Share

Bab 9

Penulis: Yuki Norin
Xander menatap Alyssa, ekspresinya tampak meremehkan. "Benar-benar nggak ngerti dia datang ke sini buat apa. Cuma mau cari perhatian di depan orang lain ya?"

Daniel melirik Alyssa dengan tatapan dingin, tidak berkata apa-apa.

Dibandingkan dengan Sierra yang selalu disanjung orang, meskipun Alyssa punya wajah cantik luar biasa, dia tetap saja dianggap kosong. Berdiri di samping Sierra yang penuh pesona, dia justru terlihat redup.

"Aku jadi paham kenapa kamu nggak suka pulang ke rumah. Kalau aku jadi kamu, aku juga akan lebih memilih Sierra. Pendidikan bagus, punya kemampuan, unggul dan ambisius. Semua aspek yang dia punya lebih baik dari Alyssa. Alyssa cuma bisa menghabiskan uangmu di rumah, nggak bisa apa-apa."

Xander memang berada di lingkaran yang sama dengan Daniel. Sejak Daniel menikahi Alyssa, dia sudah memandang rendah Alyssa.

Seorang perempuan yang mengandalkan jebakan untuk naik ranjang dengan pria, bisa sebaik apa sih? Sekarang, saat melihat Alyssa bersikap tidak tahu malu hingga mengejar sampai ke sini, dia semakin merasa jijik.

"Dia masih berdiri di sana dan menonton wawancara? Dia ngerti apa sih? Orang yang nggak tahu bisa saja mengira dia juga mau masuk ke dunia dirgantara."

Daniel melirik Xander dengan dingin. "Berisik."

Xander pun terpaksa menutup mulut.

Rafatar menatap Sierra yang dikerumuni banyak orang. Dia ikut merasa bangga. Kalau saja Sierra benar-benar ibunya, alangkah baiknya. Namun, tidak masalah. Asalkan Sierra menyayanginya, itu sudah cukup.

Alyssa melihat Sierra dengan penuh semangat memperkenalkan diri ke semua orang, memang tampak berwibawa. Pemahamannya tentang industri ini juga sangat mendalam.

Alyssa menarik napas dalam-dalam, lalu memalingkan pandangan. Tidak heran Daniel menyukai Sierra.

Di hadapan seorang ibu rumah tangga yang tidak bisa apa-apa dan seorang wanita karier yang sangat cakap, memang pilihannya menjadi jelas. Sungguh sederhana, tetapi di kehidupan sebelumnya Alyssa malah tidak menyadarinya.

Ziona menatap Sierra yang dikelilingi orang banyak. Dia menyaksikan dengan saksama. Dia juga mendengarkan percakapan mereka. Ternyata pesawat ini hasil rancangan Sierra, pantas saja Rafatar begitu mengaguminya.

....

Saat ini, ponsel Alyssa berbunyi. Evans menelepon, mengatakan sudah menyiapkan tempat duduk dengan pemandangan bagus agar mereka bisa menonton pertunjukan jet tempur. Alyssa pun membawa Ziona ke sana.

Namun, di mata Xander, Alyssa sadar dirinya kalah jauh dari Sierra, jadi dia membawa anaknya pergi dengan malu.

Setelah wawancara Sierra selesai, Rafatar langsung berlari ke pelukannya. "Bibi Sierra, kamu keren banget!"

Sierra menggendong Rafatar, mencium pipinya. "Terima kasih, Sayang."

Rafatar semakin sumringah karena dicium.

Sierra tersenyum sambil melirik Daniel. Satu tangan menggendong Rafatar, tangan lainnya dijulurkan ke arah Daniel. "Bro, aku sehebat ini, nggak mau ikut peluk buat rayain?"

Xander menyeringai masam. "Apa maksudnya? Aku bukan sahabatmu, begitu?"

Tanpa menunggu Daniel menanggapi, Xander langsung merangkul mereka bertiga.

Setelah melepaskan, Xander berkata kepada Daniel, "Nanti kita makan bareng buat rayain ya?"

Sierra tetap menggendong Rafatar sambil menepuk bahu Daniel. "Oke, aku yang traktir!"

Dari jauh, mereka bertiga tampak seperti keluarga bahagia.

Ziona dan Alyssa belum berjalan jauh. Ziona terus menoleh melihat ayahnya. Ketika dia melihat pemandangan ayah, Rafatar, dan Sierra begitu akrab, dia menggigit bibir kuat-kuat, lalu segera memalingkan wajah, tidak mau melihat lagi.

Kalau saja dia bisa sehebat kakaknya, apa ayahnya juga akan menerima dirinya? Ayahnya pasti tidak suka ibunya karena tidak suka padanya .... Dia tidak boleh menjadi beban untuk ibunya.

Tempat duduk yang disiapkan Evans memang luar biasa, posisinya strategis dan pemandangan luas.

"Kalian duduk di sini saja. Sebentar lagi pertunjukan dimulai. Lebih baik jangan ke mana-mana, banyak orang, bahaya buat anak kecil," kata Evans sambil tersenyum.

"Terima kasih." Alyssa membalas, "Kamu kerja saja, nggak usah pedulikan kami."

"Kalau ada apa-apa, telepon aku."

Setelah Evans pergi, Alyssa duduk di tempatnya. Pandangannya menerawang ke sebuah pesawat di kejauhan.

Blue Phoenix X7 tampil sangat menawan, beberapa kali disebut-sebut di pameran ini. Banyak orang yang diwawancarai hari ini. Tokoh-tokoh penting di industri pun berdatangan ke pusat acara.

Dari jauh, Ziona melihat ayahnya menggendong Rafatar, berjalan bersama Sierra ke arah mereka.

"Kamu juga di sini?" Rafatar menatap Ziona dengan wajah sebal. "Tempat ini cuma untuk orang-orang penting. Jangan sampai diusir nanti."

"Mana sopan santunmu?" Daniel mengernyit, suaranya datar tetapi penuh wibawa.

Meskipun Rafatar dimanjakan, di hatinya dia tetap takut pada ayahnya. Dia segera diam, lalu melirik Sierra dengan ekspresi merajuk.

Sierra tersenyum lembut. "Daniel, Rafa masih kecil, nggak usah ditakuti begitu. Nanti dididik baik-baik saja."

Alyssa hanya menoleh sekilas, tidak menanggapi mereka sama sekali.

Xander menyunggingkan senyuman sinis, dalam hati memutar bola mata. 'Perempuan muka tembok itu masih bisa masuk ke area dalam, entah pakai cara apa. Sekarang malah sok cuek. Siapa yang tidak tahu apa yang sebenarnya dia mau?'

Alyssa duduk di bagian dalam, Ziona di bagian luar. Daniel melihat, lalu langsung duduk di sisi Ziona.

Rafatar segera duduk di sebelah Daniel, lalu menepuk tempat kosong di sampingnya. "Bibi Sierra, duduk di sini!"

Sierra pun tersenyum dan duduk.

Melihat ayahnya duduk di sampingnya, Ziona menggenggam erat bajunya, lalu dengan hati-hati dia melirik ke arah wajah Daniel.

Namun, Daniel tidak pernah menoleh padanya, perhatiannya sepenuhnya pada Rafatar dan Sierra. Tidak dapat dipungkiri, Ziona merasa kecewa.

Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya pertunjukan jet tempur dimulai. Suasana begitu megah, sorakan riuh terdengar di seluruh arena. Anak-anak pun menonton dengan semangat.

"Bibi Sierra, nanti kamu juga akan merancang jet tempur kayak begini, 'kan? Keren banget!" tanya Rafatar bersemangat.

Sierra tertawa. "Kalau kamu suka, nanti Bibi buatkan model kecilnya."

"Hore!"

Ziona mendengarnya, merasa iri. Dia juga suka .... Namun, dia tidak mengungkapkannya, hanya memendamnya dalam hati.

Setelah pertunjukan jet selesai, ada acara hiburan di panggung depan. Orang dewasa berdiri sehingga Ziona yang ikut berdiri tetap tidak bisa melihat.

Daniel menggendong Rafatar, lalu Rafatar sengaja membuat wajah mengejek ke arah Ziona.

Ziona mendengus, lalu naik ke bangku untuk melihat. "Hanya anak pendek yang butuh digendong. Aku bisa lihat dari sini!"

Rafatar ikut mendengus. "Terus, kenapa? Aku nanti juga bakal tinggi, tapi kamu nggak punya papa untuk selamanya!"

Kata-kata itu menusuk Ziona tepat di hatinya. Semangatnya yang tadinya penuh lenyap seketika.

Alyssa mengernyit dan menatap Rafatar. Suaranya dingin. "Ya, kamu juga nggak punya mama."

Rafatar tertegun. Sierra juga kaget, tidak menyangka Alyssa akan mengatakan hal seperti itu.

Alis Daniel pun berkerut, jelas tidak senang. "Alyssa, kenapa kamu bersikap perhitungan pada anak kecil?"

Alyssa tertawa sinis. "Kenapa kamu bersikap perhitungan pada perempuan?"

Kemudian, Alyssa mengabaikannya, mengelus kepala Ziona. "Mama ada di sini."

Ziona mengatupkan bibir, lalu tersenyum sambil mengangguk.

Wajah Daniel tetap dingin. Entah kenapa, dia merasa belakangan ini Alyssa memang tampak penuh permusuhan terhadapnya.

Sampai acara selesai, Daniel dan Alyssa tidak berinteraksi lagi.

Ketika Daniel menurunkan Rafatar, Ziona berkata, "Mama, aku mau ke toilet."

"Oke."

Saat Ziona melompat turun dari bangku, dia salah pijak. Kakinya terkilir dan tubuhnya jatuh. "Ah ...."

Namun, rasa sakit yang dia bayangkan tidak datang. Sepasang tangan besar menahannya erat.

Saat membuka mata, dia mendapati dirinya berada di pelukan ayahnya. Hangat, luas, dan begitu menenangkan.

Ziona terpaku, air mata perlahan mengaburkan pandangannya. Jadi, ayahnya sebenarnya masih peduli padanya, 'kan?

Tanpa sadar, dia berbisik, "Terima kasih, Papa ...."

Mata Daniel langsung menajam, dingin menusuk. "Kamu barusan panggil aku apa?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 100

    Sierra menelepon Daniel untuk menceritakan kesulitannya saat ini."Aku cuma ingin masuk untuk belajar dan bertukar pengalaman. Waktu pertama kali ditolak masuk ke SkyNine Tech karena alasan Kak Alyssa, aku masih bisa terima. Tapi sekarang ... kalau Kak Alyssa sengaja melakukannya, bukankah itu terlalu nggak adil?"Di seberang sana, pria itu terdiam beberapa detik. Sepertinya dia sedang sibuk dengan sesuatu. Baru setelah beberapa saat, dia merespons datar, "Jangan khawatir, biar aku yang selesaikan."....Malam itu, Alyssa masih lembur. SkyNine Tech sedang meluncurkan sistem uji coba baru, data masih terus berjalan, sehingga dia belum juga pulang.Di rumah kontrakan.Zizi sendirian di rumah mengerjakan PR dengan patuh. Namun, yang dia kerjakan bukan PR TK biasa, melainkan soal-soal olimpiade matematika. Karena PR TK terlalu mudah baginya.Ketika bel pintu berbunyi, Zizi sempat tertegun. Dia meletakkan pensil dan berjalan ke pintu, tetapi tidak langsung membukanya. Sebaliknya, dia menole

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 99

    Alyssa menjelaskan secara singkat isi proyek pada Evans.Evans mendengarkan dengan saksama, lalu meletakkan sendoknya sambil tersenyum tipis, "Itu sama saja seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Dengan cara begitu, kamu memang nggak akan bisa menghubungi investor."Alyssa tentu tahu. Memang sulit sekali menjalin kontak langsung. Kalau mau, harus lewat jalur resmi dengan membuat janji ke perusahaan. Namun di sela-sela pekerjaannya, dia juga tidak ingin diam saja. Lebih banyak tahu tentu tidak ada salahnya."Aku lihat berita, bulan depan pemerintah provinsi akan mengadakan pertemuan pengusaha. Fokusnya membahas perencanaan dan inovasi untuk industri lama maupun baru. Kalau rencananya bagus, bisa dapat dukungan penuh dari pemerintah.""Aku ingin ikut, tapi jelas nggak bisa dapat undangan itu."Undangan pertemuan itu memang sangat sulit didapat. Sekalipun pengusaha sudah sangat berprestasi, belum tentu bisa masuk.Evans tersenyum kecil, "Itu memang mustahil untukmu saat ini. Jangan bua

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 98

    "Antar mereka turun gunung dulu," ucap Daniel akhirnya.Alyssa tentu paham, Daniel tidak mungkin menolak permintaan Sierra. Begitu Sierra sudah bicara, dia sudah pasti akan mengangguk menyetujui. Edric mengangguk pelan.Begitu masuk mobil, dia bertanya, "Nyonya, mau ke mana?"Alyssa bersandar di kursi dan berkata dengan suara lemah, "Ke rumah sakit terdekat."Edric sempat tertegun sejenak, tapi tidak berani banyak bertanya. Dia hanya menjalankan mobil menuju rumah sakit. Mobil Nikita yang mogok tadi, nantinya tinggal diserahkan saja pada pihak bengkel untuk ditarik.Alyssa tidak pernah menyulitkan dirinya sendiri. Kalau ada mobil untuk ditumpangi, tentu dia akan memilih naik. Bahkan Nikita sendiri juga tidak menyangka Alyssa akan langsung naik ke mobil tanpa ragu sedikit pun.....Setibanya di rumah sakit, Edric tentu menelpon Daniel untuk melaporkan bahwa dia sudah mengantar Alyssa dan Nikita sampai di sana.Di seberang, pria itu tidak menunjukkan reaksi besar, "Oke, aku mengerti."Do

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 97

    Keluar dari ruang teh, dada Nikita dipenuhi amarah yang menyesakkan. Hari ini mereka dipermalukan terang-terangan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun untuk membalas."Aku nggak nyangka Daniel bisa memperlakukanmu seperti itu. Andai aku tahu lebih awal, aku nggak akan pernah membiarkanmu melewati hari-hari pahit itu!"Wajah Alyssa semakin pucat, butiran keringat halus telah bermunculan di dahinya. Dia menggeleng dan berkata dengan suara lemah, "Nggak apa-apa, semua sudah berlalu."Manusia memang harus selalu menatap ke depan.Matahari siang begitu terik.Melihat kondisi putrinya yang tampak sangat lemah, Nikita merasa cemas. "Sepertinya kamu kena sengatan matahari, ya?"Alisnya berkerut, lalu berkata, "Tunggu di sini sebentar, Ibu ambil mobil. Kita ke rumah sakit." Mobil diparkir tak jauh dari sana, tetapi tetap harus melewati terik matahari.Alyssa hanya merasa kepalanya pusing dan pandangannya berkunang-kunang. Dia bersandar di kusen pintu dan mengangguk pelan. Nikita pun

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 96

    "Benarkah?" Sierra tersenyum, "Kalau begitu, lain kali pasti kami akan mampir mendukung bisnis Pak Rizky."Fernando segera mengatur tempat duduk untuk mereka. Sierra langsung duduk menempel di samping Daniel.Barulah Rizky menoleh pada Nikita, "Mari, Bu Nikita, silakan duduk. Lalu yang ini adalah ...?" Dia menatap Alyssa, seakan menunggu perkenalan.Alyssa tersenyum tipis, "Halo, Pak Rizky. Saya sekretaris Bu Nikita, nama saya Alyssa."Rizky sempat terhenti, lalu menatapnya sekali lagi. Tadi Nikita jelas-jelas hendak memperkenalkan sesuatu, tapi langsung dipotong oleh Alyssa.Hal itu membuat Rizky sedikit lebih memperhatikannya. Dalam urusan bisnis, memang tidak pantas membicarakan ikatan keluarga. Apa pun kemampuan sebenarnya, sikap Alyssa yang tegas dan profesional itu sudah cukup mencuri perhatian.Setelah semua duduk, Sierra menyarankan agar kedua pihak langsung membicarakan rencana proyek bersama. Alyssa mengangguk setuju.Tiana hanya mencibir dingin. Menurutnya Alyssa dan Nikita

  • Terlahir Kembali: Pembalasan Cinta Masa Lalu   Bab 95

    Alyssa menundukkan mata menatap Sierra yang sedang menggandeng erat lengan Daniel. Sikap itu jelas-jelas seperti sedang menyatakan dengan bangga bahwa dialah wanita yang berdiri di sisi Daniel.Alyssa hanya terkekeh dingin. Baginya, wanita itu benar-benar menarik. Saat hanya ada mereka bertiga, Sierra memanggilnya dengan sebutan "Kak Alyssa", tetapi begitu berada di hadapan banyak orang, dia justru langsung berganti panggilan menjadi "Bu Alyssa".Permainan manipulatif seperti ini, Alyssa sudah terlalu paham.Wajah Daniel tetap setenang biasanya. Namun terhadap Sierra, sikapnya penuh dengan toleransi dan kelembutan.Nikita menatap pemandangan mesra itu, alisnya berkerut rapat dan wajahnya begitu kelam. Dia sangat memahami rasa sakit itu. Dia tak pernah menyangka kini putrinya juga harus mengalaminya.Baru saja Nikita hendak maju untuk bicara, Alyssa telah buru-buru menahannya. Alyssa berbisik di telinga ibunya, "Ingat tujuan kita datang hari ini. Jangan sampai terjadi konflik yang nggak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status