, sambil menunggu Giselle pulang sekolah, namun kegiatan itu terhenti saat ponselnya berbunyi.Ia segera mengambilnya dan melihat siapa yang menghubunginya. Ia tersenyum, ketika mengetahui kalau ibunya lah yang menghubunginya. Dengan segera ia pun mengangkatnya.“Halo, Ibu. Ada apa?” tanya Raka, setelah berhasil mengangkat teleponnya.“Halo, Raka. Kau lihat ini!” ucap laki-laki yang menelponnya memakai ponsel ibunya dan mengalihkan panggilannya menjadi video call.Dengan cepat Raka menerima peralihan dari panggilan suara menjadi video call. Ia terkejut dengan mata membulat sempurna, melihat ibu dan adiknya disekap di gudang belakang rumahnya dengan tangan terikat ke belakang.“Hai, kalian siapa? Lepaskan ibu dan adikku!” teriak Raka.“Kalau kau mau mereka berdua selamat, temui aku disini!” kata pria bertopeng itu.“Oke, aku kesana sekarang juga da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status