Share

7. Sakitku dan Traumamu

Aвтор: Roesaline
last update Последнее обновление: 2022-02-20 16:02:34

Hatiku terasa perih, leher terasa tercekik. Selama ini aku bertahan dengan segala tingkahnya dengan gonta-ganti wanita malam. Aku juga tidak berdaya saat dia memoroti uangku dengan alasan ini itu. Bahkan dia membohongiku katanya membangun rumah di lahan orang tuanya.

Aku mengirim semua gajiku setiap bulan bahkan aku tidak memikirkan untuk kebutuhanku sendiri di sini. Ternyata yang dia video dan foto itu bukan rumah kita melainkan rumah tetangganya. Dan aku masih memaafkan untuk kesalahannya itu. Tapi untuk kesalahan ini tertutup sudah pintu maafku.

"Aku harus kerja paruh waktu, agar bisa menebus kembali rumah papaku," gumamku sedih.

"Kamu bisa part time di rumahku setiap Sabtu dan Minggu, biar sopirku menjemputmu," tawar Lay Ka.

"Bobo setuju, daripada kerja di luaran sana," sahut bobo.

Dret ...dret ... dret! Ponsel Lay berdering.

"Iya ketua?" sapanya begitu telepon diangkat.

( ... )

"Saya sedang di Kennedy Town,  di rumah bobo, ada apa, Ketua?" tanyanya balik.

( ... )

"Viral? Berita di televisi dan media sosial?" tanyanya seolah tak percaya.

Lay Ka berlari ke ruang keluarga kemudian mengambil remote dan menyalakan televisi. Aku dan bobo penasaran mengikuti Lay Ka dari belakang. Betapa terkejutnya kejadian di restoran tadi saat aku menindih tubuh Lay Ka ada yang sengaja memfoto dan memviralkan. Bersamaan itu suara tab berdering banyak notifikasi masuk. Sontak Lay Ka terduduk lemas di sofa.

"Berita itu tidak benar, Ketua!" seru Lay Ka. "Dia perawat boboku, dia asisten rumah tangga boboku," lanjutnya berusaha meyakinkan.

( ... ) tampak wajahnya sedih dan gelisah.

"Baik, Ketua! Saya akan membicarakan ini dengan dia dan boboku," ujar Lay Ka, kemudian menutup teleponnya.

"Maafkan aku, Koko?" ucapku menyesal karena melihat dia bersedih.

"Aku harus klarifikasi dengan mengadakan jumpa pers, kamu dan bobo harus ikut," ujar Lay Ka memohon.

Aku dan bobo terperanjat, berada di depan awak media dengan gemerlap lampu kamera pasti sangat menakutkan. Aku menatap bobo yang perlahan mengangguk tanda setuju, aku membalasnya.

"Baik, Lay Ka Koko," jawabku.

Lay Ka segera duduk di sofa dan menyekrol ponselnya dengan wajah geram. Aku segera mengambil ponselku di nakas. Begitu banyak chat masuk maupun notifikasi. Satu persatu aku membukanya.

"Alien, diam-diam kamu meninggalkan kita ya. Tiba-tiba mendapat bintang jatuh dan sembunyi dari kita, awas ya!" begitu chat dari Yuni.

"Alien lagi mimpi apa sih kamu? Tukar saja si brengek yang di Indonesia itu dengan dia, anggap saja perbaikan keturunan," itu chat dari Yuli.

Masih banyak lagi chat dari teman-temanku di Indonesia. Mereka hanya memosting sepenggal, padahal rangkaian kejadian setelah itu ada percekcokkan yang membuat aku berlari meninggalkannya. Aku dan Lay Ka duduk diam sambil tangan memegang gedjed masing-masing.

Lap Dher! Suara petir dan kilat bersahutan diikuti hujan. Gedjed Lay Ka terlempar dan tubuhnya gemetar. Aku dan bobo terperanjat, bergegas bobo menghampiri dan memeluknya.

"Tenangkan hatimu, Lay Ka!" bisik bobo sambil memeluk dan mengusap rambut Lay Ka.

"Auhhhhh! Mama ...!" jeritnya.

Tubuh Lay Ka mulai basah keringat dingin dan terus bergemetar. Setiap kilat menyambar dan petir mengikutinya, saat itu juga tubuh Lay Ka terhentak dikuti jeritan dan tangisnya. Pasti dia sangat tersiksa sekali.

Bobo memeluknya dengan erat kemudian mengusap-usap punggungnya. 

"Tenanglah, Sayang!" masih terus mengusap punggungnya.

"Mama," desahnya sambil gemetar.

"Iya, Sayang!" kata bobo penuh sayang.

"Obat ... obat!" desah Lay Ka yang sudah melemah.

"Cari di tasnya, Alien!" perintah bobo.

Tanpa berpikir panjang aku mengobrak-abrik tas punggungnya. Aku menemukan sebotol obat, mungkin ini yang dimaksud bobo.

"Inikah. Bobo?" tanyaku sambil menunjukkannya kepada bobo.

"Iya, bawa ke sini bersama air minum!" pinta bobo.

Aku melihat kali ini bobo tampak begitu sehat dan kuat, itu pasti karena demi melindungi Lay Ka. Aku membantu meminumkan obat itu. Setelah beberapa menit kemudian Lay Ka tertidur karena obat itu.

"Bobo, apa tadi yang diminum koko obat tidur?" tanyaku kepo.

"Iya, Alien. Itu satu-satunya obat yang bisa membantunya tenang," jawab bobo.

"Apakah setiap kali hujan, dia pasti mengalami ini?" tanyaku lagi.

"Iya."

Oh betapa tersiksanya dia, apalagi kalau musim penghujan seperti sekarang. Aku mengambil bantal dan meletakkan kepala Lay Ka di atasnya agar lebih nyaman tidur.

"Istirahatlah, Bobo!" pintaku.

"Kamu juga, Alien, Lay Ka sudah tenang, tidurlah!" jawab bobo sambil beranjak menuju kamarnya.

Entah kenapa aku tidak tega meninggalkan Lay Ka tidur di sofa sendirian. Lelaki yang sok perkasa dan kuat itu ternyata sangat rapuh dan menyedihkan. Aku duduk di lantai, kepalaku kurebahkan di sofa tempat Lay Ka berbaring.

Aku merasa ada hembusan nafas hangat di wajahku, saat perlahan mata kubuka Lay Ka sedang menatapku. Dekat di wajahku dan tatapan itu sangat tajam. Tangannya dengan hati-hati menyibakkan rambutku.

"Apa yang kamu lakukan?" spontan aku terhentak.

"Harusnya aku yang bertanya, apa yang kamu lakukan di sini?" ketusnya balik bertanya.

Bagaimana kelanjutannya?

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   31. Tersangka utama diracun

    Aku harus bisa menepis keinginanku yang melambung tinggi. Jangankan untuk memiliki, mendekati saja resikonya seperti ini. Aku berani bersu'udzon ini pasti ulah dari keluarga besar Hanna tunangan Lay Ka Shing. Tidak habis pikir bagaimana hanya demi menghancurkan aku yang hanya seorang babu dari Indonesia mereka melakukan pengorbanan yang begitu besar. Narkoba sebagai barang bukti itu bernilai milyaran harus hilang di sita pemerintah Hong Kong hanya untuk menjebakku. "Alien, aku berjanji akan membantumu, ini hanya jebakan belaka untuk menjauhkan kamu dari Bos Lay Ka," janji Devis. "Terima kasih, Devis, kamu melakukan banyak pengorbanan buat aku juga mama dan anakku. Bagaimana cara aku membalasmu, Devis?" gumamku pelan. "Jangan bilang kamu menerima cintaku karena ingin membalas budi, Zhee? Andai memang demikian tak apalah, aku akan membuatmu benar-benar mencintaiku tanpa syarat," kata Devis yakin. "Beri aku kesempatan untuk jatuh cinta lagi, aku butuh waktu, Devis. Apalagi mengingat a

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   30. Menerima Cinta Devis

    Sudah dua hari wanita penyebab aku mendekam di terali besi itu bungkam tanpa mengungkap pernyataan apapun. Ini membuat aku masih terkatung-katung di tahanan. Geram rasanya, ingin menghampiri nya dan menjambak rambutnya. "Kenapa sih sulit mengakuinya, takut hukuman mati menantimu ya? Tapi kenapa harus aku, coba? Apa salahku padamu?" monologku dengan geram. "Ada apa?" tanya polisi penjaga kepadaku. Aku mengoceh sendiri dalam bahasa Indonesia kayak orang gila. Sehingga membuat polisi Hong Kong merasa terganggu. "Pengacaramu ingin bertemu," kata seorang polisi yang lain yang tiba-tiba muncul. Apakah dia bersama Lay Ka? Kenapa aku merindukannya? Harusnya Devis yang kuharapkan, karena selain Lay Ka dia banyak membantuku juga. Bahkan dia dengan terus terang sudah menyampaikan perasaannya kepadaku. Polisi membuka gembok terali dan mengikutiku saat aku melangkah ke suatu ruangan. Telah duduk pengacara ku Andy Cheong sambil membuka-buka berlembar-lembar kertas fail. "Selamat siang, Tua

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   29. Menginap di Hotel Prodeo

    Aku berusaha menghubungi Lay Ka. Sepertinya dia masih di lokasi syuting karena saat dia mengangkat teleponnya suaranya sangat ramai. Lay Ka kesulitan mendengarkan suaraku. "Lay Ka, tolong aku ... sekarang aku di kantor polisi Central, aku tidak bersalah!" itu yang aku katakan. Tapi kiranya Lay Ka tidak mendengarnya. Dia berusaha untuk bertanya berkali-kali memperjelas, tapi tetap saja tidak bisa mendengar. "Alien ...halo?" Tidak jelas, Alien!" kata Lay Ka berteriak. "Kirimlah pesan!" lanjut Lay Ka meminta. Padahal aku bisa mendengar dengan jelas suara Lay Ka meskipun berisik. Akhirnya aku menulis pesan dalam bahasa Inggris. Karena aku tidak bisa menulis bahasa kantonis. Padahal aku juga tidak pandai berbahasa Inggris. "Help me, please!, I"m in trouble! Now, I am in police office in Central," itu yang aku tulis entah itu benar atau salah, aku yakin ini cukup dimengerti Lay Ka. Polisi Hongkong mempersilahkan aku duduk di suatu ruangan dan ponselku disita untuk diperiksa juga. Mer

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   28. Korban Skenario

    Setelah mendengar ungkapan Lay Ka aku tidak tahu harus senang ataukah bersedih. Sejenak aku tersanjung mendengar pengakuan Lay Ka tentang perasaannya. Apalagi di depan publik, juga di depan Hanna yang selama ini selalu merendahkanku. Tapi juga sedih karena aku terjebak dengan sandiwaraku sendiri. Lay Ka dan publik menganggap aku dan Devis benar-benar pacaran. Tapi Devis benar-benar mencintaiku, haruskah aku menyakitinya? Dia orang yang selama ini tulus mencintai dan begitu baik kepadaku dan mamaku. "Sejak kapan perasaan itu datang, Lay Ka?" tanya salah satu fansnya. "Saya tidak sadar kapan datangnya, yang jelas kebersamaan kami selama ini menumbuhkan perasaan itu yang aku sendiri tidak menyadarinya," ungkap Lay Ka. Aku melambankan langkahku demi mendengar lagi pengakuan Lay Ka. "Terus bagaimana dengan Nona Hanna? Kapan dia hadir dalam hidup anda, Lay Ka?" tanya yang lain. "Mereka hadir di waktu yang berbeda, juga di tempat yang berbeda di hatiku," jawab Lay Ka mengambang. "Alien

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   27. Talk show di Jourdan

    Rendy mengirim pesan yang intinya dia minta ganti rugi uang untuk biaya pengobatan Berlian. Seluruh biaya selama dia di rumah sakit dan biaya ini itu aku harus menggantinya. "Aku sudah mentransfernya sesuai dengan permintaanmu," kataku lewat telepon pagi harinya. "Benarkah? Oke nanti aku cek!" jawab Rendy singkat. "Ya sudah aku tutup dulu, satu pesanku, "jangan sia-siakan anakku Berlian!" "Ya tidak mungkinlah, dia adalah kartu As ku. Oh ya, kamu nggak jadi pulang ke Indonesia? Tidak ingin nih ketemu Berlian? Kayaknya dia sedang menahan rindu padamu, Alien," ujarnya sedikit merendah. "Kamu akan sangat menyesal bila pulang nanti dia tidak mengenali kamu sebagai ibunya," bisiknya mengancam dan mengolok. Aku jadi berpikir, aku sendiri juga sedang menahan rindu. Benar apa kata Rendy bagaimana kalau Berlian lebih mengenal Ika daripada aku? Betapa hancurnya hatiku. Apalagi Rendy tidak pernah memberi kesempatan kepadaku untuk video call.

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   26. Keputusan Lay Ka Berkencan

    Lay Ka tiba-tiba merasa canggung, dia belum siap dengan jawaban tanpa konsep. "Bukan begitu Om, ini terlalu tergesa-gesa. Saya masih ingin menikmati kebersamaan ini, toh usia kita juga masih muda," jawab Lay Ka sekenanya. "Jawab saya dengan jujur, Lay Ka! Apakah kamu mencintai anakku?" tanya papanya Hanna tegas. "Sebenarnya yang kita lakukan selama ini adalah tuntutan peran, Om. Kalau ada chemistry diantara kita itu karena profesional kita berdua. Untuk ke jenjang yang lebih serius saya belum kepikiran kesana sama sekali." "Oke, om mengerti apa maksud jawaban kamu. Maksudmu kamu menolak Hanna kan? Apa itu karena ada wanita lain?" tanya papanya Hanna dengan tegas karena kecewa. "Usia kita masih sama-sama muda, Om. Masih banyak yang bisa kita lakukan. Kemungkinan Hanna bisa menemukan pria yang jauh lebih baik dari saya" kata Lay Ka pelan. "Kamu sedang menolak saya, Lay Ka? Jangan bilang kamu sedang jatuh cinta pada pembantumu itu,"

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   25. Membatalkan Rencana Cuti

    Akhirnya aku menunjukkan foto-foto anakku yang sedang terbaring tidak berdaya di bed rumah sakit. Dengan berat hati baik bobo maupun Lay Ka akhirnya mengijinkan. Aku menghubungi mama yang sekarang tinggal di rumah yang dibeli Devis. Mama menjelaskan kalau Berlian sedang terkena campak. Dan pagi ini dia sudah tidak demam. "Kalau kamu memang belum ada tabungan untuk dibawa pulang, kamu tangguhkan dulu tidak apa-apa, Alien," mama menasehatiku. "Yakin tidak apa-apa, Ma?" tanyaku menyakinkan. "Iya Alien, atau begini saja kita tunggu satu sampai dua hari kalau semakin baik berarti kamu tunda saja dulu kepulanganmu. Mama kasihan kamu, takut kamu berkecil hati karena kehidupan di Indonesia tidak mudah, Alien," mama masih menasehatiku. Akhirnya aku mengerti tujuan mama, aku tahun ini harus bisa menabung. Dua tahun yang berlalu gajiku habis kukirimkan ke suamiku yang ternyata habis untuk bersenang-senang. "Koko, malam ini aku pulang ke rum

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   24. Pamit Cuti Pulang

    Lay Ka mulai kewalahan mengendalikan gejolak nafsunya sendiri. Kini dia bisa mengalihkan konsentrasinya untuk lebih fokus menikmati gelora birahinya. Aku pun menikmatinya sekalipun terkadang sadar bahwa apa yang aku lakukan ini tidak benar dan harus segera dihentikan. Hujan berhentilah, aku mohon! "Aku mulai merasakan ada benda yang mengeras diantara pahaku. Aku terbelalak takut, bukan ini yang aku harapkan. Perlahan hujan mulai berhenti, tidak ada lagi kilat maupun petir. Sontak aku mendorong tubuh Lay Ka sehingga Lay Ka tersentak. "Alien!" pekiknya. Dia semakin ganas, dengan matanya yang menyala penuh nafsu dia kembali menubruk tubuhku dan menindihnya. Kembali ciumannya mendarat di bibirku lebih ganas, kemudian lidahnya yang basah dan hangat turun ke leherku yang jenjang. "Jangan, Lay Ka!" bisikku sambil kembali mendorong tubuhnya lebih kuat. Begitu aku bisa terlepas dari pelukan Lay Ka, bergegas aku lari keluar kamar.

  • Terjerat Cinta TKW Indonesia   23. Alihkan Trauma Hujan dengan Ciuman

    Sejak insiden ciuman itu aku malu sekali untuk menampakkan batang hidungnya di depan Lay Ka. Tapi apa boleh buat Lay Ka sedang sakit bahkan bobo meminta aku menemani Lay Ka selama dia belum sehat. Sedang bobo ditemani adiknya yang kebetulan tepat tinggalnya tidak jauh. Aku datang dengan makanan dan susu di nampan. Lay Ka tampak bermain ponsel dan cuek dengan kehadiranku. ""Koko, aku buatkan bubur ayam, makanlah dulu," ujarku menahan kikuk karena malu. "Tadi bobo telepon, sementara kamu disuruh merawat aku dulu sampai sembuh, dia sudah ditemani adiknya," ujar Lay Ka datar. "Iya, bobo juga sudah bicara kepadaku," sahutku. "Makanlah, Koko, keburu dingin!" perintahku lagi. "Nanti saja belum selera," jawabnya. Kalau udah dingin aku yang repot lagi. Saat aku istirahat dia malah ngrepoti dengan permintaan ini itu. Akhirnya aku duduk di bibir ranjang dan menyuapinya. "Koko, aku suapi, aku tidak mau kamu ngerepoti aku saat kerja n

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status