Share

The Fault Between Us
The Fault Between Us
Penulis: Putri Wahyuni

Prolog

"Istri anda terkena penyakit demensia, Pak Janu." Jelas Dokter Adrian

"Maksudnya bagaimana, Dok?" Tanya Janu bingung saat mendengar pernyataan dokter Adrian yang berada di hadapannya itu.

Adrian menjelaskan penyakit demensia yang tiba-tiba menyerang Kalila, istri Janu, yang sudah berumur enam puluh lima tahun itu.

Ya, penyakit demensia, penyakit yang memang tidak bisa di pungkiri selalu menyerang lansia. Demensia merupakan penurunan kognitif otak dalam mengingat, penurunan kemampuan untuk bertingkah laku, dan penurunan kemampuan berbicara. Tanda-tanda penyakit ini pun antara lainnya adalah kehilangan ingatan, kesulitan berkomunikasi, sulit melakukan kegiatan sehari-hari, bingung atau lupa akan waktu dan tempat.

Bukan itu saja, demensia pun menunjukkan tanda-tanda Psikologis yang terlihat dari perubahan perilaku, suasana hati, kehilangan inisiatif pada hal yang sebelumnya selalu di kerjakan, mengalami halusinasi, paranoia, depresi, dan gelisah.

Sebelum terbaring di rumah sakit, Kalila di temukan di salah satu pusat perbelanjaan dengan dirinya yang tiba-tiba tidak familiar dengan tempat perbelanjaan itu, mengapa dia tiba-tiba ada disana, dan juga seketika Kalila berteriak sampai petugas pusat perbelanjaan menghubungi Janu yang tengah susah payah mencari Kalila.

Saat Janu berada di pusat perbelanjaan, dia menemukan Kalila sudah terbaring tidak sadarkan diri di ruangan staff yang bekerja di pusat perbelanjaan yang tiba-tiba dikunjungi Kalila itu.

Kedua asisten Janu menggendong Kalila ke dalam mobil dan bergegas menuju ke rumah sakit untuk segera di tangani.

"Sepertinya ada trauma di masa lalu Ibu Kalila yang memang masih belum sembuh sepenuhnya. Lalu di gabungkan dengan penyakit demensia ini memang wajar terjadi." Ucap Adrian yang menangani Kalila, melanjutkan penjelasannya.

Ya, pengalaman trauma memang dapat memengaruhi kesehatan otak, salah satunya resiko penurunan fungsi kognitif yang akan memungkinkan seseorang yang mengalami trauma mengidap penyakit demensia di masa tua.

“Sepertinya istri saya tidak pernah mengalami trauma, Dok. Istri saya baik-baik aja selama ini. Pasti ada yang salah.” Komentar Janu seakan tidak terima Kalila mengalami demensia karena trauma.

“Berarti sudah jelas sekali Ibu Kalila memang tidak memiliki trauma apa pun ya, Pak?” Tanya Adrian memastikan.

Janu tampak berpikir saat Adrian terlihat tengah menghela napas, mencoba menjelaskan lagi kepada Janu “Memang, penyakit demensia ini secara umum disebabkan oleh adanya kerusakan sel-sel neuron di beberapa bagian otak. Efeknya, pesan yang seharusnya dikirim oleh otak pun akan terputus dan mengalami permasalahan pada fungsi otak yang seharusnya. Namun disini, mengapa saya bisa memberikan hipotesis adanya trauma yang menjadi penyebab awal, karena saya melihat adanya hiperaktivitas pada bagian amygdala Ibu Kalila. Dimana bagian amygdala tersebut merupakan bagian penyimpanan memori, baik itu memori baik maupun buruk. Memori buruk tersebut pada akhirnya bisa menyebabkan trauma.” Jelas Adrian kepada Janu.

Janu terdiam sejenak saat mendengar pernyataan dari dokter Adrian. Selama ini Kalila tidak pernah menunjukkan gejala trauma dan istrinya itu selalu berperilaku normal.

“Pak Janu?”

“Oh iya bagaimana, Dok?” Tanya Janu kepada Adrian dan membuyarkan lamunannya.

"Saya menyarankan Bu Kalila untuk menjalani perawatan intensif di rumah sakit.” Jelas Adrian

"Saya gak mau, dok. Saya ingin bersama istri saya, saya ingin menghabiskan sisa waktu saya bersama Kalila." Komentar Janu

“Iya saya paham, Pak. Tapi saya juga khawatir dengan keadaan Bapak. Bapak juga harus menjaga diri bapak sendiri. Usia Pak Janu dan Bu Kalila sudah rentan terhadap penyakit. Apalagi dengan penyakit Bu Kalila seperti ini, Bu Kalila bisa saja tiba-tiba pergi ke suatu tempat jika tidak dikontrol. Atau, Bu Kalila bisa saja tiba-tiba marah sampai menyakiti diri sendiri.”

Saat ini Janu berusia tujuh puluh tahun. Usia yang memang sudah rentan terhadap penyakit. Hal itu pun terlihat dari kondisi fisik Janu yang sudah melemah dan harus memakai tongkat ketika berjalan. Melihat kondisi Janu seperti itu, Adrian yang merawat Kalila pun ragu untuk melepaskan Kalila dengan membiarkan Janu untuk merawatnya.

“Dokter gak perlu khawatir. Saya memiliki beberapa asisten yang akan merawat Kalila. Saya juga akan mempekerjakan perawat untuk merawat Kalila di rumah saya. Dan, saya mau dokter menjadi dokter pribadi istri saya. Saya akan bayar berapa pun itu.” Jelas Janu

Janu yang memang pengusaha sukses dan berasal dari keluarga konglomerat itu tidak akan pernah keberatan dengan uang yang harus dia keluarkan untuk apapun, khususnya Kalila.

Adrian menghela napas. Dia menjelaskan kepada Janu bahwa penyakit demensia ini sangat sulit untuk bisa pulih dan kembali normal. Karena seiring berjalannya waktu, kerusakan otak itu pun akan terus berkembang. Hal itulah yang membuat Adrian meminta Janu untuk merelakan Kalila menjalani perawatan di rumah sakit.

Janu tidak peduli dengan penjelasan Adrian dan Janu pun tampak memohon agar dokter Adrian bisa menjadi dokter pribadi Kalila.

 “Baiklah kalau begitu, Pak. Saya akan membantu Bapak dan Ibu Kalila.” Jawab Adrian menyetujui Janu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status