***Gue isitrahat duduk bersandar tak jauh dari ruangan rawat babeh, jujur tangan langsung gemetar sekarang,Santi tak berkata apa-apa, tetapi tangan gue di pegang erat. Sambil membiarkan kepala gue di bahunya.“malu banget rasanya teriak-teriak kayak tadi” gumam gue ketawa kecil sambil menghela nafas panjang.“iah di tambah, pertama kali aku lihat kamu nangis, kayak tadi”“aku gak nangis loh, cuman sedikit meneteskan aja”“sama aja, mata kamu merah gitu,” potongnya“tapi nangis bukannya lemah tau, kamu bilang kan, kita boleh nangis hanya dengan satu masalah yang sama,?”“hmmm. Emang pernah ngomong gitu?”“issshh,” desisnya kasih bibir bebek,“oh ia har.. tadi ada yang cariin seseorang, kasih unjuk sesuatu”“apa?”“foto, tapi mirip babeh” bisiknya sambil noleh kiri kanan.“dimana?”“ehh ituuu orangnyaaa!” tunjuk santi ke arah empat orang, terdiri dari dua lelaki, dua perempuan, yang satunya udah ibu-ibu tiga lainnya masih sekitar umur tiga puluhan.Gue langsung bangun hadang mereka p
PrologNia-Roda kehidupan memang benar adanya, dan aku mengalaminya sekarang. Berada di titik paling bawah saat ini.Dan baru satu minggu kami tinggal disini, setelah tiga kali pindah tempat, dan sekaligus ini pertama kalinya aku tinggal kontrakan agak lebih besar di banding kemarin,Aku masih benci sama papa, karena kesalahannya menjadi kami seperti ini. Alasannya tak mau aku ungkap sekarang karena aku masih belum terbiasa seperti ini, walau sudah berjalan enam bulan lamanya.Tapi saat ini papa bekerja di teman lamanya sebagai driver juga selama enam bulan ini, terkadang mama juga ikut.“Sarapan san..,” ucap mama“Nanti ma, aku udah telat” aku bohong ke mama, karena di meja cuman ada satu piring, aku sengaja gak makan itu karena buat mama, pasti dia belum sarapan.“Kamu mau kemana?”“ada panggilan kerja, “ kataku dengan wajah datar karena aku mendapat lowongan kerja dari temannya papa juga. Gak ada salahnya aku coba.“Ya udah, jangan lupa makan yahh” aku senyum ke mama, karena itu j
Harsa-Ada tikus yang tak tau aturan masuk dalam kantor, “Panggil Kepala HRD kesini!!” teriakku kesal saat menelpon bagian HRD, ada seseorang yang masuk keruanganku tanpa izin,“Itu pak, ibu ayu” ucap salah seorang bawahanku,“Kumpulin semua Office Boy di tempatnya, sekarang!!” pintaku sedikit geram, apa mungkin itu orang yang aku pecat kemarin, dia mau balas dendam karena itu. Office Boy yang mencoba menguntitku untuk mencari aib dari diriku.“Sudah semua pak,” kata Ibu Ayu, aku langsung menuju ke ruangan tempat para Office Boy berada,Mereka semua langsung berdiri saat aku datang, memang harus seperti itu seharusnya, mereka juga berjajar rapih seperti mau upacara.Aku tak masuk ke dalam karena sirkulasi udaranya tak bagus untuk di hirup, dan membiarkan ibu Ayu yang mengurusnya, aku ingin melihat orangnya pasti ada salah satu dari mereka.“Siapa yang tadi bertugas membersihkan gedung empat silahkan maju ke depan” ada sepuluh orang yang maju ke depan.Aku langsung melirik ke salah satu
NiaSampai rumah juga, untung ada tukang ojek. Jadinya gak terlalu malam, pasti mama udah tungguin.“Aku pulang” ucapku“Ma… aku bawa makanan” kataku, pas mama lagi buka kulkas.“Apa itu?”“Nasi goreng, sama sate, aku dapat tips karena kerjaan aku” kataku setengah berbohong, karena uang aku terima berasal dari boss aku.Dia bilang itu uang ganti rugi, dan nilainya cukup besar. Hampir dua juta rupih, karena lima ratus ribunya di potong sama bu ayu.“albert pulang hari ini ma?” Tanya gue selesai makan malam, tapi belum mandi.“Iah, dia lagi di jalan, dia lagi libur semester” aku angguk pelan aja, karena albert lebih mandiri dari aku, jadi gak kwahtir dia kesasar pulang kesini.Hawanya memang beda dari rumah, hawa panas masih menyengat kalau udah malam hari. Karena gak ada AC sekarang, cuman kipas angin.Dan papa pulang satu minggu satu kali, bahkan lebih.Selesai mandi aku langsung ke kamar, kamar aku tak terlalu luas cukup taruh lemari, meja kecil, dan satu tempat tidur susun. Albert ti
Harsa-Benar kata budi, kalau begini terus dorongan seksual aku semakin gak kendali. Dan bodohnya taruh hasil check up di meja. cewek itu kembali melihat apa yang gak harusnya dia lihat. ini cukup buat aku tertekan.“Sorry gue telat harsa.. macet banget di jalan” suara budi masuk ke kantorku, memang aku sengaja panggil dia kesini.“oke no problem” jawabku yang mondar mandir di ruangan. memikirkan kalau ada mata-mata dari perusahaan lain, sepertinya aku memikirkan berlebihan karena mata-mata perusahaan biasanya ada di film film sana.“Gak bisa besok? Apa, udah sore pula” budi langsung kasih amplop coklat, dan pasti isinya hasil yang kemarin.“Gue mau kasih tau hal penting, bud..” kataku..“Itu cewek lihat berkas gue checkup ke psikiater” lanjutku, budi langsung noleh dengan wajah yang terkejut.“Maksud lo Office Girl itu?” aku cuman angguk pelan.“gila, kenapa gak lo langsung pecat?, kalau dia kasih tau tentang lo, bisa jadi scandal besar di perusahaan lo sendiri harsa!”“Gue tau bud…
Nia-Antara senang, takut, kaget, semua menjadi satu. Tepatnya aku bingung kenapa aku mau menerimanya, apa mungkin karena gajinya akan terus bertambah.“Aku pulanggg”“Kamu bawa apa lagi?, mama masak hari ini, papa kamu pulang tadi siang, kasih uang buat makan kita satu bulan ke depan” ucap mama,“Aku udah kerja kok ma, jadi papa juga gak perlu bolak balik kesini” kataku“San,, kamu jangan gitu terus dong”“Aku nia disini ma, bukan santi” kataku sedikit emosi, rasanya aku gak mau cerita kerjaan aku. Dan aku putusin ceritanya nanti kalau suasana lebih tenang,Aku gak akan cerita tentang perjanjian itu, aku cerita soal jadi seketaris aja gak lebih dari itu.Selesai mandi, di meja makan masih ada masakan mama, aku gak tega juga rasanya kalau gak makan buatan mama,Sepertinya cuman aku yang belum makan, albert juga belum pulang, aku pilih masakan mama yaitu capcay,Makanan yang paling aku suka dari kecil sampai sekarang, aku langsung habisin tanpa sisa. Nasi uduk yang aku beli, aku pisah
HarsaHari ini aku sengaja langsung bertemu papa budi, sekaligus di temanin budi juga, ada hal lain selain check up yaitu mau lebih tau lebih dalam tentang nia dari test kepribadian yang di lakukannya kemarin.,“ini hasil tentang partner kamu” ucap papa budi kasih lembaran berkas.“dan ada kabari baik untuk kondisi kamu,”“saya nyatakan gak perlu obat penurun hormon,.”“serius om??” angguk senyum, kabar baik yang aku tunggu-tunggu.“jadinya harus perlu treathment lagi?”“Kalau di bilang butuh, masih butuh, kalau di bilang gak perlu yang bisa juga”“kalau tidak mau threatment lagi, harus banyakin kegiatan di luar kantor, jalan-jalan, atau sejeninsnya. yang penting ”“oh ia, ada penyebab libido kamu selain genetic, yaitu tekanan psikis kamu, mungkin jabatan yang kamu emban sekarang membuat kamu tertekan” ucapan papanya budi benar-benar tepat adanya.“jadi selama kamu bisa lepasin beban itu, dan s
Harsa-Beberapa Hari ini yang membuat pikiran aku campur aduk, Antara takut, bingung karena apa yang aku ambil sekarang keputusan bena atau tidak menjadikan nia partner.Tak ada yang tau masalahku, kalau aku kasih tau masalah yang aku hadapi sekarang bisa-bisa mereka akan berpikir macam-macam,“lo bengong pikiran apa?” tanya budi.“Campur aduk,”“Pasti horny lo ya liat buah dadanya si nia pas kemarin di kantor bokap gue?” aku langsung noleh, tapi ucapannya betul, itu terlintas di pikirannku saat ini.“ia” jawab gue karena memang kepikiran buah dadanya yang terlabut tangktop putih saat putih, apa lagi gak sengaja aku memegangnya saat itu,.“gue penasaran ukuran berapa ya itu buahdada nya, gue rasa 36D, tangktopnya aja kayak gak muat” gue setuju sama budi,Tapi daya tarik nia bukan dari situ saja tapi pinggulnya juga, walau lebih berisi dari wanita lain, tapi dia masih bisa di bilang langsing. Karena pinggangnya t