Terjebak Pesona Papi Gula

Terjebak Pesona Papi Gula

By:  Rucaramia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
90Chapters
4.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Lizzie adalah tipikal mahasiswi yang sedang berjuang sendiri tanpa dukungan, karena memilih menjadi calon seniman alih-alih menjadi dokter seperti yang ayahnya inginkan. Putus asa lantaran sang ayah menarik dukungan dana untuk biaya kuliah seninya, Lizzie melemparkan dirinya sendiri untuk menghasilkan uang kepada pria asing tampan. Memanfaatkan kekayaan Daxon si Papi gula bisa jadi opsi terbaik, apalagi jika ternyata si Papi gula adalah seorang bujang, bisa sangat diandalkan dan pintar memanjakan.

View More
Terjebak Pesona Papi Gula Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Rucaramia
....................................
2023-11-26 23:44:45
0
90 Chapters
Om Om Senangku
Daxon bangun perlahan-lahan, mulutnya terasa aneh dan anggota tubuhnya juga terasa begitu berat. Dia menghadap ke arah samping dan berharap melihat … yang jelas bukan bantal kosong. Dengan kepala yang terasa pening, pria itu mengangkat sedikit beban tubuhnya dengan siku seraya melihat ke sekeliling ruangan. Dia berada di kamar pribadinya, ‘kan? Melihat ada laptop dan beberapa situasi yang familiar Daxon langsung berasumsi bahwa dia betul-betul ada di kediamannya. Dia memperhatikan sekitar sebelum bola matanya memperhatikan ada dua gelas yang berisi sedikit anggur, botolnya bahkan terguling di atas karpet yang menyebabkan nodanya berada disana. Tapi yang menarik perhatian justru adalah sepasang sepatu bertali yang teronggok dan tak pas diantara seluruh kemewahan rumahnya. Seketika ingatannya mengalir kembali. Dia membawa pulang seorang gadis semalam, dia juga mengingat bagaimana wanita itu meleleh hanya dengan sedikit sentuhan darinya. Bagaimana rasa bibirnya ketika Daxon membawanya
Read more
Aku tidak mendapatkan nomor ponselmu?
Lizzie paling malas pergi ke kelas psikologi kriminal. Setiap sesinya terasa begitu lama. Tapi jika tidak mengikutinya Lizzie akan kena masalah. Padahal kelas itu tidak ada hubungannya dengan jurusan seni yang diambil. Hanya buang waktu, uang, dan juga menimbulkan stress tambahan. Tapi yang paling buruk dari itu semua adalah Levin dan Marie ada disana. Tiba di kelas dia melihat sekeliling dengan putus asa, beberapa tempat sudah terisi apalagi bagian depannya. Mungkin gara-gara gosip ada pembicara untuk kelas kali ini, Lizzie merasa kelasnya padat dan sesak. “Oh sial … apa aku harus duduk dilantai sekarang? kenapa pula tiba-tiba orang-orang tertarik pada kelas psikologi kriminal?” Lizzie mengerang mengedarkan pandangan mencari kursi kosong mana saja yang bisa dia tempati. “Lizzie!” Oh, tidak jangan! Lizzie tidak suka itu, ekspresi mukanya langsung meringis begitu Marie melambaikan tangan padanya. “Aku sudah menempati kursimu. Ayo kemari!” ujarnya lagi yang membuat Lizzie tidak puny
Read more
Gadis Kacau & Si Om yang Benci Kekacauan
Beberapa saat yang lalu dia habis melampiaskan kekesalan pada seluruh lukisan yang dia kerjakan selama ini. Lantai dikamarnya berceceran cat dan peralatan lukis. Beberapa bahkan sudah dicabik-cabik dengan pisau oleh dirinya sendiri. Jendela dengan tirai diruangan khususnya tersebut dia biarkan terbuka, membiarkan musik yang dia putar keras-keras terbawa keluar dari apartment yang dia tempati bersama saepupu dan karibnya yang saat ini sedang tidak ada ditempat. Gadis itu beranjak dari sofa, mengambil bungkus rokoknya. Dia selipkan satu batang di bibir, mengambil pematik dan menyalakan batang rokok yang telah siap. Lizzie berjalan mondar-mandir diiringi asap rokok. Suara vokalis, dentuman bas dan drum, berikut juga raungan gitar makin memenuhi kepala. Dia menjatuhkan dirinya di sofa lagi, merebahkan punggungnya denga nasal sambil menatap langit-langit kamar. Masih segar dalam ingatan perkataan sang Professor setelah dia mengumpulkan tugasnya hari ini setelah diberi deadline tambahan sa
Read more
Calon Pusat
Jujur, begitu Lizzie mendengar suara Daxon yang rendah dipadukan dengan tajamnya tatapan mata pria itu. Seketika dia merasa tubuhnya lumpuh dan kejutan kecil terpercik di perutnya. Tak kuat dengan itu, Lizzie cepat memutuskan kontak mata tapi sialnya tatapan mata Lizzie justru terjatuh pada bibir Daxon. Pria itu membungkukan tubuhnya, dengan tangannya yang masih berstagnasi di pipi Lizzie, begitu mudah baginya untuk menarik Lizzie mendekat padanya. Lizzie berpaling muka, Daxon berhenti merealisasikan niatannya. “Aku tidak berterima kasih dengan benar padamu untuk kue yang kau belikan di kedai kopi waktu itu,” gumam Lizzie seraya menatap ke bawah sedikit terkejut karena tangannya entah sejak kapan berada diantara kedua paha Daxon. Pria itu hanya menyeringai membuat Lizzie menatapnya pula. Jika benar pria itu sedang menggodanya sekarang, maka Lizzie akan balik menggodanya seperti yang biasa dia lakukan kepada Levin dengan santai. “Atau pun untuk aksi penyelamatan yang kau lakukan saat
Read more
Buat Aku Rileks, Om
Lizzie berhasil menemukan rumah Daxon setelah memasukan alamatnya ke dalam GPS ponsel miliknya. Dia ingat sedikit jalanan menuju tempat itu ketika dia pulang dari tempatnya kala itu. Setidaknya Lizzie memasuki kediaman pria itu sekali, dan dia tidak mengira akan melanggar janjinya sendiri menjadikan pria itu sebagai tokoh imajinya sendiri. Yang lebih ironi dari semua itu adalah fakta bahwa kediamannya ternyata tidak terlalu jauh dari kediaman orangtuanya, hanya perlu berkendara kurang lebih lima belas menit sebelum menemukan rumah besar nan megah tersebut.Dia memarkirkan motornya di dalam ketika pintu gerbang di buka secara otomatis. Dia melihat mobil mencolok yang pernah pria itu gunakan untuk mengantarnya. Ya, Lizzie ada disini lagi, melemparkan tubuhnya untuk diisi oleh afeksi dan membuang seluruh rasa frustasi. Gadis itu mengambil napas dalam-dalam, dia keluar dan berjalan menuju ke arah pintu kayu yang besar. Sebelum mengetuk dia sempat mempertimbangkan untuk kabur dan menyudahi
Read more
HOT 🔞
Lizzie tersentak ketika tangan Daxon mulai menjamah pahanya yang tertutup oleh handuk. Kedua tangan pria itu menyelinap untuk memberikan pijatan di sana. Lizzie mengerang tanpa sengaja, matanya tertutup rapat sejalan dengan memposisikan sebelah tangan untuk memblokade suara erotis yang keluar dari mulutnya. Daxon hanya terkekeh, mengambil lotion itu lagi dan kembali berlutut diantara kedua kaki Lizzie. Serius, ada sesuatu yang aneh dengan lotion itu. Tubuh Lizzie terasa panas dan bergairah untuk hal kecil yang sebenarnya tidak begitu merangsangnya. Lizzie merasa tubuhnya merinding tatkala Daxon sedikit menyentuh paha dalamnya. Seolah pria itu sengaja melakukannya untuk menggoda. Lizzie merasa tidak tahan lagi, tapi Daxon seolah tidak peduli dan malah menyibukan diri dengan aksi memijat tubuhnya. Bahkan dia malah menuangkan lotion itu ke punggung Lizzie, membuat gadis itu merasakan rasa dingin yang tiba-tiba membuat punggungnya menggigil. Daxon menyeringai, mengolesi dengan rata pung
Read more
Dimanja 🔞
Lizzie menuruti perintah sang pria, menggigit bibirnya sendiri sebagai bentuk antisipasi tatkala pria itu mulai bekerja menyelipkan jemarinya disana. Pria itu menekan salah satu ujung jarinya tanpa merasa perlu menunggu Lizzie menyesuaikan diri sebelum kemudian menghempaskan seluruhnya dalam satu sentakan. Lizzie mengerang keras, dia sudah tidak mampu lagi menyembunyikan desahannya sendiri sekarang. Hanya bisa memejamkan mata sejalan dengan punggungnya yang melengkung. Merasakan dirinya terisi oleh jari yang kedua pria itu di dalam dirinya. Tubuhnya bergetar bukan main. “Kau menikmati permainan kecil ini, hm?” ungkap Daxon dengan suara menggoda khasnya. Napasnya memburu. Lizzie tidak sanggup menjawab, hanya saja kini wajah gadis itu sudah bersandar di leher pria itu sambil terengah-engah. Belum usai urusan Lizzie untuk membuat tubuhnya beradaptasi, pria itu malah menarik jemarinya dan mendorongnya lagi. Lizzie langsung memeluk tubuh pria itu erat-erat. Tidak peduli dengan suaranya y
Read more
Berkembang
Petualangan yang terjadi diantara mereka terlalu liar dan brutal daripada terakhir kali. Lizzie kini sudah terkapar, ambruk di tempat tidur setelah entah berapa kali pria itu mengulanginya lagi dan lagi. Dia tidak pernah tahu bahwa stamina dan energi pria yang lebih tua ternyata lebih daripada pria yang seusia dengannya. Mungkin Lizzie harus berterima kasih pada Daxon karena telah meringan sedikit stress yang dia miliki. Permainan ranjang yang panas nyatanya cukup membantu untuk mengusir semuanya. Jangan lupakan pula berapa yang dia dapatkan dari ini. Dimanjakan dan dapat uang. Daxon benar-benar sempurna untuk dia jadikan patner.Ketika pria itu menarik diri, Lizzie tiba-tiba saja merasa kosong dan hampa. Dia memperhatikan melalui kelopak matanya yang berat ketika Daxon berada di posisi duduk dan tengah mengatur napasnya sendiri. Lizzie menutup kedua kakinya yang gemetar, membalikan badannya ke samping. Daxon malah menangkap hal itu sebagai sebuah tanda dan memberikan sedikit tamparan
Read more
Kebetulankah?
Tiba di malam galeri seni diadakan, Lizzie kebetulan mendapatkan jadwal lembur sehingga rencananya untuk tiba lebih awal mesti pupus. Dia juga mendapatkan pesan dari ibunya yang menanyakan keberadaanya. Armant meneleponnya, menanyakan hal yang sama karena batang hidungnya belum ditemukan disana. Tapi setidaknya Lizzie sempat menerima telepon dari Armant dan meminta pada pemuda itu untuk mengabarkan pada ibunya bahwa Lizzie akan berada disana sesegera mungkin. Tiba ditempat, Lizzie berlari ke galeri dengan terengah-engah. Mina menepuk punggungnya begitu sang sepupu menemukan keberadaannya disana. “Kau terlambat sepuluh menit,” ungkap sepupunya sambil tersenyum simpul. “Ya, meski begitu aku mengerahkan semuanya untuk itu,” jawab Lizzie sambil menegakan tubuhnya, Mina melirik ke arahnya kemudian tiba-tiba saja menarik kemeja yang dia kenakan sehingga berada pada posisi yang lebih rapi. Mengancingkan kemeja yang dia kenakan dan merapikan rambut Lizzie yang acak-acakan terkena angin malam
Read more
Up & Down
“Armant.”Lizzie merasa udara disekitarnya seolah hilang begitu saja. “Kalian berdua saling kenal?” tanya Lizzie setelah beberapa menit ternganga lantaran tak percaya dengan apa yang baru saja dia saksikan dan dengar di depan mata. Dengan enggan Daxon melangkah mendekat pada Armant, jemarinya mengetuk gelas kosong yang dia genggam dengan cara yang kikuk.“Semacam itu, kurasa,” sahut Armant tegas. “Sudah lama sekali Daxon, aku tidak tahu kalau kau sudah kembali.”“Ya, aku baru tiba,” timpal Daxon dengan getir.“Aku sebetulnya benci ikut campur dalam reuni kalian tapi aku benar-benar bingung dengan apa yang terjadi disini,” ungkap Lizzie sambil merangkul tangan Armant dengan cara bersahabat seperti biasa. Tertawa dengan cara yang terpaksa yang menyebabkan Mina sepupunya merasa malu karena itu. Gadis itu mencoba melepaskan rangkulan Lizzie dari Armant dan memintanya untuk memisahkan diri dari kedua pria itu.“Lizzie, kau tidak bisa ikut campur dalam urusan orang begitu saja. Apa yang kau
Read more
DMCA.com Protection Status