Share

Terjebak Kontrak Dengan Tuan Muda
Terjebak Kontrak Dengan Tuan Muda
Author: Ayesha Razeeta

BAB 1 MALAM PANAS

Elea mendongak dengan mata sedikit menyipit, pandangannya kabur dan hawa panas sudah mulai menjalar dalam tubuhnya.

"Tuan, bisakah Anda membawaku pulang?" ucapnya pada seseorang yang  berdiri menjulang di hadapannya, wanginya memabukkan semakin membuat hawa panas dalam tubuh Elea meningkat.

Elea terlihat berusaha berdiri, gaun hitam yang dikenakannya terlihat sangat cocok untuk usia sekitar 20 tahunan jika di perkirakan.

Sempoyongan, rambutnya bahkan sudah tidak terlihat rapi, Elea mendekat dan memegang tangan si pria tinggi dengan kacamata sebagai pelengkapnya

"Tuan, tolonglah, tubuhku terasa panas dan aku ingin pulang," terus rengeknya, dia tidak bisa lagi menahan diri dan langsung mendekatkan tubuhnya pada pria asing yang tetap berdiri seperti patung di hadapannya.

"Tuan, aku--," Jack mundur saat isyarat tangan ia terima dari sang tuan, sebagai tanda bahwa Jack harus pergi.

Dengan sedikit paksaan, Elea terdorong ke belakang. "Kenapa mendorongku! Aku ingin--," lagi-lagi lidahnya kelu, dia tidak bisa melanjutkan tetapi  rasa panas semakin menyiksanya.

"Tuan, tolonglah aku, aku ingin kembali ke rumahku," ucapnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca dengan gerakan tubuh asal.

Elea menyadari ada yang salah dengan dirinya, ada yang ingin menjebaknya dan dia tidak tahu siapa.

Elea memutar badan, ia tidak bisa menunggu terlalu lama, ada yang mendesak dalam dirinya dan dia tidak bisa menahannya, dia harus--menyalurkannya.

Pria berkacamata tadi, menatapnya datar, memperhatikan langkah lunglai dan terlihat sangat berbahaya jika dibiarkan sendiri.

Sekali angkat, Elea sudah berada di atas punggung sang pria, membawanya  masuk ke dalam mobil yang sudah ada Jack di dalamnya.

"Tuan, kita akan kemana?" tanya asisten pribadinya, tatapan sang tuan yang semakin dingin karena wanita di sebelahnya terus bergerak seperti kepanasan dan ingin melepaskan pakaiannya.

Jack, menelan ludah, pemandangan ini sangat berbahaya jika dia tidak bisa menjaga pandangannya

"Bawa kami ke apartemen. Segera!!" si tuan menekan kata terakhir yang artinya mereka harus segera sampai pada tujuan.

Baru saja Jack akan menjawab, kabin di belakangnya sudah tertutup rapat. 

Pria yang menjadi orang kepercayaan itu hanya menghela napas pelan lalu membawa mobil mewah itu dengan kecepatan sedikit lebih cepat dari biasanya. 

Tiba di lokasi, tepat di parkiran, saat membuka pintu mobil, Jack menutup mata karena tidak ingin mendapatkan masalah.

"Tuan, tolong bantulah aku." Elea menggerakkan jarinya di wajah tampan pria yang membawanya dalam gendongan.

"Lepaskan tanganmu dariku!" ucapnya datar dan dingin.

Seperti tidak mendengarkan apapun, Elea mengalungkan tangannya di leher kokoh sang pria, mengendus wangi maskulin di dadanya dan berkata. "Tuan, kamu sangat wangi, aku suka wangi ini, juga kenapa tuan sangat tampan?" 

"Jack, buka pintunya!" 

Jack yang berada di belakang mereka langsung berlari kecil, menekan beberapa angka agar pintu terbuka.

Aldrich, pria yang sudah menahan diri sejak tadi, berkata pada Jack sebelum menutup pintu kembali.

"Kerjakan tugasmu!"

Jack mengangguk, ia berbalik setelah sang tuan menutup pintu dengan sebelah kakinya.

Sementara itu, ia memasukkan Elea ke dalam kamarnya, meletakkan wanita yang entah namanya siapa, di atas ranjang lalu berbalik dan akan pergi.

Tubuhnya mematung saat tangan halus itu memeluknya dari belakang, bahkan Aldrich dapat merasakan sesuatu yang kenyal di belakang punggungnya menempel dengan keras.

"Tuan akan kemana? Aku membutuhkanmu?" desahan kecil Elea terdengar meresahkan di telinga Aldrich yang sejak di dalam mobil sudah berusaha menahan diri agar tidak tergoda.

"Aku tidak tahu, tetapi tubuhku terasa panas dan ada yang aneh pada diriku," ucapnya menempelkan wajah pada punggung Aldrich.

Elea terus berbicara dengan tangan yang terus melingkar kuat pada pinggang kokoh sang pria.

Aldrich mengerang karena sentuhan Elea pada tubuhnya semakin memancing hasratnya yang sudah lama terpendam.

Pria berwajah tampan dengan sorot mata elang itu membalik lelan tubuh kecil di belakangnya.

Ia memejamkan mata, menelan saliva karena penampilan wanita ini sudah sangat meresahkan. Entah sejak kapan, Elea meloloskan gaun hitamnya dan hanya menyisakan dalam berwarna senada saja.

"Apa yang kau butuhkan? Aku tidak bisa membantumu." tolak Aldrich menggeser tubuh mungil di hadapannya dan melangkah mendekati pintu.

Sekali lagi, Elea menahannya, berjalan lebih cepat dan memeluk pria tinggo tegap itu dengan erat.

"Tuan, tolong bantu aku, aku ... tidak tahu ada apa dengan tubuhku, aku ingin sesuatu yang aku tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya," melas Elea, ia menggigit bibir bawahnya karena efek dari obat yang diminumnya semakin menyiksanya.

Ia mendongak, berjinjit sedikit dan meraih wajah tampan Aldrich lalu menciumnya begitu saja tanpa aba-aba.

Ciuman terus berlanjut, yang awalnya hanya Elea yang melakukannya, sekarang sudah terlihat bahwa Aldrich juga membalas ciuman itu.

Aldrich mendorong perlahan tubuh Elea ke dinding, menahan tengkuknya dengan sebelah tangannya agar terlindung dari dinding.

Decapan terdengar, artinya keduanya sama-sama menikmati.

"Jangan salahkan aku, karena yang memulai ini semua adalah dirimu," sorot mata Aldrich berubah dengan hasrat yang menggebu.

Elea menggigit bibirnya dan mengangguk pelan, tatapannya tetap lurus pada bibir manis yang tadi di rasanya.

Aldrich memajukan wajahnya, melumat sedikit kemudian memperdalam ciumannya. Dengan terus.saling berbagi, ia membawa Elea melangkah pelan ke arah ranjang empuknya. Merebahkan dan melanjutkan kegiatan mereka.

Saat tautan kedua benda kenyal itu terlepas, Aldrich mendongak. "Katakan  kalau kau ingin berhenti, aku bisa keluar dan meninggalkanmu!"

Tidak menjawab namun kedua tangan halus itu melingkar di leher kokoh sang pria yang masih mengenakan kemeja berwarna hitam dengan bahan yang begitu lembut.

Aldrich lupa, bahwa wanita asing di bawahnya adalah wanita yang dalam pengaruh obat, ia yang sudah lama tidak merasakan sentuhan ini merasa candu dan tidak bisa berhenti sampai ia, tiba di titik terinti dari tubuh Elea.

Ia mendongak, setelah memperhatikan dengan jelas, bagaimana kelopak mawar berwarna merah muda itu merekah dengan indahnya.

Aldrich menelan saliva, menatap luris pada Elea yang tatapannya sudah sayu karena nafsunya.

"Kau yakin, nona?" tanya Aldrich sekali lagi, jantungnya berdegup kencang, apalagi saat melihat tubuh polos Elea karena ulahnya. Bahkan dia sendiri, entah bagaimana caranya sekarang hanya sisa mengenakan bagian bawah saja. 

"Tuan, cepatlah! Aku ... sudah tidak bisa menahannya!" seru Elea dengan suara yang Aldrich suka.

Sekali lagi, ia menelan salivanya, melucuti kain terbawahnya dengan sangat cepat lalu memposisikan tibuhnya tepat di tengah-tengah pangkal paha mulus si wanita.

"Kau siap?"

Mengangguk. Elea memejamkan mata saat merasakan benda tumpul itu menempel perlahan, antara ringisan sakit dan nikmat terdengar pelan.

Aldrich mengerang, ini tidak semudah biasanya, apakah dia yang sudah lupa cara atau karena dia gugup. Dia tetap fokus, mendorong pelan, dan--sampai pada ujung.

Lengkingan jeritan Elea terdengar, air mata si wanita menetes dari ujung mata. Aldrich terbelalak saat menarik miliknya.

"Dia--," Aldric mendongak, masih menatap Elea yang memejamkan mata karena rasa sakit yang baru diterimanya.

"Aku akan melakukannya dengan pelan dan hati-hati," ucap Aldrich setelah menenangkan dirinya di dalam sana.

Anggukan Elea membuatnya tenang, ia menariknya pelan, lalu memundurkannya perlahan. Kegiatan sama terjadi sampai Elea benar-benar tidak lagi merasa sakit.

Desahan kecil dan erangan merdu milih Elea semakin membuatnya semangat bergerak.

Hingga berkali-kali keduanya mencari pelepasan masing-masing dan diakhiri dengan ambruknya Aldrich di tubuh polos yang mengkilap karena peluh berdua.

"Aku tidak akan melepaskanmu, selamanya," ucapnya setelah menutupi tubuh polos Elea kemudian ikut memejamkan matanya juga.

______

Pagi harinya, Eleanora membuka mata perlahan, kepalanya masih terasa sangat berat, suara ringisan terdengar saat dia menggerakkan tubuhnya. Apalagi saat menggerakkan kaki, intinya terasa perih.

Bola mata itu terlihat bersinar, mengerjap beberapa kali saat menyadari dia terbangun ditempat yang tidak dikenalinya.

"Aku dimana?" Batinnya terkejut, semakin histeris saat menyadari bahwa dia tidak mengenakan apapun di balik selimutnya.

Elea memegang kepalanya, mencoba mengingat apa yang terjadi sebenarnya. Semalam dia diminta datang ke club tetapi Julian--pria yang memanggilnya tidak juga terlihat, tidak lama, ia menegak habis minuman yang sudah di pesannya dan ....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
muhammad hamdani
aku suka Thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status