"Apa yang Mama ketahui tentang wanita jadi-jadian itu? Apakah kamu akan percaya dengan ucapan Mama?" tantang Monik yang kembali memangkas bunga adenium. Rey kesal saat mamanya justru melempar pertanyaan. "Rey sedang tidak ingin bercanda Mama.""Jika begitu tanyakan saja pada Istrimu. Kurasa dia lebih banyak tahu. Lagipula kemana Vallen? Kenapa lama sekali jika mandi?" gerutu Monik yang menatap ke arah pintu. Ia segera menghentikan aktivitasnya dan ingin menuju kamar menantunya. Akan tetapi lengan ibunya ditahan oleh Rey."Saat ini Rey pulang ke Mansion sendiri. Vallen masih berada di Paris."Monik langsung terbelalak mendengar kalimat anaknya. "Apaaa? Apakah kamu gila Rey? Bisa-bisanya kamu meninggalkan istrimu di Paris sendirian. Benar-benar lelaki tidak punya otak.""Ma, Rey hanya sementara saja meninggalkan Vallen. Sekarang tolong katakan pada Rey. Bagaimana Mama mengawasi Denara dan katakan dengan detail," pinta Rey dengan menyatukan kedua tangan di depan dada."cobalah cari tahu
Vallen tidak bisa diam saja saat perdebatan anak-anak berlangsung, jadi ia berusaha menengahi dengan berucap, "tidak baik saling mengejek satu sama lain apalagi kalian berdua sama-sama cucu. Sekarang Abigail makan, dan Fide habiskan makanannya.""Tapi–,""Yang dikatakan Tante Vallen benar sayang. Habiskan saja lalu tidur sama Nenek Meysha ya?" tawar Meysha yang diberi anggukkan kepala oleh Fide. Sementara Abigail menatap Vallen dengan tatapan penuh tanda tanya. "Tante ini, kembarannya Tante Sharena kah?" "Entahlah, Tante sendiri belum memastikan."Barata segera menyahut, "Oh, ya, bagaimana bila nanti kita pergi ke rumah sakit keluarga untuk pengecekan tes DNA, apakah kau keberatan, Nak?""Sama sekali tidak, Om."Mereka yang mendengarnya tersenyum merekah."Mama Vallen tidur bersama Fide juga ya?" pinta bocah perempuan tersebut yang diberikan anggukkan.***Sementara itu Rey hanya menatap kosong ruangan yang terasa sangat sepi. Ia hanya teringat bagaimana dirinya memperlakukan sang i
Entah mengapa, perasaan Vallen mendadak gelisah. Ia semakin memikirkan suaminya sehingga matanya sulit terpejam. Sementara itu Rey sedang berada dalam perjalanan menuju ke rumah sakit setelah adanya laporan kecelakaan di jalan.Rey segera ditangani oleh tim medis. Kebetulan ada salah satu rekan ayahnya yang mengenali Reyzain. "Astaga, kenapa kau bisa kecelakaan seperti ini Rey?" tanya sang dokter yang menangani pasien."Kenapa Rey malam-malam keluyuran di Paris?" tanyanya pada diri sendiri dan segera mengecek bagian tubuh Rey.Setelah membersihkan area darah di bagian wajah. Ia mengganti pakaian Rey sendiri. Biasanya ia akan membiarkan perawat yang menggantikannya."Huft, beruntung saja daya tahan tubuh bocah ini bagus. Meskipun wajahnya sedikit memar dan pelipisnya mengeluarkan darah. Beruntung tidak begitu parah. Monik pasti terkejut melihat anaknya di ruangan rumah sakit!" gerutu Felix dan segera mendial up nomor seseorang.[ Hey, Felix. Apa kabar? Tumben sekali kamu menelponku mal
Pukul satu siang, Vallen terbangun dari tidurnya. Ia pun merapikan kembali tempat tidur dan segera pergi karena teringat tadi tidak sempat berpamitan pada Glad dan Barata. "Seharusnya aku menerima ponsel pemberian Glad!" gerutu Vallen dan segera pergi meninggalkan apartemen. Sementara itu Rey tidak bisa hanya sekedar tidur di ranjang rumah sakit tanpa tahu keberadaan sang istri. Ia mencabut paksa infus yang bertengger di tangannya. Ken yang tadinya ingin mengambil baju ganti milik Rey memutuskan untuk mengintai pergerakan Vallen dari jauh.[ Tuan, saya sedang mengikuti jejak Nyonya Vallen yang barusan sedang keluar dari apartemen! ]Rey tidak sempat membuka ponselnya. Ia sibuk dengan mengendarai motor yang sempat dibelinya tersebut. Ia menelusuri sepanjang jalan hingga tanpa sadar waktu semakin senja. Kepalanya berdenyut nyeri. Sementara itu Ia berhenti di kedai kopi untuk membasahi tenggorokan yang terasa kering. Vallen merasa bahwa dirinya diikuti oleh mobil di belakangnya. Ia men
"Kau kemana saja? Aku pikir kau benar-benar hilang. Glad memberitahu bahwa setelah dari toilet kau tidak kembali.""Apakah Om mengkhawatirkan aku?" tanya Vallen dan diberikan anggukkan oleh Barata.Lantas melanjutkan percakapan. "Tadi Vallen sempat pingsan Namun sudah ditangani oleh dokter.""Kenapa tiba-tiba pingsan? Apakah tidak sehat? Apa ada yang terluka?" Barata yang khawatir berlebihan membuat perawat yang melihatnya berbisik. Siapakah gerangan yang mirip dengan mendiang Sharena. Begitu kira-kira pikiran mereka."Aku sudah membaik Om. Jika boleh minta tolong, bisakah antarkan Vallen pulang ke rumah Om?""Tentu saja. Ayo kita pulang." Vallen berharap bahwa ia tidak berjumpa dengan Reyzain lagi.***Dua minggu telah berlalu, hasil DNA menyatakan bahwa Vallen merupakan anak biologis dari Barata dan Meysha. Lelaki tua itu tidak percaya dan Kembali bertanya pada dokter untuk menyakinkan hatinya."Apakah aku tidak salah baca, Dok? Hasilnya cocok? Sungguh?""Benar Tuan Barata. Saya tid
Temaram malam pun telah menyapa. Di sebuah mansion mewah milik keluarga Barata, sedang ramai sebab diadakannya sebuah pesta. Kali ini pesta dilakukan di area terbuka. Hanya ada panggung kecil yang dihiasi berbagai aneka bentuk balon warna silver, lilac dan soft pink metalik dari ukuran besar, sedang dan kecil. Desain yang sederhana itu atas arahan dari Vallenzuela meskipun pesta tersebut untuk dirinya sendiri."Terima kasih untuk para hadirin sekalian. Saya selaku pembawa acara mengucapkan selamat datang kepada tamu-tamu istimewa karena telah menyempatkan waktu untuk menghadiri pesta di tengah kesibukan. Langsung saja kita panggil pewaris tunggal Barsha Corp yaitu …"Sang pembawa acara menjeda kalimat sejenak. Orang-orang sedang menunggu siapakah gerangan yang ingin diperkenalkan. Banyak mata menanti seseorang yang akan keluar dari balik pintu. Hingga akhirnya…"Nona Shenina Elvianora Barata!" Pintu perlahan dibuka. Muncullah seorang wanita muda yang mengenakan gaun warna hitam berpa
Monik tetap tersenyum meskipun Barata menatap nyalang ke arahnya. "Aku kesini hanya untuk menjenguk menantuku saja. Tidak lebih. Sekaligus ingin meminta maaf atas kejadian masa lalu yang tidak disengaja.""Tunggu? Menantumu? Enteng sekali kau berkata!"Meysha masih mencerna perkataan dari sahabat dekatnya dulu. Sehingga ia melontarkan tanya, "Apakah suami dari Vallen, Hmmm maksudku adalah Shenina itu merupakan anakmu?""Apa yang tidak aku ketahui di sini, Ma?" tuntut Barata beralih pada istrinya. Alice yang mendengar perdebatan tersebut hanya duduk saja seraya memainkan ponselnya. Ia tidak begitu peduli dengan dua keluarga yang dulunya akrab menjadi musuh.Meysha akhirnya buka suara, "Sebenarnya Shenina sudah memiliki suami. Namanya adalah Reyzain.""Apakah Vallen sudah menceritakan segalanya padamu, Mey?" tanya Monik yang berusaha mendekatkan diri ke tepi ranjang.Meysha hanya mengangguk saja. Sebenarnya ia tidak bisa berlama-lama memusuhi sahabatnya dulu. Sang suamilah yang Keukeh t
"Jangan pikirkan hal-hal yang tidak-tidak, Shen. Yang utama, jaga diri untuk tidak berpikir berlebihan. Bukankah tadi pamanmu berkata jika kau dilarang stress? Sekarang beristirahatlah atau kau ingin makan sesuatu mungkin?" tanya Monik yang membuat Shen menggeleng kepalanya berkali-kali. "Tidak Mom. Sepertinya Shen butuh waktu untuk istirahat saja. Oh ya, tolong Ma, ambilkan ponselnya Shen. Shen ingin meminta nomor Rey."Meysha segera mencari ponsel Shenina yang tadi sempat diletakkan di sofa. Ia segera menyerahkan pada putrinya. Monik meminta nomor ponsel menantunya dan sekaligus mengirimkan nomor Reyzain."Mom, bisakah aku meminta foto pernikahanku dengan Rey?""Tunggu sebentar biar Mom menelepon anak nakal itu!"Monik Menyingkirkan diri sebentar guna mendial up nomor seseorang. Sementara itu Darwin segera bergabung dengan Barata yang masih sibuk minum."Hentikan minummu Bar, jika kau tidak sedang ingin mati konyol!" lirik Darwin yang menyerobot minuman yang hampir saja diminum ol