Raja menunggu Adelia turun ke meja makan, tapi gadis itu masih tidak menampakkan batang hidungnya sama sekali sedangkan Yola, Abimanyu dan Raja sudah berkumpul untuk makan malam.
"Dimana Raden dan Adelia?" Tanya Abimanyu yang mulai tidak sabar sembari melihat jam tangannya. "Raja, apa kamu sudah memanggil mereka?" Tanya Yola yang juga sudah lapar. "Maaf, Tuan ... Nyonya ... Tuan Muda sedang keluar dan Nona Muda, saya sudah memanggilnya tadi. Tapi saya juga tidak tau kenapa Nona belum turun juga. Saya akan panggil lagi," ujar Raja kesal. "Hmm!" Gumam Abimanyu. Dengan sangat terpaksa, Raja kembali ke kamar Adelia dan mengetuk pintu kamar Adelia dengan sedikit kuat. Mendengar suara berisik yang mengganggu waktu belajarnya, Adelia langsung membuka pintu kamarnya dengan wajah masam. "Ada apa?" Adelia bertanya dengan nada ketus untuk pertama kali. "Ayo pergi ke meja makan sekarang. Semua orang menunggu anda. Mereka tidak bisa makan karena harus menunggu anda." Dengan tegas Raja membuat Adelia terdiam. "Ah, maaf untuk itu. Saya kira kalian sudah mulai makan. Saya sedang banyak tugas yang sulit untuk dikerjakan. Jadi saya rasa, saya akan makan malam setelah tugas saya selesai," jawab Adelia malu dan merasa bersalah. "Tidak ada alasan. Setelah anda membuat kami kelaparan, sekarang anda juga tidak ingin pergi?" Sinis Raja menahan amarah yang mulai menyeruak. Adelia sangat takut melihat sosok Raja yang seperti ini. Adelia menundukkan kepalanya dan membuat Raja berubah menjadi kasihan padanya. Raja mempersilahkan Adelia jalan lebih dulu di depan Raja. "Adel, kamu kok lama banget sih keluarnya? Kita uda lama loh nunggu kamu. Ayo duduk," ujar Yola yang sebenarnya juga kesal. Mereka memang terbiasa hidup disiplin dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam saat apapun dan yang bertugas mengontrol mereka adalah Raja. "Maaf, Ma ... Pa ...." Adelia duduk di hadapan Yola dan pada saat itu Raja meminta para pelayan untuk mulai menghidangkan makan malam untuk mereka. Abimanyu agak sedikit pendiam, dan lebih suka langsung melakukan pekerjaannya jadi wajar saja jika Abimanyu tidak memiliki banyak dialog. Dan hal itu yang membuat semua orang segan padanya. Setelah acara makan malam bersama, seperti biasa mereka akan mulai berbincang santai. Entah itu mengenai bisnis atau hal lain. "Apa kamu punya kesulitan selama berada di sini, Adel?" Tanya Abimanyu tanpa menoleh. "Tidak, Pa. Tidak ada," jawab Adelia terbatah-batah. "Hmm, bagus. Katakan apa yang kamu butuhkan pada kami. Kami akan segera mengurusnya. Bagaimana dengan Raden? Apa dia pernah mengancam atau memarahimu?" Sambung Abimanyu bertanya sedang Yola masih menikmati pudingnya. "Tidak, Pa. Baik, terima kasih." Rasanya jantung Adelia seakan ingin copot saat Abimanyu bertanya atau lebih tepatnya mengintrogasinya. "Lalu, apa yang tadi sedang kamu kerjakan sampai kamu terlambat turun, Del?" Tanya Yola dengan nada santai agar suasana tidak bertambah canggung. "Adel tadi ngerjain tugas yang cukup sulit, Ma. Jadi Adel pikir, Adel akan menyelesaikan soal itu baru pergi makan malam. Tadi Adel kira yang lain sudah makan malam. Adel tidak tau jika semuanya menunggu. Sekali lagi Adel minta maaf, Pa ... Ma ...." "Jangan diulangi lagi ya, Sayang. Kamu harus menghargai waktu orang lain. Tugas sekolah apa yang sulit untuk kamu kerjakan? Apa sudah selesai?" Sambung Yola lagi sembari menyuapi Abimanyu puding yang tadi Yola makan. Sangat romantis! "Hmm, pelajaran ekonomi, Ma. Adel kurang paham mengenai jumlah perhitungan mata uang dunia." "Bagaimana, Pa? Papa tau?" Yola bertanya pada suaminya, tapi Abimanyu hanya menggelengkan kepalanya malas sebagai jawaban. Bukan Abimanyu tidak tau, tapi Abimanyu terlalu malas saat ini dan Abimanyu hanya ingin bermanja pada Yola. "Mama juga tidak paham kalau soal begitu, Del. Mama cuman bisa ngabisin uang Papa soalnya," jawab Yola bercanda tapi tidak ada orang yang tertawa. "Tidak apa-apa, Ma. Nanti Adel akan coba tanya sama teman-teman Adel," ujar Adelia kemudian menegak habis air minumnya. "Kalau begitu, Raja kamu tolong ajarin Adel." Yola memberi perintah pada Raja yang sejak tadi tidak mengeluarkan suara. "Tapi saya, setelah ini ada ...." Ucapan Raja terhenti saat Yola menegaskan perintahnya. "Adel ambil buku kamu, pergi belajar di ruang tamu sama Raja." "Baik, Ma." Dengan cepat Adelia pergi ke kamarnya dan kembali lagi dengan membawa tas sekolahnya yang baru saja mereka beli karena Yola memaksa Adelia untuk memakainya. Dengan sabar Raja mengajari Adelia hingga Adelia berhasil menyelesaikan tugasnya. Adelia tidak tau sejak kapan mereka mulai dekat dan tidak begitu canggung. Bahkan rasanya Adelia lebih dekat dengan Raja dari pada suaminya. Bukan sebagai pasangan, tetapi sebagai kakak dan adik. Adelia merupakan anak tunggal, jadi Adelia tidak pernah merasakan disayang oleh seorang kakak atau menyayangi seorang adik. "Terima kasih, Tuan." Adelia membereskan bukunya yang berserakan dan menyusunnya ke dalam tas. "Tidak perlu berterima kasih. Anda bisa memanggil saya jika anda butuh sesuatu," ujar Raja yang senang mengajari Adelia. "Terima kasih, bolehkah saya memanggil anda dengan sebutan 'kakak'? Itu pun jika anda tidak keberatan." Adelia mencoba memberanikan diri menatap mata Raja yang selalu membuatnya degdegan. "Boleh, silahkan jika anda bersedia bertanggung jawab jika Tuan dan Nyonya bertanya pada anda," ujar Raja berlalu setelah sebelumnya memberikan Adelia senyum perpisahan. Di tempat lain, tepatnya di salah satu hotel berbintang di Jakarta, Raden dan Stevani masih betah bertempur dalam ruangan yang gelap juga dingin. Mereka saling menyerang untuk memuaskan pasangan mereka saat ini dan sepertinya tidak ada yang ingin mengalah diantara mereka. "Aku pastikan, aku akan menang malam ini." Stevani mengambil alih permainan dan mencoba mendominasi Raden yang menatapnya dengan senyum dan juga menyeringai. "Kita lihat saja, berapa lama kamu akan bertahan," balas singkat Raden menikmati gerakan Stevani dengan nafas memburu. Dugaan Raden benar, Stevani sudah jatuh lemas saat dirinya mulai menyiksa Stevani dengan kenikmatan yang tidak dapat dijelaskan. Sejenak Raden dan Stevani tertidur setelah menghabiskan seluruh tenaga mereka untuk berperang. Namun sepertinya Raja tidak akan membiarkan Raden bersenang-senang terlalu lama. Raja terus menghubungi Raden hingga Raden terpaksa bangun untuk menjawab telepon. "Halo, ada apa sih? Mengganggu saja!" Kesal Raden masih dengan tubuh polosnya dan suara Raden sontak membuat Stevani bangun dan terkejut. "Saya beri anda waktu 10 menit sampai ke rumah atau saya pastikan anda akan kehilangan perusahaan anda." Ancam Raja dari seberang telepon. "Dasar sialan!" Umpat Raja yang langsung menutup panggilannya dan segera memungut pakaiannya serta segera pergi meninggalkan Stevani yang masih menatap Raden dengan wajah kaget.Raja mulai menikmati waktunya saat ini bersama Kania dengan saling menyalurkan hasrat yang sempat tertahan sebelumnya.Tanpa melepas panggutannya Raja mulai membuka kancing baju Kania satu persatu. Kania yang kaget hanya tersentak sejenak dan melepaskan panggutan mereka namun kembali menyesap menikmati manisnya bibir Raja sembari memejamkan mata.Selesai dengan pemanasan singkat, Raja membawa Kania masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya dari arah depan sedang Kania menyilangkan kakinya di punggung Raja untuk melanjutkan aktivitas halalnya.Raja membaringkan tubuh Kania dengan lembut ke atas ranjang dan mulai mengungkung Kania.Kania mulai bergetar geli saat bibir Raja berjalan dari dagunya ke leher lalu berhenti di atas gunung kembar milik Kania dan Raja bisa merasakan getaran tak biasa itu.Kania memejamkan mata sembari mwnggigit bibir bawahnya menikmati setiap sentuhan yang Raja berikan padanya.Tubuh Kania kini menggelinjang tegang dengan dada membusung saat tangan Raja dengan
"Yasudah, kamu tunggu disini. Aku akan segera kembali membawa makanan dan juga pakaian untukmu." Raja segera berlalu setelah memakai kembali pakaiannya dan meninggalkan Kania sendirian di dalam kamar hanya dengan handuk."Oke," singkat Kania membenarkan posisi handuknya.Kania tidak tahu harus memanggil Raja dengan sebutan apa sekarang karena sebelumnya Raja memarahinya karena masih menggunakan panggilan secara formal pada Raja.Sembari menunggu Raja datang, Kania keluar dari kamarnya masih dengan menggunakan handuk untuk melihat-lihat isi rumah yang tidak begitu besar tersebut."Apa yang kamu lakukan?" tanya Raja yang muncul tiba-tiba di belakang Kania dan mengejutkan Kania yang asik melihat-lihat lukisan yang terpajang di sekitar kamar."Ah itu, aku, aku cuman lihat-lihat aja kok." Kania yang kaget pun menjawab sembari tergagap."Ambil, ini pakaianmu. Aku akan menyiapkan makanan." Raja menyerahkan sebuah kantung tas berisi pakaian baru yang baru Raja beli di toko terdekat untuk Kani
Setelah acara doa selesai, Kania dan Raja menandatangi semua berkas dan juga buku nikah mereka yang diurus secara kilat dan express oleh anak buah Raja.Kini Raja dan Kania telah resmi menjadi sepasang suami dan istri. Dan orang tua Kania berarti juga akan menjadi orang tua Raja.Setelah semua acara selesai, Kania dan Raja serta Burhan dan Sulis berpisah karena Raja dengan terang-terangan ini berduaan dengan Kania."Bapak, Ibuk, anak buah Raja nanti akan bawa Bapak dan Ibuk ke rumah Raja yang baru. Di sana belum ada orang, jadi itu kesempatan untuk Bapak dan Ibuk untuk beradaptasi. Saya dan Kania akan berada di sini untuk malam ini dan akan menyusul besok. Oke?" Raja menjelaskan."Baiklah, Nak." Burhan dan Sulis menjawab sembari menahan tawa sedang Kania bersemu merah."Hati-hati ya, Pak, Buk." Kania mencium tangan kedua orang tuanya yang hendak berangkat.Anak buah Raja membawa Burhan dan Sulis ke Jakarta tepatnya di rumah baru Raja yang belum dihuni oleh siapapun.Sedang Raja kembal
"Hmm, kamu sangat polos atau bodoh? Atau, apakah kamu berpura-pura?"Raja menarik kedua tangan Kania ke pinggangnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir hangat Kania.Kania yang kaget juga takut, memaksa agar Raja melepaskan tangannya.Plakkk!Satu tamparan mendarat ke wajah dingin Raja dari Kania."Maaf!" Kania perlahan berjalan menjauh dan hendak kabur karena takut Raja akan berbuat tak senonoh padanya dan Kania tidak ingin hal itu terjadi."Pergilah, maka aku akan menyiksa keluargamu!" Kania terhenti saat mendengar ancaman Raja yang sangat menakutkan.Rasanya Raja yang saat ini sedang bersama dengan Kania bukanlah Raja yang biasa, Raja yang membuat Kania kagum padanya.Saat ini Kania telah kehilangan perasaan bangga dan takjubnya pada Raja dan berubah menjadi perasaan kesal dan juga takut."Jangan, aku mohon ...." Kania kembali dan memohon di bawah kaki Raja."Itu tergantung bagaimana perlakuanmu terhadapku!""Aku akan menuruti anda, tapi jangan dengan hal ini." Kania memelas de
Raja membawa Kania dan keluarganya ke sebuah tempat. Bukan mereka, tapi hanya Burhan dan Sulis.Raja meminta anak buahnya yang mengikuti mobilnya dari belakang agar membawa Burhan dan Sulis ke sebuah penginapan yang masih berada di sekitar Bandung sedang Raja membawa Kania ke tempat berbeda.Sedang anak buah Pak Darto pergi mendatangi rumah Pak Darto dan memberi kabar jika ada sebuah komplotan yang menyerang mereka dan menculik Kania serta keluarganya.Pak Darto yang murka setelah mendengar laporan anak buahnya mulai mengepalkan tinjunya, mengeraskan rahangnya dan memukuli anak buahnya."Dasar kalian bodoh! Gak becus! Cari sampai ketemu siapa orang yang berani membawa calon istriku! Siapa yang berani menantangku?" Pak Darto mengamuk dan menghancurkan barang-barang di rumahnya dan membuat kedua istrinya ketakutan.Pak Darto segera berganti pakaian untuk mendatangi rumah Kania dan mencari tahu apa yang telah terjadi beberapa jam yang lalu."Pasti pria sombong itu yang membawa calon istr
Clara menoleh ke arah terakhir kali Clara melihat Ameera dan Steve bermain. Clara kebingungan dan mulai berjalan mendekati ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki.Seketika kepanikan Clara menyerang saat tidak dapat menemukan Ameera dan Steve di sekitar odong-odong ataupun mereka.Clara berbalik dengan wajah paniknya dan membuat Niko juga panik."Sayang, anak-anak gak ada. Tadi mereka di sini." Clara menarik tangan Niko ke arah odong-odong yang tadi Ameera dan Steve naiki."Maksud kamu gak ada gimana, Sayang?" Niko bergegas menyisir pandangan untuk mencari Ameera dan Steve."Sayang, dimana mereka?""Ayo coba kita cari. Tenang, Sayang. Tolong tenang, jangan panik." Niko berusaha menemangkan Clara walau dirinya juga sebenarnya panik.Di sini, Niko dan Clara panik karena kehilangan Ameera dan Niko sedang di tempat lain, Raja sibuk dengan masalah Kania.Dari kejauhan Raja memantau Pak Darto dan anak buahnya mendatangi rumah Kania dengan membawa beberapa gaun dan juga perhiasa
Raja bingung mendengar Pak Darto yang sejak tadi terus memanggil Kania calon istrinya dan menatap Pak Darto dengan tajam."Kania? Apa kamu pulang kampung hanya untuk menikahi pria tua beristri ini?" Raja dengan santai menunjuk ke wajah Pak Darto dengan tangannya."Apa karena hutang itu? Kalau gitu katakan berapa hutang mereka, saya akan membayarnya!" "Tadinya saya kira anda pegawai bank, ternyata tidak. Ckk, kalau gitu anda siapa?" Pak Darto menuding Raja dengan jarinya."Ckk, hahahahh." Raja tertawa setelah melepar ke arah Pak Darto sebuah cek kosong dan menghinanya.Pak Darto sangat tersinggung dan marah saat Raja menghinanya namun Pak Darto semakin murka saat melihat kedua istrinya berjongkok dan hendak berebut cek yang Raja lemparkan."Berdiri! Hentikan! Kemarikan cek itu!" Pak Darto merampas ceknya dari salah satu istrinya dan merobeknya."Terserah saja, yang penting berarti hutang mereka lunas, 'kan?" Raja berjalan maju dan menarik kerah baju Pak Darto."Beraninya anda, orang a
Raja sudah berada di rumah Kania dan bertemu dengan orang tua dan adik perempuan Kania sedang Kania sedang pergi ke pasar terdekat.Keluarga Kania menyambut Raja dengan baik setelah Raja memperkenalkan diri sebagai bos Kania dan tujuan Raja datang ke rumah Kania tidak lain adalah ingin membantu membiayai pengobatan ayah Kania, Burhan.Kania yang baru pulang dari pasar bersama ibunya, Sulis merasa terkejut melihat mobil yang seperti Kania kenali berada di halaman rumahnya.Namun Kania mencoba tetap berpikir positive tentang hal itu dan bersikap biasa saja di hadapan ibunya."Mobil siapa ini ya, Nia?" Sulis bertanya pada Kania walau tidak menuntut Kania untuk menjawab."Kania gak tau, Buk. Yuk kita masuk dulu," ujar Kania santai.Mata Kania melotot kaget saat dirinya baru saja masuk ke dalam rumah dan melihat Raja di sana sedang mengobrol dengan ayahnya yang sedang sakit.Perasaan bingung, malu dan juga sedih bersatu dalam benak Kania. Tapi sebisa mungkin Kania harus mengatur perasaanny
Di tempat lain, Raja masih belum tidur sampai dini hari karena sibuk dengan laptopnya. Steve tidur dengan cepat tadi saat Raja memberinya susu hangat dan menidurkannya di ranjang kamarnya."Aku menemukanmu, Kania." Raja bermonolog dengan suara pelan saat layar laptopnya menunjukkan posisi Kania berada."Dia tidak menelpon aku ataupun Steve, apa dia merencanakan sesuatu?" Pikir Raja sembari mengusap wajah lelahnya."Aku akan mencoba mencari tau soal ini besok. Steve sudah nyaman dengan wanita ini, akan sulit bagi Steve untuk beradaptasi dengan pengasuh baru jika Kania tidak kembali dalam waktu dekat." Raja bermonolog lagi namun kali ini sembari menatap Steve yang tengah terlelap."Steve butuh Kania. Bukan aku yang butuh," ujar Steve lagi yang masih tidak ingin mengakui perasaannya.Setelah selesai dengan tugasnya, Raja membaringkan tubuhnya sejenak di samping Steve dan mengistirahatkan matanya yang terasa kering dan lelah karena harus bekerja sejak pagi.Pagi hari.Setelah Steve bangun