Share

Bab 3. Bukan Prioritas

Author: Nawasena
last update Last Updated: 2025-08-14 14:23:57

“Ada apa, Ma?” tanya Kirana gugup. Tangannya meremas ujung celemek yang dikenakan.

Bu Ratna menatap tajam ke arahnya. “Lihat ini, Kirana,” katanya sambil menunjuk pada mangkuk sup yang tersaji. “Kenapa warna mangkuknya kuning muda? Bukan putih seperti yang kuperintahkan. Apa kamu benar-benar tak paham standar keluarga ini? Kamu memang tidak becus, bahkan hal sepele pun salah.”

Kirana hanya bisa menunduk, menahan malu dan sakit hati yang membakar dada.

“Maaf, Ma, Kirana salah,” ucapnya.

“Lekas ganti dengan mangkuk yang saya mau!” perintah Bu Ratna.

“Baik, Ma.”

Kirana menarik napas dalam-dalam, lalu berlalu ke dapur dengan membawa mangkuk berisi sup untuk mengganti mangkuk yang salah tadi. Setelahnya segera ia kembali ke meja makan.

“Ini, Ma,” ucap Kirana seraya meletakkan mangkuk di meja makan.

“Bagus,” ucap Bu Ratna seraya meraih mangkuk berisi sup, lalu menyiramkan isinya ke kepala Kirana.

“Akh!” Kirana memekik merasakan kepalanya panas hingga meluber ke wajah dan tubuhnya.

“Kau pikir aku mau makan sesuatu yang dibuat olehmu? Sudah, aku tidak punya nafsu makan!” teriak Bu Ratna.

Kirana gelagapan ketika sup membasahi rambut, wajah hingga pakaiannya. Ia hanya bisa terdiam. Ekor matanya melihat ke arah Nadira yang tertawa cekikikan, dan Rendra hanya diam menikmati makanannya. Seakan benar-benar tak peduli dengan apa yang dialami istrinya.

“Maafkan saya Ma,” ucap Kirana. Air matanya menggenang di pelupuk.

Dia merasa sangat terpukul, dan semakin menyadari betapa keras dan dinginnya dunia yang harus ia hadapi.

Rendra menatap Kirana beberapa saat, sebelum akhirnya dia berkata, “Apakah otakmu begitu bodoh untuk memahami kalimatku untuk tidak membangkang perintah Mama? Bersihkan dirimu! Jangan membuat kami mual.”

Kirana hanya diam, meninggalkan ruang makan dengan air mata membasahi pipinya. Setelah membersihkan diri, ia bahkan tak diberi kesempatan untuk beristirahat. Ia harus membersihkan seluruh rumah, dari ruang tamu hingga lorong belakang.

Baru setengah pekerjaan selesai, Nadira muncul dengan langkah angkuh, mendekati Kirana

“Bersihkan sepatuku. Sekarang!” perintahnya bak seorang ratu kepada pelayan.

Kirana hanya mengangguk, lalu berjongkok di depan Nadira, mengelap sepatu pantofel itu dengan kain. Namun, saat ia mengusap sedikit lebih keras, Nadira mendesis kesal.

“He! Gerakanmu sangat kasar! Kamu mau merusak sepatuku, hah?”

Kira menggeleng, “Bukan seperti itu, aku tidak bermaksud—“

Tanpa memberikan kesempatan Kirana untuk berbicara, Nadira menendang bahu Kirana dengan ujung sepatunya hingga perempuan itu terjengkang ke belakang, pantatnya membentur lantai.

“Akh!” Kirana memekik. Rasa sakit menjalar di pinggangnya, dan yang lebih menusuk adalah tawa Nadira  terdengar nyaring.

“Orang kampung memang tidak tahu bagaimana cara memperlakukan barang mahal. Memalukan,” ucap Nadira sambil berlalu.

Para pelayan yang melihat kejadian itu hanya memandang dengan iba. Tak ada yang berani bergerak atau membantu, karena mereka tahu, sedikit saja terlihat membela Kirana, pekerjaan mereka bisa melayang seketika.

Tak terasa sudah satu bulan Kirana menjadi istri Rendra, atau menantu keluarga Harsena.  Selama itu pula dia tidak jua mendapatkan perlakuan yang baik. Saat ini dia berdiri di dekat jendela kamarnya, menatap ke luar. Jalan di depan rumah begitu dekat, namun baginya terasa seperti dunia lain yang tak bisa disentuh.

“Mungkin tak ada salahnya aku jalan-jalan sebentar membeli beberapa barang,” ucap Kirana.

Ia segera berganti pakaian dan mengambil tasnya, lalu meninggalkan kamarnya. Namun, langkahnya seketika berhenti ketika melewati ruang keluarga dan ibu mertuanya meneriakinya.

“Mau ke mana kamu?”

“Keluar sebentar, Ma. Ada beberapa barang yang harus kubeli,” jawab Kirana.

“Kamu tidak boleh keluar!” kata Bu Ratna lantang.  

“Tapi—“

“Tidak ada tapi-tapian! Cepat kembali ke kamarmu atau mama adukan kamu ke Rendra kalau kamu tidak menurut apa kata mama!” ancam Bu Ratna.

“Baik, Ma.”

“Sok-sokan mau keluar, punya duit kamu?!” olok Bu Ratna lagi.

Kirana hanya menggeleng. Di saat yang sama, pandangannya tertuju pada Rendra. Suaminya itu hanya melewatinya begitu saja tanpa meliriknya barag sejenak.

“Itu lihat, suamimu aja jijik sama kamu. Sudah kembali ke dapur sana! Mama mau minum teh, buatkan cepat!”

Kirana mengangguk, kembali ke kamarnya untuk meletakkan tas, lalu pergi ke dapur. Hidupnya benar-benar terkekang. Apalagi sejak Rendra memintanya berhenti bekerja dan mengatakan jika urusan uang akan diatur oleh keuangan rumah tangga. Namun, nyatanya hingga saat ini Kirana belum mendapatkan uang yang dimaksud Rendra.

Kirana merasa hidupnya seperti burung yang terkunci di sangkar emas, indah di luar, tapi sempit dan sunyi di dalam. Setelah memberikan teh permintaan Bu Ratna, Kirana memberanikan diri menghampiri Rendra di ruang kerja.

“Mas aku ingin bicara,” ucap Kirana ragu.   

Rendra menutup laptopnya, namun ekspresinya tetap datar. “Tentang apa?”

“Ini soal—“

“Apakah kamu akan mengeluh tentang perlakuan mama?”

Kirana menggeleng cepat, “Bukan itu, tetapi ini soal... uang.”

Rendra mengerutkan dahi, sedikit heran dan bingung dengan pernyataan istrinya, “Uang?”

Kirana hanya mengangguk.

Rendra terdiam sejenak, lalu menghela napas. “Kirana, kita sudah sepakat. Aku tidak akan ikut campur urusan rumah tangga ini. Itu sudah diatur oleh keuangan rumah tangga dan Mama.”

Kirana  menatapnya penuh harap. “Tapi—“

Ucapan Kirana menggantung ketika Rendra memalingkan wajah dan mengangkat rendah tangan kanan. “Sudahlah. Aku sibuk. Dan kamu... bukan prioritasku,” ujar Rendra.

“Mama belum pernah memberiku uang sepeser pun,” kata Kirana memberanikan diri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 7. Tak Bisa Menahan Diri

    “Baik, Pak Alvin. Saya tertarik untuk membicarakan lebih lanjut mengenai proyek ini.”Kirana menekan tombol kirim. Dan seketika, hatinya terasa jauh lebih ringan. Selang beberapa menit, ponselnya kembali berbunyi. Alvin membalasnya dengan cepat.“Terima kasih, Bu Kirana. Saya yakin kehadiran Anda bisa membawa nuansa berbeda untuk proyek ini. Bagaimana kalau kita bertemu langsung di studio saya, besok pukul tiga sore? Lokasinya di Jalan Wijaya No. 18. Saya akan siapkan draft rancangan dan konsep awalnya.”Kirana membaca pesan itu berulang kali. Ada rasa gugup sekaligus antusias. Alvin Reinaldi adalah arsitek muda dengan karya berani, banyak diliput media, dan tidak sedikit perusahaan besar ingin bekerja sama dengannya. Menjadi bagian dari proyek Alvin, adalah suatu kebanggaan baginya. ***Studio arsitektur Alvin Reinaldi terletak di sebuah bangunan dua lantai bergaya industrial. Kirana masuk, matanya melihat ke sekeliling ruangan yang dipenuhi maquette bangunan. Senyumnya mengemba

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 6. Nyawa yang Tak Berharga

    "Tolong! Ada yang tenggelam!" teriak salah satu pelayan wanita.Segala pandangan serta merta tertuju ke arah kolam renang. Dalam sekejap, semua orang berkerumun di pinggir kolam, menyaksikan dua sosok wanita yang sedang berjuang di dalam air.Teriakan pelayan itu juga membuat Rendra yang sedang berbicara dengan beberapa tamu, langsung mengarahkan pandangan ke kolam. Dia tidak tahu siapa yang dengan konyol tercebur ke kolam, namun rasa penasaran mendorongnya untuk berlari ke sana.Kedua matanya terbelalak ketika melihat Kirana dan Alisya tengah menggapai-gapai permukaan untuk meminta pertolongan. Tanpa membuang waktu lelaki ini langsung melompat ke kolam.Melihat Rendra mendekat. Kirana merasa ada lega, setidaknya lelaki itu masih peduli padanya. Namun, harapan itu musnah seketika. Rendra berenang melewatinya. Dia sama sekali tidak mengulurkan tangannya ke arahnya.Dengan sigap, Rendra meraih Alisya yang sengaja terlihat lemah dan terkapar, mendekapnya erat, lalu membawanya ke tepi k

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 5. Bermuka Dua

    “Rendra?” Kirana sangat terkejut melihat lelakinya begitu mesra merangkul pinggang ramping perempuan cantik itu.Mereka menghampiri Bu Ratna dan Nadira.“Alisya, lama sekali kita tidak bertemu,” sapa Bu Ratna dengan nada riang yang jarang Kirana dengar.Alisya tersenyum manis, “Senang sekali bisa datang, Tante.”“Kamu makin cantik dan anggun.” Bu Ratna memuji.“Terima kasih, Tante,” ujar Alisya sopan.“Iya, aku lihat di media sosial, bisnis fashion Kakak juga sukses banget,” kata Nadira dengan nada kagum.“Semua berkat dukungan banyak orang. Dan tentu saja, banyak inspirasi yang saya dapat dari Tante Ratna dulu.”“Ah, Tante cuma kasih saran, yang berbakat itu memang kamu. Tante selalu bilang ke Rendra, kamu ini paket lengkap, cocok sekali buat jadi pasangan Rendra.” Bu Ratna sengaja meninggikan suaranya agar terdengar di telinga Kirana.Sementara Kirana merasa nelangsa mendengar pujian dan perlakuan hangat yang ditujukan pada Alisya. Dia tidak tahu siapa perempuan itu, tapi besar kemu

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 4. Kedatangan Mantan Rendra

    Tak ada jawaban apa pun dari mulut Rendra, membuat Kirana menelan kekecewaannya dan berbalik, hendak meninggalkan ruang kerja itu. Namun baru beberapa langkah, suara Rendra menahannya.“Tunggu!” seru Rendra.Kirana berhenti, perlahan menoleh. Rendra menatapnya sekilas sebelum kembali menatap layar laptop. “Aku sudah transfer sejumlah uang ke rekeningmu. Besok ada acara di rumah, jadi belilah pakaian yang pantas.”Mata Kirana membesar. “Untukku?” tanyanya, hampir tak percaya.Rendra hanya mengangguk.Kirana merasakan dadanya menghangat. Perhatian sekecil itu pun rasanya seperti cahaya di tengah gelap. Ia buru-buru merogoh ponselnya, membuka aplikasi M-Banking, dan benar saja, ada notifikasi uang masuk ke rekeningnya. Jumlahnya cukup besar untuk membeli lebih dari sekadar satu pakaian.Senyumnya merekah, matanya berbinar. Untuk pertama kalinya sejak tinggal di rumah ini, ia merasa sedikit… diperhatikan.“Terima kasih,” ucap Kirana.Sore itu juga Kirana segera keluar untuk membeli pakai

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 3. Bukan Prioritas

    “Ada apa, Ma?” tanya Kirana gugup. Tangannya meremas ujung celemek yang dikenakan.Bu Ratna menatap tajam ke arahnya. “Lihat ini, Kirana,” katanya sambil menunjuk pada mangkuk sup yang tersaji. “Kenapa warna mangkuknya kuning muda? Bukan putih seperti yang kuperintahkan. Apa kamu benar-benar tak paham standar keluarga ini? Kamu memang tidak becus, bahkan hal sepele pun salah.”Kirana hanya bisa menunduk, menahan malu dan sakit hati yang membakar dada.“Maaf, Ma, Kirana salah,” ucapnya.“Lekas ganti dengan mangkuk yang saya mau!” perintah Bu Ratna.“Baik, Ma.”Kirana menarik napas dalam-dalam, lalu berlalu ke dapur dengan membawa mangkuk berisi sup untuk mengganti mangkuk yang salah tadi. Setelahnya segera ia kembali ke meja makan.“Ini, Ma,” ucap Kirana seraya meletakkan mangkuk di meja makan.“Bagus,” ucap Bu Ratna seraya meraih mangkuk berisi sup, lalu menyiramkan isinya ke kepala Kirana.“Akh!” Kirana memekik merasakan kepalanya panas hingga meluber ke wajah dan tubuhnya.“Kau piki

  • Terbongkarnya Rahasia Cinta Sang CEO   Bab 2. Rumah Mewah Rasa Neraka

    Kirana tercengang, hanya bisa menatap Rendra semakin menjauh. Ia tak percaya ternyata lelaki itu bersikap kasar kepadanya.Kirana segera bangkit berdiri, kembali menyelesaikan pekerjaannya. Begitu lantai ruang tamu mengilap tanpa noda, ia merapikan peralatan kebersihan. Perutnya sudah sejak tadi meronta minta diisi. Ia melangkah menuju dapur, berharap bisa menikmati sarapan walau hanya sepotong roti.Namun, suara Bu Ratna memanggil dari teras samping menghentikan langkahnya.“Kirana! Ke sini sebentar!” teriak Bu Ratna lantang.Kirana mendekat, menahan lelah di kakinya. “Iya Ma.”“Bereskan taman depan. Rumputnya sudah terlalu panjang, dan bunga di sudut itu perlu dipangkas. Kamu juga buang daun-daun keringnya,” perintah Bu Ratna.Kirana menelan ludah. Tubuhnya sudah lemas karena belum sarapan, tapi ia tahu tak ada ruang untuk menolak. “Baik, Ma,” jawabnya singkat.Perempuan itu mulai memangkas tanaman, dan mengumpulkan dedaunan kering ke tempat sampah. Tangannya mulai bergetar kelelaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status