/ Romansa / Terbelenggu Takdir / 6. Penawaran Tak Terduga

공유

6. Penawaran Tak Terduga

작가: atriaskhaer
last update 최신 업데이트: 2022-04-03 22:55:08

Natya termenung di tempatnya. Ia menatap layar laptop dengan pandangan kosong, dan sempat membaca ulang email yang didapatnya. Bahkan gadis berusia 26 tahun itu tidak sadar bahwa mulutnya menganga sedari tadi.

“Nat? Halo? Kenapa?”                 

Suara Nita di seberang telepon berhasil menyadarkan Natya pada realita. Seketika Natya menjatuhkan diri di atas tempat tidurnya dengan pandangan memelas. “Meti gue, Nit.”

“Kenapa, sih?”

“Daksa. Cowok Vinder yang harusnya gue temui tapi salah orang itu … ternyata dia penulis Sashaka yang sejak tiga bulan lalu vakum.” pikiran Natya kini menerawang pada kejadian di depan lift kantornya. Ketika ia menyadari wajah pria dengan jas tersampir yang tampak tidak asing. “Ternyata itu Daksa. Pantesan gue ngerasa nggak asing. Jadi dia tadi sore ketemu seseorang di kantor gue …”

“Apa maksudnya, Nat? Gue masih nggak paham.” Nita bertanya dengan nada tidak sabaran.

“Bu Retno nyuruh gue buat nyari penulis itu dan ngebujuk dia supaya memperbarui kontrak dan nulis lagi. Ternyata penulis itu Daksa. Si cowok Vinder yang digantiin temennya.”

“Lo yakin? Nama Daksa ‘kan banyak.”

Natya terdiam setelah mendengar pertanyaan Nita yang masuk akal. Tapi berapa persen kemungkinan seseorang memiliki nama yang sama persis dan bisa diketahui oleh Natya di hari yang sama? Pun dua-duanya berkaitan dengannya.

“Gue yakin. Gue yakin mereka Daksa yang sama.” Natya kembali mendudukan diri di atas tempat tidurnya, dan memangku laptop dengan perasaan yakin. “Gue nggak boleh ketemu dia lagi.”

“APA? Kenapa?” Nita memekik dari seberang telepon.

“Kalau sampai Daksa tahu gue cewek Vinder yang ditemui temennya, mana mungkin dia bisa nganggep gue bekerja dengan profesional setelah ketemu dia lagi?”

“Pikiran lo kejauhan. Kenapa juga dia nganggep lo kayak gitu?”

“Firasat. Terlebih, kayak kisah-kisah di novel yang nyeritain si cowok bakal berlaku seenaknya setelah ketemu cewek yang udah terlibat masalah sama temennya. Apalagi cewek itu nyebut temennya penipu, dan bilang kalau yang dia cari itu si cowok ini, bukan temennya.” Natya menghela napas panjang. “Daksa bisa mikir gue nemuin dia bukan sebagai editor, tapi sebagai cewek ganjen yang ngejar-ngejar dia dengan dalih seorang editor.”

Terdengar suara helaan napas kasar dari seberang telepon. “Natya, lo itu kebanyakan makan kisah-kisah dalem novel! Coba realistis sedikit!”

“Gue tahu … tapi kemungkinan kayak gitu nggak bisa dikesampingkan juga, ‘kan?”

“Gimana lo bisa tahu hasilnya kalau nyoba aja belum?” dari seberang telepon, suara Nita sudah terdengar seperti seseorang yang menahan amarah.

“Nggak tahu, ah! Pokoknya gue bakal nawar dulu ke bu Retno.”

“Ya, ya, ya. Coba aja kalau bisa.”

***

Keesokan harinya, Natya hanya berdiri di depan pintu ruangan bu Retno selama sepuluh menit. Tangannya terangkat untuk mengetuk pintu, namun lagi-lagi ia turunkan. Entah sudah berapa kali helaan napas ia keluarkan.

Baru saja Natya memantapkan dirinya untuk masuk ke dalam ruangan itu, pintu di depannya tiba-tiba terbuka membuat dirinya terlonjak kaget.

“Natya? Baru saja saya hendak memanggil kamu.”

“A-anu … saya juga mau bicara, Bu.”

Bu Retno tersenyum hingga kerutan di bawah matanya semakin terlihat. “Masuk.”

Natya mengangguk singkat dan melangkahkan kaki ke dalam ruangan yang disebutnya sebagai ruangan beraura hitam. Sampai di dalam, bu Retno mempersilakannya untuk duduk.

“Ada apa kamu mau menemui saya?”

“Ah itu … tentang penulis Sashaka …”

“Ah iya! Kamu sudah dapat email dari saya, ‘kan? Hari ini juga kamu harus temui dia dan buat dia menandatangani kontrak lagi bersama kita. Kamu tahu ‘kan kalau karya beliau selalu best seller dan menarik keuntungan besar untuk kita?”

“Saya tahu, Bu. Tapi sebelumnya saya minta maaf karena sepertinya saya tidak bisa menemui beliau.”

Bu Retno terdiam beberapa saat setelah mendengar kalimat penolakan Natya. Wanita paruh baya itu membetulkan letak kacamatanya. “Natya, kalau kamu berhasil membuat penulis Sashaka menandatangani kontrak, saya akan berikan bonus sembilan puluh persen dari gaji kamu.”

“Eh?” Natya berhasil dikejutkan. “Se-sembilan puluh persen dari gaji saya?”

“Betul. Itu kalau kamu berhasil membuatnya menandatangani kontrak. Dan kalau karya penulis Sashaka selanjutnya bisa mendapatkan posisi best seller lagi, maka kamu akan mendapat kenaikan gaji.”

Natya menelan ludahnya setelah mendengar penawaran bu Retno yang menggiurkan. Masalah finansial memang selalu membuat Natya lemah karena tidak bisa menolak. Apalagi jika harus melihat kondisi keluarganya saat ini yang semakin terbelit hutang.

“Apakah saya boleh meminta syarat dan ketentuan ini secara resmi? Saya perlu bukti nyata atas ucapan Ibu barusan.” wajah Natya terlihat berbinar namun tetap hati-hati.

Bu Retno memberikan senyum penuh arti. “Saya sangat mengenal kamu. Tentu saja saya sudah membuat persyaratan ini.” bu Retno menyodorkan selembar kertas yang diambil dari dalam map berwarna cokelat. “Setelah kamu tanda tangan di sini, kamu bisa langsung menemui penulis Sashaka.”

Natya menerima kertas itu, dan membacanya secara saksama. Semakin jauh Natya membaca surat perjanjian itu, mata Natya semakin membulat sempurna. Bukan karena poin-poin hak dan kewajiban yang telah ia ketahui, melainkan kalimat pernyataan setelahnya.

‘Demikian surat perjanjian ini dibuat sebagai bukti ketersediaan Editor terpilih menjadi Editor pribadi yang akan mengawasi Penulis secara langsung. Editor terpilih akan mendapatkan hak sesuai dalam poin pertama yang sudah disebutkan di atas, setelah melaksanakan kewajiban sesuai dalam poin kedua yang sudah disebutkan di atas. Jika salah satu kewajiban dalam poin kedua tidak terpenuhi, maka persyaratan ini akan dibatalkan.

Dengan menandatangani syarat dan ketentuan ini, maka Editor terpilih dianggap telah setuju. Dan jika dalam pelaksanaannya Editor terpilih menyebabkan kerugian bagi Perusahaan, maka Editor terpilih akan bertanggung jawab secara penuh.’

“E-editor pribadi?” mata Natya beralih pada bu Retno. “Maksudnya bagaimana ya, Bu?”

“Maksudnya adalah saya memberikan kamu kesempatan emas untuk menjadi editor pribadi penulis Sashaka jika kamu berhasil membujuknya untuk menandatangani kontrak. Karena itu, sebagai editor dalam tim sekaligus editor pribadi, kamu berhak mendapatkan kenaikan gaji dan bonus sembilan puluh persen. Bagaimana? Tawaran yang menarik, bukan?”

Natya membeku di tempatnya. Lidahnya seketika menjadi kelu. Perasaannya diselimuti syukur dan khawatir secara bersamaan. Ia memang senang mendapat tawaran yang sangat bagus itu. Namun jika melihat siapa penulis yang akan dipandu olehnya, seketika rasa ragu mulai menghampiri.

“Kenapa wajah kamu terlihat tidak senang?”

Natya terlonjak. “Ah, bukan begitu, Bu. Saya hanya merasa takjub dengan tawaran yang diberikan. Saya juga berterima kasih sekali. Tapi bu, saya—”

“Satu bulan.” Bu Retno memotong kalimat Natya.

“Ya?”

“Satu bulan saya berikan kesempatan untuk kamu membujuk penulis Sashaka. Tidak ada penawaran lagi. Atau kesempatan ini saya berikan pada orang lain.”

Natya menahan napas selama beberapa detik. “Saya bersedia!”

Bu Retno tersenyum. Sementara Natya menandatangani persyaratan dengan perasaan antara yakin dan tidak.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Terbelenggu Takdir   37. Kemungkinan Risiko

    “Iya. Bukan kebetulan Eros ada di sana.” Natya membuka suara. “Gimana kalau kita lanjut di tempat yang lebih nyaman dan santai?” tanya Natya kemudian. “Tapi aku udah penasaran banget,” desak Daksa. Melihat raut wajah Natya yang berubah, Daksa buru-buru menambahkan, “Tapi masih bisa aku tahan. Kita ngobrol di apartemen.” Pada akhirnya mobil Daksa melaju menuju apartemen. Selama di perjalanan, Natya termenung memikirkan perkataan Eros sebelum Daksa datang dan menginterupsi percakapan mereka. Ada sebagian dari dirinya yang takut mendengar fakta yang akan diungkapkan oleh Eros. Namun, sebagian lainnya juga ingin mengetahui tentang Daksa lebih dalam lagi. Setelah membandingkan dua kondisi di kepalanya, akhirnya Natya menemukan kesimpulan bahwa lebih baik mendengar berita tentang Daksa dari sang empunya, dari pada harus mendengar cerita dari orang lain. Benar, seharusnya begitu. Tiga puluh menit kemudian, mobil Daksa sudah terparkir di lobi apartemennya. Pria itu turun dan memutari mob

  • Terbelenggu Takdir   36. Rasa Cemburu

    Natya menatap ke arah Nita dan Eros bergantian. "Ini harus gue angkat. Karena tadi gue bilang lagi di salon Nita dan udah selesai.""Angkat," kata Eros.Natya mengangguk seraya menggeser tombol hijau. "Halo.""Kamu di mana? Aku di depan salon Nita." Daksa tidak berbasa basi.Natya sontak menoleh ke belakang pada arah jalan menuju salon Nita. "Kamu di depan salon?""Iya. Aku langsung jemput dari resto.""T-tapi aku lagi hang-out sama Nita.""Oh? Aku kira kamu kasih tahu alamat salon dia karena minta dijemput. Jadi gimana? Aku balik lagi?"'Gimana?' Natya bertanya tanpa suara pada Nita dan Eros, hanya membentuk kata dengan bibirnya.'Kamu pergi aja sama Daksa. Informasi soal ini bisa saya sampaikan nanti.' Eros mengetik di notes ponselnya dan menyerahkannya pada Natya."Nat?""Eh iya. Kamu jemput aku aja di Garden Cafe deket situ. Ke arah sebaliknya.""Oke."Panggilan dihentikan. Natya memberikan senyum tanpa dosa pada Nita dan Eros. Kedua orang yang duduk di hadapannya itu menggeleng pe

  • Terbelenggu Takdir   35. Informasi Penting

    "Mbak, matanya nggak usah melotot gitu, bisa?" Eros memberikan smirk melalui cermin pada Nita yang sedang mengeringkan rambutnya."Kelihatan banget, ya?""Jelas." Eros tertawa kecil. "Tenang aja, gue nggak ada niat jahat sama temen lo."Alis Nita terangkat. "Sama Natya saya-kamu, kok sama gue beda?"Lagi, Eros tertawa sambil melihat wajah Nita yang merenggut di pantulan cermin. "Karena gue merasa peran kita sama?""Peran?" "Iya. Peran pendukung. Lo sahabat Natya, gue sahabat Daksa. Kita sama-sama pengen mereka bisa nyatu, kan?""Oh? Gue pikir lo pengen misahin mereka," sarkas Nita."Natya menarik, tapi gue juga pengen sohib gue cepet-cepet dapet jodoh. Meski sebenarnya gue yang didesak nikah.""Duh, TMI." (To Much Information)"Masa? Kayaknya nggak masalah buat memperjelas.""Ya, ya, ya. Jadi kedatangan lo ke sini bukan sengaja?""Yup. Cuma kebetulan.""Dan lo pikir gue percaya?" Nita menghentikan gerakan tangannya, seraya menatap Eros tajam melalui pantulan cermin."I'll give you som

  • Terbelenggu Takdir   34. Sukarelawan

    Dua minggu telah terlewati. Natya dan Daksa tetap sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Project yang mereka kerjakan bersama juga terus berjalan dan diselesaikan per tahapnya. Selama dua minggu itu pula Natya beberapa kali mengunjungi apartemen Daksa, untuk bekerja tentu saja. Intensitas pertemuan mereka yang bertambah mempengaruhi kedekatan mereka.Namun, banyaknya waktu yang dihabiskan Natya bersama Daksa membuat wanita itu jadi tidak memiliki waktu bersama dengan sahabatnya, Nita. Karena itulah, pada hari Sabtu di mana ia mendapatkan waktu libur kerja, Natya memutuskan untuk menghabiskan akhir pekannya bersama dengan Nita."Kakak mau ke mana?" Bulan, adiknya, melihat Natya yang sudah berpakaian rapi dan siap mengenakan sepatu ketsnya pun bertanya."Mau ke tempat kerjanya Nita. Hari ini kamu libur, kan? Kakak titip umi, ya. Kalau mau ajak teman main ke sini juga boleh. Ini uang buat beli camilan kalau kamu bosen.""Oke. Makasih, Kak.""Iya. Kakak berangkat ya. Assalamualaikum." Natya

  • Terbelenggu Takdir   33. Untuk Pertama Kali

    “Do you have a trauma or something?” Seketika itu pula perut Natya seperti dipukul oleh batu besar hingga membuatnya menitikkan air mata menahan rasa ngilu di ulu hatinya. “Ke-kenapa … tiba-tiba?” Daksa terdiam cukup lama. Pria itu menatap lekat-lekat wajah Natya yang sekarang sudah tampak was-was dan tidak fokus. Sampai akhirnya Daksa menghela napas pelan, kemudian tangannya terulur untuk mengambil tangan Natya—yang jari-jarinya saling terpaut cemas—kemudian menangkup tangan itu di dalam tangannya. “Nat … aku nggak akan maksa kamu untuk cerita soal alasan di balik munculnya trauma kamu. Tapi selama sama aku, selama kita kerja bareng, aku nggak mau bikin kamu nggak nyaman. Aku maunya kamu merasa aman. Jadi kamu harus kasih tahu aku mana yang lebih baik aku lakuin.” Natya menarik napas dalam beberapa kali sambil memejamkan mata. Mungkin ini pertama kalinya ada orang yang sadar soal traumanya, selain Nita dan keluarganya. Begitu Natya membuka mata, senyum dan sorot mata dari Daksa m

  • Terbelenggu Takdir   32. Pintu Rahasia

    Waktu bersenang-senang telah usai, tiba saatnya Natya harus kembali serius dengan pekerjaannya. Proyek majalah yang sedang dikerjakan olehnya dan Daksa terus berlanjut. Karena itulah Natya membawa setumpuk majalah-majalah lama dan juga baru—yang diterbitkan oleh perusahaannya—ke dalam ruang rapat yang dibatasi kaca, tempat dirinya dan Daksa pertama kali menyusun konsep proyek majalah. “Ini beberapa contoh model majalah yang dibuat oleh perusahaan kami. Kebanyakan penulis majalah adalah seorang jurnalis, mereka yang mewawancarai narasumber dan menyusun beberapa artikel dalam satu majalah. Bisa dibilang, proyek yang sedang kita lakukan saat ini adalah pertama kalinya seorang tokoh—yang menjadi sumber berita—menulis langsung majalahnya sendiri.” Natya membuka percakapan dengan Daksa setelah meletakkan setumpuk majalah ke hadapan Daksa. Pria itu tersenyum kecil, menarik tumpukan majalah lebih mendekat ke arahnya, dan mulai membaca satu persatu. “Hmm, kamu benar. Kebanyakan tokoh yang ja

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status